Tidak selamanya jodoh itu datang sendiri, terkadang datang satu paket dengan anaknya.
Di usinya yang sudah matang, Arjuna belum juga menemukan tambatan hatinya. Padahal Arjuna dikenal sebagai seorang playboy di masa remajanya dulu.
Namun siapa sangka, takdir malah mempertemukannya kembali dengan sang mantan kekasih yang kini telah berstatus sebagai janda beranak satu.
Akankah mereka bersatu kembali dan hidup bahagia untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ryan After Divorce
#Flashback#
"Saya sudah bercerai dengan istri saya pak Ahmad. Saya tidak tau apa yang harus saya lakukan sekarang?"
Ucap Ryan seraya mengusap wajahnya dengan kasar.
Setelah keputusan cerai antara Ryan dan Rinjani bergulir, mantan suami Rinjani itu memilih untuk menenangkan diri di sebuah pesantren ternama di kota kelahirannya.
Pesantren tersebut letaknya memang jauh dari hirup pikuk perkotaan. Membuat duda 1 anak tersebut mendapatkan ketenangan batin yang tidak ia temui di tempat lain.
Semua orang di pesantren itu sibuk menimba ilmu agama tanpa memikirkan hal yang bersifat duniawi.
"Bersabarlah nak, ini adalah ujian dalam hidupmu. Jadikanlah ujian ini sebagai batu pijakan agar kamu jadi lebih dekat lagi dengan sang maha pencipta, jangan malah menjadikan ujian ini sebagai alasan untuk semakin jauh dari-Nya"
Nasehat Ahmad untuk Ryan.
"Saya tidak punya tempat tujuan lain pak Ahmad. Apa boleh saya tinggal di pesantren ini untuk sementara?"
Tanya Ryan penuh harap.
"Tentu saja, tinggalah di sini selama yang kamu mau. Kebetulan ada kamar kosong di pesantren ini. Ustad somad pengurus pesantren ini sudah meninggal 1 bulan yang lalu, dan hingga kini belum ada penggantinya. Jadi kamar beliau masih kosong"
Jawaban Ahmad membuat Ryan bisa sedikit bernapas lega. Setidaknya mulai sekarang Ryan tidak akan pusing lagi memikirkan akan tidur dimana.
"Terima kasih pak Ahmad. Tapi, saya adalah seorang pendosa. Apa pantas orang seperti saya tinggal di pesantren ini?"
Rona di wajah Ryan kembali meremang saat mengucapkan kalimat tersebut.
"Tak ada manusia yang luput dari dosa nak Ryan. Yang penting sekarang, kamu sudah menyadari kesalahanmu dan mau bertaubat"
Ucap pria penuh wibawa itu, setiap ucapannya begitu menenangkan hati yang mendengarnya.
"Terima kasih pak Ahmad"
Balas Ryan seraya mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya.
***
***
Beberapa bulan telah berlalu, selama itu pula Ryan tinggal di pesantren al-Huda.
Ryan tak cuma diam selama tinggal di pesantren tersebut. Kadang ia ikut menggembala kambing dan sapi yang di pelihara pihak pesantren.
Kadang juga ia membantu mengajar ketika ustadz atau udtadzah di pesantren tersebut berhalangan hadir. Hingga pria itu mendapat panggilan pak ustadz dari para santri di sana.
"Bagaimana nak Ryan? Apa kamu betah selama tinggal di pesantren ini?"
Tanya Ahmad sembari menyeruput kopi hitamnya.
"Sangat betah pak Ahmad, saya sangat bersyukur telah diizinkan tinggal di pesantren ini. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk saya tinggali selain di sini"
Jawab Ryan dengan wajah berbinarnya.
"Nak Ryan, jika kamu tidak keberatan, maukah kamu menikahi Mariam? Sepertinya Mariam sangat menyukai kamu?"
Tanya Ahmad sembari menatap ke arah putri bungsunya yang sedari tadi memandang Ryan penuh arti.
Ryan tertegun untuk sesaat, Ia tidak tahu harus menjawab apa.
Pria itu tidak pernah memikirkan untuk menikah lagi, apa lagi dalam waktu secepat ini.
Tapi ia merasa tidak enak juga jika menolak permintaan Ahmad, karna pria itu sudah sangat baik terhadapnya selama ini.
"Maaf pak Ahmad, saya pikir dek Mariam layak mendapatkan suami yang lebih baik dari saya"
Jawaban Ryan membuat senyum di wajah Mariam meremang.
Gadis itu terlihat sibuk membersihkan rumah. Tapi sebenarnya ia mencuri dengar percakapan antara Ryan dan sang ayah.
"Menurut saya, tidak ada yang lebih layak untuk menjadi suami Mariam selain kamu nak Ryan! Nikahilah Mariam, niatkan semuanya untuk ibadah"
Ahmad terus meyakinkan pria yang sedang duduk di sampingnya.
"B-baiklah pak Ahmad, saya bersedia menikahi Mariam"
Karna rasa sungkannya pada pemlik pesantren yang sudah mau menampung Ryan selama berbulan-bulan. Akhirnya Ryan pun mau menerima Mariam untuk menjadi istrinya.
***
***
"Apa kita adopsi anak saja mas?"
Tanya Mariam dengan wajah sedihnya, netranya menatap sendu pada alat tes kehamilan yang menunjukan 1 garis saja.
"Sabar dek, kita harus tetap berusaha dan jangan berputus asa. Lagipula adopsi anak itu bukan perkara mudah"
Ucap Ryan sembari memeluk istrinya yang mulai menitikan air mata.
Sudah hampir 1 tahun Ryan dan Mariam jadi sepasang suami istri, namun mereka belum juga di karuniai momongan.
Berbagai cara telah Ryan dan Mariam tempuh agar segera mendapat keturunan, namun belum juga membuahkan hasil.
"Bu Mariam mengidap suatu penyakit yang menyebabkan anda sulit untuk mengandung. Tapi tak apa kita bisa mencoba proses bayi tabung"
Kata seorang wanita paruh baya dengan jas putihnya.
Vonis Dokter tersebut menyatakan, bahwa Mariam mengidap penyakit langka yang membuatnya sulit untuk hamil secara alami.
#Flashback off#
***
***
"Pak Arjuna, kebetulan saya ada keperluan mendesak di kantor kecamatan. Jadi menantu saya yang akan menemani anda berkeliling tempat ini. Dia juga yang nanti akan mengantar anda ke tempat tinggal anda selama tinggal di kota ini. "
Ucap Ahmad menjelaskan.
"Baik pak, terima kasih atas bantuannya"
Jawab Arjuna dengan senyuman.
"Mari pak Arjuna, saya akan mengajak anda berkeliling tempat ini, sebelum saya mengantar anda ke rumah."
Ajak Ryan sembari mengajak Arjuna berjalan memasuki area perkantoran cabang Bagaskara group, yang pembangunannya sudah mencapai 99.9%.
Besok kantor ini akan resmi di buka. Kantor cabang Bagaskara group akan menyerap para warga sekitar untuk berkerja di kantor tersebut, jadi pembangunan kantor itu mendapat dukungan penuh dari para warga setempat.
"Kenapa daddy membuka kantor cabang di tempat terpencil seperti ini?"
Gumam Arjuna dalam hati.
Sepanjang perjalan Arjuna dibuat keheranan dengan pemandangan desa tersebut.
Gedung kantor yang megah nampak kontras dengan rumah-rumah penduduk yang masih tanpak sederhana, tembok bilik bambu masih mendominasi bangunan-bangunan disana.
Hanya sebuah musola saja yang sudah berdindingkan tembok dan beralaskan keramik.
"Pak Ryan? apa di sekitar sini ada sekolah? rumah sakit? Atau tempat berbelanja seperti mall?"
Tanya Arjuna pada pria disampingnya. Mereka berjalan beriringan menuju tempat yang akan Arjuna tinggali selama berada di tempat tersebut.
"Ada pak, tapi jaraknya lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai di pusat kota"
Jawaban Ryan membuat Arjuna sampai mengerutkan dahinya.
"Terus, bagaimana kalau ada warga yang sakit keras dan membutuhkan pertolongan dengan segera?"
Tanya Arjuna lagi dengan raut muka penasarannya.
"Kenapa di zaman modern seperti sekarang, masih ada desa terpencil seperti ini?" Arjuna tak habis pikir.
"Kalau ada warga yang sakit, maka dia akan di tangani dokter Hendra. Beliau satu-satunya dokter di tempat ini, tapi jika tidak kunjung membaik baru mereka akan di rujuk ke rumah sakit oleh dokter Hendra"
Ryan menjelaskan. Sedangkan Arjuna hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Nah sekarang? Kita sudah sampai di tempat tinggal anda"
Ucap Ryan seraya menunjukan jari jempolnya pada sebuah bangunan sederhana, namun terlihat cukup bagus jika di bandingkan dengan bangunan-bangunan lain yang ada di tempat tersebut.
"Apa di tempat ini tidak ada apartemen atau hotel?"
Tanya Arjuna setelah melihat rumah sederhana yang akan jadi tempat tinggalnya tersebut.
"Tidak ada pak Arjuna" Balas Ryan.
***
Malam harinya? Arjuna baru sempat membuka ponselnya.
Ada puluhan panggilan tak terjawab dari Rinjani, dad Alvin dan juga mom Shana.
Serta puluhan pesan belum terbaca yang menanyakan, Arjuna sudah sampai tujuan atau belum?.
"Mas udah sampai kota X belum?"
Arjuna membaca pesan chat dari Rinjani.
Setelah itu Arjuna langsung menghubungi Rinjani lewat video call.
"Kamu darimana aja sih mas? Kok telepon aku gak di angkat-angkat?"
Hardik Rinjani, begitu menerima telepon dari sang suami.
"Maaf sayang, tadi aku sangat sibuk sampai lupa ngabarin kamu"
Jawab Arjuna penuh rasa sesal.
"Ya udah gapapa, tapi kamu baik-baik aja kan mas? Kamu tinggal dimana sekarang? Apa tempat tinggal barunya nyaman?"
Tanya Rinjani dengan nada yang mulai melembut.
"Aku tinggal di rumah yang sangat nyaman Rin. Kamu gak usah khawatir ya"
Dusta Arjuna seraya menatap ke bangunan rumah sederhana itu. Yang sebenarnya jauh dari yang Arjuna harapkan.
"Ok, hati-hati ya di sana? Jaga kesehatan dan jangan lupa ngabarin aku terus"
Pesan Rinjani sebelum mengakhiri teleponnya.
"Ok, sayang. Sudah dulu ya? Nanti aku hubungin lagi. I love you?"
"Love you more" dan panggilan pun terputus.
sakit nih ryan
kelakuan astaghfirullah.
healjng ke gunung bs2 hilang.. bnr jg 😀
jika suami setia seribu pelakor dtg aman RT