Anabela Velove gadis cantik yang kini beranjak dewasa. Selama ini dia hanya hidup berdua dengan daddy angkatnya. Dia tak pernah tahu, kalau laki-laki yang selama ini menyayanginya, adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan orang tuanya.
Sampai suatu malam, akhirnya dia tahu kalau Benigno Amstrong adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan kedua orang tuanya untuk selamanya. Anabela pun akhirnya tahu, kalau Daddy angkatnya seorang Mafia kejam.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Mampukah takdir menyatukan mereka? Akankah Anabela memaafkan Benigno, menghapus rasa dendamnya atas kematian kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya di karya "Terjerat Cinta Daddy Mafia."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terluka
Dia langsung beranjak turun kembali, untuk membersihkan sisa-sisa percintaan tadi. Ana meringis merasa sakit di area sensitifnya.
"Apa kamu masih merasa sakit?" Tanya Benigno kepada Ana yang saat itu sedang berjalan tertatih, hendak ke kamar mandi.
Dia pun akhirnya tak tega melihatnya. Benigno langsung menggendong tubuh Ana, dan membawa ke kamar mandi.
"Lagi-lagi kamu melakukannya. Memang gi" la kamu!" Benigno mengumpat dirinya sendiri karena tak mampu menahan hawa naf*sunya.
Ana menolak di gendong Benigno. Dia memilih berjalan tertatih mendekat ke arah ranjang. Keduanya kini sudah berbaring, dalam keadaan polos, dan hanya ditutupi selimut.
"Apa Daddy tak ingin memberikan aku kecupan?" protes Ana. Hingga akhirnya Benigno memberikan kecupan di pucuk kepala dan kening Ana.
"Tidurlah! Hari sudah malam!" Ucap Benigno dan Ana mengiyakan.
***
Pagi-pagi sekali Elena sudah sampai di Mansion. Dia memaksa ingin bertemu Benigno. Padahal Terecia sudah memberitahukan, kalau Benigno masih tidur.
Alangkah terkejutnya Alena saat melihat Ana berada di sana, dan posisi mereka saling berpelukan.
"Si*alan. Mereka pasti habis melakukannya," batin Alena.
Alena tampak kesal, dia langsung menarik tangan Ana untuk terlepas dari Benigno. Dia marah, layaknya kekasih yang melihat kekasihnya tidur dengan wanita lain.
"Dasar wanita mura*han! Harusnya kamu sadar, siapa dirimu. Kamu itu hanya anak angkatnya. Dasar tak tahu diri," Alena meluapkan perasaan kesal.
"Alena, tutup mulutmu! Tak sepantasnya, kamu berkata demikian," Benigno membela Ana.
"Aku tak akan menutup mulutku! Di mana perasaan kamu? Aku ini kekasih kamu. Aku yakin pasti dia menggoda kamu 'kan," Alena berakting full.
"Daddy milikku! Sampai kapanpun, dia akan menjadi milikku. Asal kamu tahu, semalam kami melakukannya," ucap Ana dengan bangganya.
Alena naik pitam, karena Benigno sepertinya lebih membela Ana.
"Sepertinya, urusan kita sudah selesai! Sudah sana pergi! Aku tak membutuhkan kamu lagi!" Ucap Benigno tegas.
Mata Alena membulat sempurna.
"Ta—tapi."
"Tak perlu tapi-tapi. Sebaiknya, kamu pergi dari tempat ini sekarang juga!" Usir Benigno.
Tentu saja Ana tersenyum bahagia. Dia berharap daddynya akan membuka hatinya, bukan hanya menjadikan dia tempat pelampiasan.
Dengan perasaan kesal, Alena akhirnya pergi meninggalkan ruangan Benigno. Harapannya pupus sudah, untuk mendapatkan harta kekayaan Benigno.
"Makasih ya Dad, karena lebih memilih aku," ucap Benigno.
"Kata siapa Daddy memilih kamu? Kamu jangan berbesar hati dulu. Apa yang Daddy lakukan kepada kamu, hanya ingin terlepas dari para wanita," sahut Benigno membuat Ana melongo dibuatnya. Dia tak menyangka daddynya akan berkata demikian.
"Daddy egois!" Umpat Ana, meluapkan perasaannya.
Ana langsung pergi meninggalkan kamar Benigno. Dia merasa kecewa dengan ucapan daddynya. Air mata Ana tak terbendung lagi. Dia tampak duduk di pinggir ranjang kamarnya.
"Sesakit ini 'kah mencintai kamu, Dad?" Ana berkata lirih.
Berbeda halnya dengan Ana yang sedang menangis, Benigno justru sedang meluapkan perasaan kesalnya pada dirinya sendiri. Berkali-kali dia melukai hati Ana.
Sampai saat ini dia masih belum bisa memahami perasaannya. Dia masih terbelenggu pada trauma yang dia rasakan. Hingga membuat dia tersiksa.
"Maafkan Daddy, An!"
Suara ponsel Benigno berdering. Menyadarkan dia dari lamunannya. Orang suruhannya, menghubunginya. Memberitahu kondisi terkini. Ada permasalahan di Klannya, dan Benigno harus segera datang menyelesaikan permasalahan.
Benigno harus segera berangkat. Dia memilih tak berpamitan kepada Ana. Meninggalkan Ana begitu saja. Kini Benigno sudah dalam perjalanan menuju Markas. Sebelum berangkat, dia berpesan kepada bodyguard Ana untuk menjaga Ana dengan baik. Dia pun sudah menghubungi Roberto, untuk mengurus kuliah Ana.
Ana masih terlihat sedih, dia tak tahu kalau daddynya pergi meninggalkan dia. Dia kecewa dengan daddynya, karena tak mencoba meminta maaf kepadanya.
Terjadi kekacauan di sana. Benigno harus turun langsung. Klan pimpinannya, adalah Klan terbesar di negaranya.
"Kita persiapkan semuanya!"
Dia tampak marah, karena satu orang anggotanya menjadi tahanan dari musuhnya. Darahnya mendidih, melihat orang kepercayaannya di siksa dengan sadis.
Benigno yang akan turun menolongnya. Klan pimpinannya, akan menyerang untuk menyelamatkan Rolex. Tak ada rasa takut yang Benigno rasakan. Bukan hanya itu saja. Klan musuh juga memboikot perjalanan menuju dermaga. Mereka juga menjarah mobil yang membawa senjata, untuk di kirim ke negara lain.
Semua sudah di persiapkan, dan mereka siap berangkat menyerang musuh. Semua sudah berpakaian lengkap. Agar mereka terlindungi. Wajah Benigno terlihat bengis menyeramkan.
Ana masih mode merajuk. Dia tak ingin keluar dari kamarnya, sampai Benigno akhirnya merayunya. Tapi sayangnya, hal itu tak akan pernah terjadi.
Suasana tampak tegang. Terjadi baku hantam kubu Benigno dengan Klan lainnya. Suara tembakan di udara begitu menakutkan. Banyak korban mulai berjatuhan, dari kedua kubu.
"Tuan, awas Hati-hati! Perlawanan lawan cukup kuat. Sebaiknya, kita kembali saja. Gimana?" Ujar Alberto
"Pantang menyerah, sebelum berhasil menghancurkan musuh!"
Suara tembakan saling bertautan begitu terdengar.
"Awas!" Teriak Alberto.
PRANG!
Jantung Ana seakan terhenti seketika. Dia begitu terkejut, saat gelas yang dia pegang terlepas. Kini pecahan gelas itu berhamburan di lantai.
"Daddy?" Tiba-tiba saja, dia teringat pada daddynya.
Bisa dikatakan, kalau ini sebuah kontak batin antara Ana dengan Benigno. Meskipun hubungan mereka bukanlah bapak kandung dengan anak kandung. Tapi, ikatan mereka cukup kuat.
Benigno tergeletak, dengan darah segar mengalir dari tubuhnya. Dia tak tahu, bahaya mengancam. Disaat dia sudah melepaskan pengaman di tubuhnya. Pihak lawan melakukan serangan dadakan.
"Jangan sampai anak angkat saya tahu!" Kata yang Benigno ucapkan sebelum Benigno tak sadarkan diri.