NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 26. Drama Nyonya Paulina

Hari resepsi pun tiba, mengusung tema garden party yang romantis membuat tamu-tamu undangan berdecak kagum dengan sosok Arkael yang gagah dan tampan bagaikan pangeran dari negeri dongeng dan sosok Divi yang anggun berpadu manis yang memikat mata para lelaki di sana. Para management yang dulu pernah mengenal Divi sebagai staf bawahan yang hampir tidak mereka kenali kini menaruh hormat pada gadis itu.

Ada rasa haru dalam benak Divi, jika dia tidak menjadi istri sementara Arkael, mungkin seumur hidup dia tidak akan pernah merasakan sebuah pernikahan yang mewah dan megah seperti ini, meskipun yang dia alami sekarang bukanlah sesuatu yang patut dia banggakan untuk masa depannya. Tapi setidaknya dia tahu seperti apa rasanya mengenakan gaun pengantin yang mahal dan mewah juga menjadi ratu utama dalam sebuah resepsi pernikahan.

Bu Inna tak hentinya mengucap syukur dan doa untuk kelanggengan rumah tangga anaknya, putrinya yang sudah begitu lama berjuang dan bertahan dalam hidup yang tidak mudah, kini dia dapat melihat bagaimana putrinya diperlakukan bak ratu oleh pria yang tak pernah terlintas dalam pikirannya akan menjadikan Divi sebagai pendamping hidupnya dengan segala masa lalu dan kekurangan yang Divi miliki.

Tuan Argam pun dengan sangat bangga menyambut para tamunya, dia bahkan sama sekali tidak malu dengan latar belakang cucu mantunya, dia justru sangat bangga karena baginya Divi adalah wanita yang hebat, begitu pun dengan ibunya.

Lain halnya dengan Ibu Inna dan Tuan Argam, seseorang malah dengan hatinya yang dongkol masuk ke dalam taman yang sudah disulap oleh wedding organizing itu dengan cara yang paling mengesalkan.

"Bubar! Bubar semuanya!" Teriaknya sekuat tenaga agar suara cemprengnya itu bisa mengalahkan suara musik dan lagu yang dibawakan oleh band dan penyanyi pernikahan di atas panggung. "Pernikahan mereka tidak sah! Aku tidak merestui wanita kampung itu menjadi menantuku! Bubar!"

"Paulina!" Suara Tuan Argam menggelegar, suara musik pun terhenti, orang-orang yang bersuka cita pun membisu.

Paulina disana berdiri di tengah para tamu undangan dengan seorang wanita super cantik yang juga mengenakan gaun pengantin, tak hanya itu, seorang penghulu juga dibawa masuk oleh dua orang pria di belakang Paulina dan Bella.

"Loh, loh, kenapa kita ke sini, Bu?" tanya penghulu yang kedua tangannya dipegangi dua lelaki bertubuh tinggi dan besar itu.

"Karena Bapak akan menikahkan anak saya dengan gadis ini." Paulina menunjuk Bella yang direspon dengan anggukan angkuh dari gadis itu.

"Loh, tapi anak Ibu sedang ada resepsi ini? Ada apa ini?"

"Jangan dengarkan dia, Pak!" Tuan Argam menghampiri mantan menantunya itu dengan suaranya yang menahan geram. Ron setia mengikuti Tuan Argam dari belakang.

"Papa-"

"Berhenti mengacau, Paulina!" Tuan Argam memberikan peringatan.

"Aku tidak mengacau, Pa. Tapi wanita yang lebih pantas untuk anakku adalah Bella! Bukan perempuan kampungan miskin yang hanya akan memoroti harta mendiang suamiku!"

Kalimat cacian itu memancing suara riuh sumbang yang memenuhi area taman. Ibu Inna pun sampai tak kuasa menahan tangisnya mendengar bagaimana cacian itu begitu kejam dilontarkan oleh seseorang yang dia pikir selama ini menyukai putrinya seperti Tuan Argam. Arin dan Seli berusaha menenangkan Ibu Inna.

"Suami?! Kau bahkan tidak pernah menganggap mendiang anakku sebagai suami! Kau bahkan tidak pernah menginginkan kelahiran cucuku! Kutanya padamu, berapa kali kau mencoba untuk menghabisi nyawa cucuku, hah?! Sekarang berhenti bersikap seolah kau perduli dengan cucuku, dasar perempuan gila!"

Suara bisik-bisik semakin ramai mengisi udara.

Divi menatap Arkael, ia melihat bagaimana rahang pria itu mengeras begitu pun dengan kepalan tangannya, urat-urat pada punggung tangannya menonjol sangat jelas. Ia tidak peduli dengan cacian Paulina kepadanya, dia tidak peduli pada Bella yang ikut datang bersama mama mertuanya itu, dia juga tidak takut dengan - mungkin - cemoohan orang-orang setelah cacian yang dilontarkan Paulina, yang dia pedulikan saat ini adalah hati Ibunya yang terluka, dan juga Arkael. Divi takut Arkael meledak lagi seperti malam itu.

Entah sudah berapa kali Divi mendengar bagaimana Paulina yang pernah mencoba mencelakai Arkael, meski tidak tahu bagaimana kronologis cerita lengkapnya, tapi Divi yakin apa yang terjadi antara Arkael dan mamanya bukan sesuatu yang mudah untuk dilupakan.

Tangan Divi bergerak menyentuh tangan Arkael, mengusap lembut tangan pria itu, hingga tatapan tajam Arkael yang dia berikan untuk mamanya disana teralihkan kepada Divi, tatapan tajam itu perlahan memudar ketika tangan Divi mengusap pelan dada Arkael, tatapan Divi yang teduh dan lembut perlahan memberikan ketenangan di dalam dada pria itu. Divi tersenyum, manis sangat manis dan tulus.

"Aku akan memberi pelajaran pada perempuan itu!"

Divi menggeleng. "Kamu nggak apa-apa?" Pertanyaan Divi yang tulus bisa Arkael rasakan dalam hatinya, sederhana tapi sangat menyentuh setiap pembuluh nadinya.

"Mau pergi saja dari sini?" tanya Arkael kemudian.

"Mm." Divi mengangguk. "Boleh aku ajak ibuku juga pergi dari sini?"

"Tentu saja."

Divi langsung menghampiri ibunya, melepaskan genggaman tangannya dari tangan Arkael yang membuat Arkael merasa tidak rela Divi melepaskan genggamannya. Tapi dia harus menahan diri, sementara Divi menghampiri ibunya, Arkael pun mencari Bimo untuk menjelaskan bahwa dirinya dan Divi selesai di acara ini.

"Oke, akan gue sampaikan ke semua tamu dan kakek." kata Bimo setelah mendengar penjelasan Arkael.

"Thanks bro."

* * *

Hari yang panjang untuk mereka, terutama Divi dan Arkael. Setelah pergi dari acara resepsi yang sudah dipersiapkan oleh Bimo dengan sangat seksama, Arkael membawa Divi dan ibu Inna ke hotel. Dia tidak mau ambil resiko mamanya yang selalu menguji emosinya itu akan mendatangi rumahnya dengan sangat tiba-tiba seperti kedatangannya ke acara resepsi dengan membawa Bella yang bahkan dengan sangat percaya diri memakai gaun pengantin.

Butuh waktu yang cukup lama untuk meyakinkan ibu Inna kalau Divi baik-baik saja, kalau Arkael berjanji tidak akan membiarkan mamanya menyakiti Divi, meskipun Divi meringis di dalam hatinya. Semakin banyak janji yang diberikan Arkael di depan ibunya, semakin berat juga beban batin yang diterima Divi. Hingga akhirnya Ibu bisa merasakan tenang dan istirahat dengan Arin yang menemani Ibu Inna di kamar yang berbeda dengan kamar Divi dan Arkael.

"Apa yang kamu pikirkan?" Suara Arkael menyadarkan Divi yang sedang menyendiri di balkon kamar mereka.

"Banyak." jawab Divi singkat.

"Maaf." Satu kata itu membuat Divi bagaikan disiram air super dingin dengan sangat tiba-tiba. Seorang Arkael meminta maaf disaat mereka sedang dalam mode bukan berpura-pura? Apa Divi tidak salah dengar?

"Pak Kael minta maaf?"

"Nggak. Saya minta makan." Sahut Arkael dengan nada ketus.

Divi mendengkus. "Maaf untuk apa, Pak?"

"Kelakuan mamaku yang sangat keterlaluan."

"Biasanya juga Pak Kael nggak minta maaf, malah mengingatkan saya kalo menghadapi Nyonya Paulina adalah salah satu tugas saya, karena itu saya dibayar lebih." jawaban Divi membuat hati Arkael tercubit. Jika sebelumnya Arkael tidak merasakan rasa bersalah pada Divi atas penghinaan mamanya, tapi entah kenapa dia hari ini dia sangat tidak terima atas semua cacian mamanya.

Arkael mengedikkan bahu. "Mungkin karena mama melakukannya di depan ibumu."

"Nggak usah terlalu terbawa perasaan, Pak. Lagi pula, permintaan maaf Bapak sekarang nggak akan berpengaruh juga, apa yang diucapkan Nyonya Paulina memang benar. Dan lagi, pernikahan ini pada akhirnya juga akan berakhir, jadi apa yang dirasakan ibu saat ini mungkin nggak akan sebanding dengan apa yang akan ibu rasakan nanti."

Jleb!

Ucapan Divi sepenuhnya benar, tapi kenapa terasa salah di hati dan benak Arkael. Dia mulai tidak menyukai pembahasan tentang pernikahan yang akan berakhir ini. Dia mulai tidak menyukai orang-orang memandang Divi sebelah mata. Dia mulai tidak menyukai saat ada pria lain yang melihat Divi dengan tatapan tertarik. Dia mulai tidak suka ketika Divi membicarakan masa depannya jika Arkael menceraikannya. Apa ini? Apakah dia mulai jatuh hati pada pemilik sepasang mata jernih itu?

"Sudah malam, Pak. Selamat istirahat." Divi bangkit dari duduknya, dia melangkah melewati Arkael, tapi langkahnya terhenti saat pergelangan tangannya dicekal oleh Arkael, tapi tidak sampai menyakiti.

Divi menatap Arkael dengan tatapan bingung, dan tatapan bingung itu pun berubah menjadi pelototan saat dia ditarik dan kembali mendapatkan kuncian pada bibirnya oleh bibir Arkael.

Untuk sejenak pa-gutan lembut itu hampir membuat Divi terlena dan terbuai sampai terdengar suara.....

Tok....keeee! Tok...keeee!

Divi tersadar oleh suara tokek entah dimana, dia mendorong Arkael, kakinya melangkah mundur, matanya menatap Arkael dengan tatapan protes juga tidak mengerti.

"Saya nggak melakukan kesalahan hari ini, Pak! Kenapa harus dihukum?"

"Itu...bukan hukuman."

"Lalu?"

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
Umie Irbie
othooooor random bangeeeet dewhhh,. masa rumahnya kael yg mewah ada tokek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪
Umie Irbie: wahhahahahahaha,. 🤣🤣🤣🤣🤣 di hotel pulaaaa 😒😒😒🤣🤪
Kiky Mungil: mending kalo di rumah, tapi ini di hotel kak, eh, tokeknya juga mau ikut bobo dihotel kayaknya 😅😅😅
total 2 replies
Boma
kirain ada yg ngetuk pintu,eh toke😄ada2 saja
Kiky Mungil: tokeknya jadi room service 😅
total 1 replies
Boma
apa dia bilang wc ya ujungnya😁
Umie Irbie
duuuuh,. bahasa inggris yaks😒😣 artinya apaan siii,. masa kudu copy paste dulu ke google transit 😏😣😒
Kiky Mungil: jangan kak...bahaya artinya 😋😋
total 1 replies
Umie Irbie
hahahaah,. baca nya sweet bangeeet siiiii 🤣🤭🤭
Umie Irbie
hahahaha,. hukuman nya kok enak sekali yaaaaa 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!