Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15. HAMIL DULUAN
Hari ini Kinan tidak pergi ke kantor, lebih tepatnya ia telah berhenti bekerja menjadi sekretaris Raka atas permintaan Azka dan didukung oleh kedua mertuanya.
Mama Flora tak yakin jika di luar sana Kinan bisa memperhatikan asupan makanannya, terlebih dalam kesibukan bekerja. Maka itu, ia sendiri yang akan memantau menantunya.
Namun, keputusan Azka tersebut tentu saja mendapatkan tentangan dari Raka yang dinilai seenaknya saja memberhentikan sekretarisnya. Itu bukan hak Azka, namun ia tidak bisa berbuat banyak karena kedua orangtuanya yang mendukung keputusan Azka.
Hal tersebut membuat Raka tak fokus bekerja seharian, lusa ada meeting penting dan Kinan lah yang selalu ia andalkan dalam urusan presentasi. Bagaimana mungkin ia bisa mendapatkan sekretaris pengganti dalam waktu satu hari, dan belum tentu sektretaris barunya nanti bisa seperti Kinan.
"Ini yang gak aku suka sama kamu Bang, mentang-mentang kamu anak pertama, seenaknya saja mengambil keputusan." Raka berdecak kesal sembari menggebrak pelan meja kerjanya. Sorot matanya menajam menatap berkas yang tercecer di atas meja. Baru sehari tak ada Kinan ia sudah dipusingkan dengan masalah pekerjaan.
Di samping itu, jika Kinan tak bekerja dengannya lagi, ia tidak akan lelusa memantau kehamilan Kinan. Yah, ia berencana melakukan sesuatu agar janin itu gugur.
"Bisa stres aku kalau lama-lama begini," Raka beranjak dari kursi kebesarannya. Mengenakan kembali jas lalu keluar dari ruangannya. Ia akan mendatangi Alesha yang sedang berada di butik. Mungkin dengan menemui istri tercinta, beban pikirannya akan sedikit berkurang.
Tak lupa Raka singgah membelikan makanan kesukaan istrinya.
Alesha yang sedang fokus memeriksa data keuangan butiknya, tak menyadari kedatangan Raka. Pria itu langsung masuk melihat pintu ruangan istrinya tak tertutup rapat.
"Fokus banget sih, sampai Suami datang gak disambut." Raka meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan istrinya.
Alesha tersentak, sesaat kemudian ia tersenyum. "Lagian masuk gak ketuk pintu dulu." Ujarnya sembari merapikan lembaran-lembaran yang penuh dengan nominal pemasukan dan pengeluaran butiknya.
"Pintunya gak ketutup rapat tadi, jadi aku langsung masuk aja." Kata Raka.
Alesha menepuk keningnya, tadi ia terburu-buru masuk sampai lupa menutup pintu. "Abang bawa apa?" Pandangannya berpindah pada bungkusan di atas meja.
"Aku beliin makanan kesukaan kamu,"
"Tahu aja aku belum makan," Alesha membuka bungkusan itu, mengeluarkan seporsi mie ramen kesukaannya. Tapi ada yang berbeda, porsinya terlihat lebih banyak dari biasanya.
"Abang sudah makan?"
Raka menggeleng.
"Terus, kenapa cuma beli satu?" Tanya Alesha.
"Mau makan disuapin kamu, makanya aku minta porsinya banyakan." Raka tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya.
Alesha terkekeh pelan, seperti itulah Raka. Ia jadi merasa bersalah karena selama ini tak pernah belajar mencintai pria itu. Dan mulai sekarang ia berjanji pada dirinya sendiri akan belajar mencintai Raka.
"Ya udah, kita makan berdua." Suapan pertama Alesha berikan pada suaminya. Mungkin dengan sering-sering makan berdua seperti ini, cinta itu akan segera tumbuh di hatinya untuk Raka.
Di sela-sela makan, tiba-tiba Alesha teringat dengan Kinan. "Bang, aku benar-benar gak nyangka loh kalau Kinan dan Bang Azka itu menikah karena ternyata Kinan sudah hamil duluan,"
Raka langsung tersedak mendengar ucapan istrinya. Dengan cepat Alesha memberikannya air minum.
"Ngunyahnya pelan-pelan, Bang."
Raka hanya mengangguk sembari meneguk segelas air hingga tersisa setengahnya. Tersedak mie ramen yang cukup pedas itu membuat wajahnya seketika memerah.
"Lanjut lagi makannya?" Alesha kembali menyuapi suaminya, namun Raka telah kehilangan selera makannya.
"Kamu habiskan saja, aku sudah kenyang." Ujar Raka.
Alesha mengangguk, sambil mengunyah lagi-lagi ia membicarakan Kinan dan Azka. "Terlihat baik di depan ternyata belum tentu baik di dalamnya ya Bang. Kinan dan Bang Azka itu dua orang yang menurut aku gak banyak neko-neko tapi ternyata kita semua tertipu dengan tampang polos mereka berdua."
Duduk Raka mulai tak nyaman. Ia mendatangi istrinya untuk menenangkan pikiran, namun yang ada Alesha justru membuatnya serasa senam jantung.
"Sayang, udah gak usah ngomong mereka. Gak penting juga buat kita. Habisin gih makanannya. Gimana rasanya, enak kan? Aku belinya di tempat kita biasa makan." Ujar Raka, mencoba mengalihkan topik obrolannya.
"Iya Bang enak banget, kalau di tempat langganan kita rasanya emang gak ada dua."
"Habisin dong kalau enak, aku belinya dengan cinta loh." Kelakar Raka.
Alesha terkekeh, "Ada-ada aja kamu, Bang. Dimana-mana kalau beli apapun itu pakai duit, mana ada pake cinta."
Raka hanya tersenyum, ucapannya barusan memang terlalu lebay. Tapi itu untuk mengalihkan arah pembicaraan Alesha agar tak membicarakan Kinan dan Raka lagi.
karena azka sudah berjanji akan merawat anak itu seperti anaknya sendiri dan kamu akan gigit jari