NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Pagi hari

Jean berdiri di balkon kamar Jingga, tangannya mencengkeram pembatas balkon dengan kuat. "Seharusnya tidak seperti ini," monolognya.

Kedua saudaranya mengabari jika akan pulang larut. Kepalanya kembali menoleh ke arah Jingga yang tengah memejamkan matanya dengan tenang di atas ranjang. "Kau adalah racun yang berbahaya," gumamnya.

Dia kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon. Dia menatap Jingga cukup lama sebelum memutuskan keluar kamar, ia harus pergi sebelum Kakak dan adiknya kembali.

Keesokan harinya, Jingga bangun dengan keadaan yang tidak bisa di katakan baik-baik saja. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan buru-buru berlari ke kamar mandi.

Hueeekk!

Perutnya seperti sedang di aduk saat ini, efek alkohol yang di cekoki oleh Jean benar-benar berefek kuat untuknya. Ini pertama kalinya ia menyecap minuman haram itu, bahkan tidak pernah tebesit niatan untuk menyicipinya.

Jean sialan!

Setelah menekan flush toilet, ia membasuh mulut serta wajahnya di wastafel. Kepalanya juga masih terasa pening, ia menatap pantulan wajahnya di depan cermin kecil yang terpasang apik di atas dinding.

Matanya melotot kaget seketika. Dia menatap tubuhnya sendiri dari atas dan bawah. Hanya pakaian dalam yang melekat di tubuhnya saat ini.

Dengan cepat ia keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaian asal dari dalam lemari. Kedua tangannya mengepal kuat dan melangkah keluar kamar.

"JEAN SIALAN! DI MANA KAU!"

"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADAKU, BRENGSEK!!"

Jingga berteriak dan mengumpat di setiap langkahnya, matanya mulai berkaca-kaca membayangkan apa yang di lakukan Jean padanya. Satu-satunya yang ia ingat semalam adalah Jean yang menggendongnya, setelahnya ia tidak mengingat apapun.

Gadis itu menuju kamar Jean dan menggedornya dengan kuat. "JEAN! KELUAR KAU!!"

"JEAN!!"

"Ada apa ini?"

Suara berat seorang pria dari belakang menghentikan aksi brutalnya. Jingga menoleh dan tersentak, ia melihat Jerry yang berdiri di dekat tangga dengan dahi mengerut. Dia melupakan jika hari ini sang Ayah pulang.

"Ada apa, Jingga? Kenapa kau berteriak?" tanya pria itu lagi.

Jingga tersenyum kikuk dan menggelengkan kepalanya. "Ayah sudah pulang?" tanyanya gugup.

Jerry mengangguk singkat. "Apa Jean melakukan sesuatu padamu?"

Lagi-lagi Jingga menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, Ayah. Hanya masalah kecil," jawabnya di iringi cengiran lebar.

Bisa tambah panjang urusannya jika sang Ayah tau apa yang sudah dilakukan Jean padanya semalam. "Kalau begitu Jingga akan bersiap ke kampus dulu," ucap gadis itu lalu menunduk singkat dan melangkah menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Jingga melepaskan pakaiannya dan menatap pantulan dirinya di depan cermin panjang yang ada di sudut kamar. Ia meraba tubuhnya, dan melihat dengan seksama dari cermin.

Jika Jean benar-benar melakukan sesuatu padanya, pasti akan meninggalkan bekas atau apapun itu. Tetapi ia tak menemukan keanehan apapun. Dia melirik jam digitalnya, pukul 10.45 AM. Pantas saja Ayahnya sudah kembali.

...****************...

"Kau akan ikut, kan?"

Jingga menutup bukunya dan menatap Rea yang duduk di depannya. "Memangnya boleh jika tidak ikut?" tanyanya dengan alis terangkat.

"Tidak sih."

Lusa, semua mahasiswa baru jurusan seni dan desain akan mengikuti Makrab yang di adakan di puncak selama 2 hari 2 malam. Malam keakraban, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa baru kepada sesama maba, kakak tingkat, dan serba-serbi mengenai jurusan tersebut.

"Apa kau ingin berbelanja bersama?" tawar Rea.

"Tentu."

Setiap satu minggu sekali Jerry memberikannya uang saku yang tak sedikit jumlahnya, dia bisa menggunakan itu untuk berbelanja untuk kebutuhannya selama di puncak.

Keduanya sedang menunggu kelas selanjutnya yang dijadwalkan satu jam lagi, jadi mereka memutuskan untuk pergi makan siang di kantin.

Banyak pasang mata yang menatap Jingga secara terang-terangan. Itu pasti karena videonya yang tersebar di base kampus. Apa dia peduli? Tentu saja tidak.

"Eh, itu Kak Jean," celetuk Reana.

Jingga mengikuti arah pandang temannya, tak jauh dari tempatnya, ia bisa melihat Jean yang sedang makan bersama seorang wanita.

"Apa itu pacar barunya?"

Mendengar hal tersebut, Jingga kembali menoleh kepada Rea. "Kenapa kau penasaran begitu?"

Rea menggelengkan kepalanya, "Saat ospek kemarin aku dengar dia berpacaran dengan Kak Sella, tapi lihat sekarang, ia sudah bersama dengan wanita lain," jelas gadis itu.

Tanpa sepengetahuan Rea, Jingga mengepalkan kedua tangannya di bawah meja. Otaknya yang masih buntu masih berusaha mengingat-ingat apa yang saudara tirinya itu lakukan saat ia tak sadarkan diri.

Jingga pulang ke rumah setelah selesai berbelanja dengan Reana. Di ruang keluarga, ia bisa melihat Ayah serta ketiga saudaranya yang sedang berbincang.

"Jingga, kemari," panggil sang Ayah.

Jingga meletakkan paperbag yang ia bawa di dekat tembok dan ikut duduk di sofa yang masih kosong.

"Kata Jean kau akan mengikuti Makrab di puncak," tanya Jerry.

"Iya, Ayah."

Sang kepala keluarga tersenyum tipis. "Ayah sangat bersyukur kau satu jurusan dengan Jean. Dengan begitu akan ada yang menjagamu di sana," ujarnya.

"Maksud Ayah?" tanya Jingga tak mengerti.

"Dia akan menjadi panitia Makrab. Dengan begitu Ayah merasa tenang membiarkanmu menginap, dia akan menjagamu di sana."

Jika sudah begini, Jingga benar-benar menyesali keputusannya masuk prodi yang ia pilih sekarang. Meskipun ia sudah mengidam-idamkannya sedari lama, tapi jika dia tau Jean juga berada di prodi yang sama, ia akan mengalah.

Sedangkan di depannya, Jean menatap Jingga dengan senyum miring.

"Apa Kakak merasakan sesuatu?" bisik Jio yang duduk di samping Jason.

Pemuda berusia 23 tahun itu, menatap adik bungsunya dengan alis bertaut. "Tatapan Kak Jean," bisiknya kembali di telinga sang Kakak.

Kini Jason memusatkan perhatiannya pada Jean yang tidak mengedipkan matanya ketika menatap Jingga. Mengabaikan ayahnya yang sedang berbicara panjang lebar.

Tidak mungkin, kan?

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!