Arasya Winston,, istri dari pengusaha kaya Jade Winston dan ibu dari seorang anak laki-laki yang tampan Kayden Winston.
Pasca kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya,, ia berubah menjadi seorang yang dingin dan membentengi hatinya dari laki-laki manapun yang berusaha mendekatinya.
Disisi lain, Satria Anjar seorang tentara yang berusaha mati matian untuk mendapatkan cinta pertamanya kembali dengan berbekal ijin dari istrinya yang seorang dokter tapi penuh tipu daya.
Akankah begitu mudah untuk Anjar menaklukan hati seorang Arasya yang begitu dingin dan menjunjung tinggi cintanya terhadap mendiang suaminya...??
lika liku antara cinta di masalalu dan cinta dimasa kini,, egoisme dan kesabaran begitu kental menyertai perjalanan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZettA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUJAN PEMBAWA BERKAH
"Kep Anjar,, nanti kalo sudah pindah tugas sering seringlah bertemu kita.. Bandung Jakarta kan dekat."
Tama membuka obrolannya dengan Anjar.
"Siap siap pak,, terimakasih.. InsyaAllah pastinya saya akan terus menjalin silaturahmi ini dengan baik."
Anjar segera menyambut undangan Tama dengan senang hati tentunya,, ia merasa menemukan jalan untuk menjalin kedekatan dengan Ara.
"Untuk acara kenaikan pangkatnya nanti dimana..? Bandung atau Jakarta..??”
Kembali Tama bertanya.
" Di Jakarta pak.. Insyaallah.. "
"Nah kebetulan,, kontak kontak kami yah,, supaya nanti bisa kita rayakan bersama juga..
tenaang kep,, dia nih banyak koleksinya... hehehe. "
Anjar terkekeh seraya menoleh pada Ara.
"Koleksi..?" Anjar mengernyit tidak mengerti dengan maksud Tama.
"Koleksi minumannya bagus bagus dia,, premium semua.... Pokoknya kalau ada perayaan apapun, tinggal pesen aja minta dibawain... hehe.."
"Mmmm." Anjar hanya tersenyum manggut manggut seraya melirik Ara.
"Hey,, beliau nih beda sama kita cara perayaannya,, memangnya kita yang dikit dikit minum dikit dikit minum... tanya dulu laaah."
Ara menyinggung lengan Tama.,, yang disinggung langsung terlihat kaget.
"Ooh maaf maaf,, anda tidak minum..?? ” Tanya Tama menatap Anjar,, merasa bersalah dengan ucapannya.
"Ah gapapa ,, santai saja saya nggak fanatik kok soal minuman.... yang penting tetap terkontrol dan tidak rusuh."
Jawab Anjar sambil tersenyum lebar dengan tatapan yang tidak lepas dari Ara... Merasa lucu dengan maksud yang tersembunyi dari Ara,, yang mana tujuan sebenarnya adalah untuk meledeknya.
"Waah kalo soal minum dia ini expert pak,, dijamin tetep stay cool,, keep calm dan gak bakal rusuh...Terus terang saya aja kalah... Makanya kemana mana dia saya ajak kalo ada klien dari luar tuh... hehe"
Tama kembali menoleh pada Ara.
"Eeh ,, beliau tuh perayaannya pasti versi syari'ah,, gak bakalan cocok sama kita kita... beda server.!!"
Ara semakin memojokan Anjar.
"Jangan gitu dong Raa,, justru kita butuh sosok seperti beliau ini,, siapa tau dengan seringnya bergaul,, kita juga jadi terbawa Syari'ah nantinya."
Tama menjawab dengan wajah serius.
Ara hanya menoleh lalu mencibir.
"Yakin bisa.. ? ” Tanya Ara..
" Yakin,, kenapa tidak,, apalagi kalo bareng bareng sama kamu,, aku yakin pasti bisa."
Jleb... Anjar serasa tertusuk mendengar penuturan Tama.
Ada sesuatu yang tak terlihat tapi begitu menyakiti hati dan perasaannya saat itu...
Apalagi ia mendengar hanya Tama yang memanggil Ara dengan panggilan khas,, yakni "Raa" saja,, yang mana se pendengarannya selama ini tidak ada seorangpun yang memanggil Ara dengan panggilan seperti itu.
Tapi apalah daya dia tidak bisa berbuat apa apa selain hanya mendengarkan dan menyimak obrolan mereka,, yang membuat kuping dan hatinya panas terbakar.
***
*
"Win,, hari ini kita makan siang di rumah makan yang tepi laut ituu yah..."
"Siap Bu,, kok bisa yah kita sepemikiran.. hehe. "
Siang itu Ara dan Alwin sedang berada di lokasi proyek,, ini adalah hari terakhir mereka meninjau kegiatan disana, karena lusa mereka sudah harus kembali ke Jakarta.
Menjelang siang tiba tiba hujan turun sangat lebat mengguyur area itu di iringi angin kencang yang membuat semua pekerja terlihat panik....
Pohon kelapa dan pohon pohon besar yang ada disekitaran terlihat meliuk liuk membuat keadaan disana serasa mencekam.
Setelah hujan agak mereda,, mereka bersiap untuk meninggalkan lokasi,, takut kalau kalau hujan datang kembali,, bisa bisa mereka terjebak di lokasi tersebut.
Terlihat pak Ardi berlari menuju pos barak yang mereka tempati.
"Pak Alwin,, Bu Ara,, maaf sepertinya kita belum bisa kembali,, soalnya barusan ada kabar katanya banyak pohon tumbang yang menghalangi jalan."
"Oh ya,, terus gimana dong pak,, apa tidak ada jalan lain untuk keluar dari sini..?? sedikit memutar tidak apa apa."
Ujar Alwin lesu,, perutnya sudah terasa lapar,, karena dia dan Ara berencana mau makan siang di rumah makan tepi pantai,, sehingga tadi dia sengaja tidak ikut makan siang bersama pak Ardi dan pekerja lainnya disana.
"Nggak ada Pak,, itu adalah jalan satu satunya yang bisa kita lewati,, kalaupun melipir melipir ke jalan kecil yang biasa dilewati warga,, itu tidak bisa dilewati mobil,, harus pake motor dan rawan sekali pak,, harus nembus nembus perkebunan, apalagi ini sudah sore menjelang malam." Jawab pak Ardi.
"Tapi para pekerja disini akan segera menuju ke lokasi pohon pohon tumbang itu untuk membuka jalan,, tunggu saja pak. "
Lanjut pak Ardi menuturkan.
"Udahlah Win tunggu aja,, kalau memang kita harus bermalam disini ya gapapa itu udah resiko kita,, anggap aja kita lagi camping,, seru lagi.. hahaha."
Dengan santai dan diiringi tawa yang ringan,, Ara menenangkan Alwin yang terlihat gelisah.
"Seru darimana,, yang ada mah mencekam kali bu... mana udah laper lagi."
Alwin cemberut melihat sikap Ara yang santai seakan tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar.
"Jangan terlalu khawatir,, kita akan usahakan secepatnya untuk membuka jalan Pak."
Pak Ardi ikut menenangkan Alwin.
Setelah hampir dua jam menunggu,, hujan masih belum reda meskipun tidak lebat seperti tadi.
Tiba tiba datang sebuah motor trail yang langsung mendekat kearah barak.
Alwin berdiri menyambut kedatangan orang tersebut dengan sumringah.
"Maaf yah bu karena ini keadaan darurat jadi saya mengambil keputusan sendiri tanpa meminta persetujuan ibu."
Alwin nyegir dan segera bangkit menyambut kedatangan orang yang baru saja tiba.
"Maaf mas Alwin jalannya benar benar ketutup,, jadi saya mengambil jalan memutar dan jalurnya sedikit sulit... jadi gak bisa cepat deh,, udah laper yah Mas.. ?”
Ternyata Anjar yang datang memenuhi panggilan darurat dari Alwin.
Diam diam Alwin menghubungi Anjar dan meminta bantuannya dengan sedikit keluhan mengatasnamakan Ara.
Anjar yang pikirannya dipenuhi oleh Ara setiap harinya, tentu saja sigap menanggapi keluhan Alwin dan segera datang ke lokasi.
Ternyata Anjar tidak datang sendiri, ada satu anak buahnya yang mengendarai motor trail juga dengan ransel besar di punggungnya.
" Ini mas,, makan dulu,, saya tidak tau apakah makanan yang kami bawa cocok dengan selera anda berdua atau tidak,, soalnya tadi saya pesan seadanya saja."
Ternyata kopral Jae yang menyertai Anjar dan membawakan makana pesanan Alwin.
"Win, apa apaan sih kamu kok jadi ngerepotin orang kayak gini...?"
Ara mendelik pada Alwin,, kesal karena Alwin bertindak diluar sepengetahuannya dan persetujuannya.
"Maaf Bu,, ini situasi darurat ✌."
Alwin hanya nyengir dan segera membuka kotak kotak makanan yang dibawa oleh kopral Jae.
"Kamu gapapa..??.. maaf saya terlambat."
Anjar duduk disebelah Ara.
"Aku gapapa kok, Alwin aja yang lebay... but,, thankyou yah udah datang,, sorry jadi ngerepotin."
Ara menjawab dengan senyuman tipis,, merasa tidak tega kalau harus jutek jutek pada Anjar untuk saat ini.... wkwkwkwk.
###
Silahkan tinggalkan jejak dengan like dan komentar yah manteman.. agar othor lebih semangat ngehalu nya... xixixi
🤭🤭🙏🙏
Terimakasih
udah aq like kakak
gak sadar ikutan nyanyi