Srita(Cinta Manis Berakhir Miris)

Cukup lama Haras dan Ratno yang dibonceng Mulim untuk tiba di tempat yang dimaksud.

Menyusuri jalan kampung yang lumayan ramai oleh aktivitas warga.Dan setelah cukup lama, akhirnya motor yang dikemudikan Mulim berbelok ke sebuah tempat.Tempat yang adalah sebuah rumah kecil yang berada di tengah tanah yang di tumbuhi barisan pohon mangga.Itu adalah kebun mangga milik orang tua Jeki.

Suasana di sekitar tempat itu terlihat sepi.Sejauh mata memandang,yang terlihat hanyalah hamparan perkebunan milik warga kampung yang mayoritas ditumbuhi tanaman yang tinggi.

Motor sudah berhenti tepat di depan rumah berdinding kayu tersebut.

Dan saat mengetahui ada yang datang, beberapa orang pria langsung keluar dari rumah itu.

Ratno merasa cemas.Situasi ini sangat tak nyaman baginya.Ini bukanlah hal yang baik.

"Mas,ayo kita pergi!."

Bisik Ratno pada Haras.

"Ah!lu gak usah takut gitu dong!."

Balas Haras.

"Aduh Mas!ini markasnya si Jeki.."

Lanjut Ratno.

"Ya..emang kenapa,kalo ini markas di Jeki?."

"Ya,ini artinya gawat Mas."

"Ah!bodo amat!."

Haras cuek.

Ia langsung turun dari motor,begitu juga Ratno yang tetap merasa khawatir akan keselamatan ia dan Haras.Tempat yang ia datangi saat ini adalah markas Jeki.Di tempat inilah, biasanya Jeki mengeksekusi orang yang ia anggap sebagai saingan atau musuhnya.Biasanya orang tersebut dibawa ke tempat ini untuk di intimidasi,agar ia merasa tak aman untuk tetap berada di kampung ini.Hingga akhirnya,ia pun segera pergi meninggalkan kampung ini.

"Sopo kui Lim?."

Tanya seorang rekan Mulim.

"Mana bos?aku sudah bawa orang yang bos maksud."

ucap Mulim dengan penuh bangga.

"Cihh!!dasar penjila*!."

Umpat Ratno yang sangat tak suka dengan Mulim itu.

"Oh,ada.Aku panggil dulu!."

Rekan Mulim itu segera masuk kedalam rumah untuk memanggil sang bos.

Dan tak berselang lama, akhirnya siapa yang Mulim cari,datang juga.Jeki.Pemuda sombong yang merupakan anak salah satu orang terkaya di kampung itu.Dengan wajah yang sebenarnya tak seram,tapi dibuat seolah-olah terkesan seram,ia keluar dari rumah itu.

"Ono opo Lim?!.

Tanya Jeki dengan suara beratnya,yang lagi-lagi bukan alami,tapi itu karena ia terlalu sering meroko*.

"Bos,ini saya datang dengan orang yang bos cari."

Mulim menunjuk pada Haras yang berdiri tak jauh darinya.

"O..."

Jeki berjalan mendekati Haras.Hingga kini ia benar-benar sudah berada dihadapan Haras.

Ratno yang berada disamping Haras merasa ketar-ketir melihat sosok Jeki yang kini sedang bersama formasi lengkap.

Jeki memandangi Haras dari ujung rambut hingga ujung kaki.Ia terlihat terpesona sesaat melihat sosok Haras yang rupawan, sebelum akhirnya ia sadar bahwa orang yang ada dihadapannya itu adalah musuhnya.Musuh yang harus segera ia singkirkan.

"Oh,jadi koe yang namanya Haras?."

Tanya Jeki.

"Iya.Emang kenapa?."

Jawab Haras tenang.

"Koe tau siapa aku?."

"Heh!kocak ni orang,ya..mana gua tau!."

Jawab Haras,Ratno menyikut pelan lengan Haras.Seolah memberi isyarat pada Haras agar lebih berhati-hati.

"Kurang ajar!kamu itu sekarang sedang ada di markas ku,jadi jangan coba-coba bertingkah sok jago!."

Jeki kesal dengan sikap cuek Haras yang sana sekali tak menghargai dirinya sebagai seorang pemuda yang paling disegani di kampung itu.

"Udah deh!lu gak usah banyak baco*!ngapain lu bawa gua kesini?."

Tanya Haras ketus.

Jeki menatap Haras dengan tatapan tajam,ia ingin menunjukkan ketidaksenangan pada pemuda kota itu.

"Kalu lu gak ada urusan ma gua, ngapain gua capek-capek buang waktu kesini?!."

Celetuk Haras.

Hal itu sontak membuat Jeki kian tersulut emosi.

"Aku peringatkan kau!jangan coba-coba kau dekati Srita!!."

"Kalau sampai kau dekati dia,aku pastikan kau akan menyesal seumur hidup karena sudah berurusan dengan Jeki!!."

Ucap Jeki dengan suara lantang.

"Oh,jadi elu si Jeki itu?!ini bagus dong!."

Haras terlihat senang saat tahu pemuda yang ada dihadapannya adalah Jeki.

Jeki kian nampak kesal melihat reaksi Haras yang sangat tenang itu.

"Mas..gak usah nekat.ini bahaya!."

Ucap Ratno .

"Ah!lu diem aja No!ini urusan gua!."

"Heh Jeki!gua mau nemuin lu disini, karena gua ada urusan penting Ama elu.Lu dengerin gua baik-baik ya!gua gak kenal dan gak mau kenal sama orang yang namanya Srita itu.Gua gak perduli.Gadis-gadis disini bukan levelan gua.Terserah apa yang lu mau lakukan terhadap gua,yang penting itu bisa membuat gua secepatnya pergi dari kampung ini.Gua udah gak tahan.Tempat ini membosankan!."

Ucap Haras yang rupanya sedang meluapkan semua isi hatinya saat ini.

Jeki dan orang-orang yang ada di tempat itu hanya bisa diam,mereka tak mengerti dengan maksud dari ucapan Haras itu.

Dan untuk sejenak,suasana sempat hening.Tak ada satu orang pun yang berbicara,yang terdengar hanya suara burung dan serangga yang bernyanyi di area perkebunan.

"Bos,saya kok ndak percaya sama omongan orang itu.."

Bisik Mulim pada Jeki.

"Soale,menurut info yang saya dapatkan,dia itu pernah ketemuan sama Srita di kebun Pak Turio.."

Lanjut Mulim yang sepertinya sedang berusaha memprovokasi Jeki.

"Koe jangan ngarang Lim!."

"Bener Bos.Mana berani saya begitu.."

Jeki terdiam,ia sedang berusaha mencerna ucapan Haras dan juga laporan dari Mulim barusan.

Kedua hal yang sangat berbeda itu cukup membuat Jeki bimbang.

"Ndak usah banyak alasan!aku Ndak perduli dengan ocehan mu itu!pokoknya awas kalau sampe kamu berani dekati Srita!!."

Akhirnya Jeki angkat bicara,ia tetap bersikeras pada pendapatnya.Ia sama sekali tak terpengaruh dengan ucapan Haras.

"Jadi lu gak mau bantu gua?!."

Haras kini yang menjadi kesal setelah mendengar ucapan Jeki.

"Untuk apa aku harus membantu orang yang aku gak kenal?genden*!."

Timpal Jeki sambil menyeringai.

Suasana mulai terasa panas.Itu bukan karena cuaca siang hari yang menang terasa terik,tapi itu karena ketegangan antara Jeki dan haras.Masing-masing mencoba mempertahankan ucapannya.

"Mas, sudahlah,ayo kita pergi saja!."

Desak Ratno yang sudah gusar sejak pertama kali sampai di tempat ini.

Haras sana sekali tak menghiraukan ucapan Ratno.

"Oke!kalo lu gak mau bantu gua,gua akan bawa Srita kesini besok!gua akan minta dia katakan semuanya,biar lu percaya kalau gua gak perduli sama dia!."

Ucap Haras lagi.

"Ayo No kita pulang!!."

Ajak Haras,Ratno pun tak menyia-nyiakan kesempatan.Ia langsung bergegas pergi mengikuti langkah Haras.

Sedang Jeki hanya mampu terdiam sambil memandang kepergian Haras.

"Bos, kenapa dibiarkan pergi?!."

Tanya Mulim bingung.

"Meneng koe!!."

".......?!."

******