NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Karate

❤️Happy Reading❤️

.

.

.

Tak berapa lama kemudian, dokter Elis tiba untuk memeriksa keadaan Cindy.

Elis adalah teman Jason dari masa SMA, sehingga mereka sangat akrab.

"Hai, Jas, siapa yang sakit?" tanya Elis begitu tiba di ruang utama.

Jason tampak gugup untuk menjawab, membuat wanita berseragam putih itu memicingkan mata ke arahnya. "Ayo, siapa?" goda Elis sambil tersenyum, membuat pria itu semakin salah tingkah.

"Udahlah, gak usah banyak cing cong, ayo ikut aku ke lantai atas!" ajaknya. Setelah tiba di lantai dua, Jason membawa Elis ke kamar Cindy.

Elis tampak terkejut melihat seorang gadis yang jelas-jelas bukan anggota keluarga Jason. Cindy segera memposisikan dirinya untuk duduk.

"Kamu tiduran saja," cegah Jason, membuat Elis melirik sejenak.

"Itu siapa kamu, sih? Perasaan, aku baru lihat," bisiknya, sambil tersenyum.

"Calon istriku," jawab Jason dengan penuh keyakinan kali ini.

Elis langsung tersenyum lebar. "Wah, sebentar lagi ada yang mau melepas masa lajang," sindirnya, sambil mulai menangani kondisi Cindy.

Elis membuka tas persegi yang dibawanya dan mengeluarkan beberapa peralatan medis untuk melakukan pemeriksaan awal.

Ia mulai memeriksa tensi darah dan detak jantung Cindy, serta memeriksa kedua mata dan warna lidahnya.

"Coba angkat bajumu sedikit," titah Elis, membuat Cindy ragu karena Jason berdiri di sisinya, memperhatikan.

Elis menoleh sebentar ke arah pria tersebut. "Jas, lebih baik kamu keluar sebentar; dia mungkin merasa malu kalau kamu melihat," perintahnya, namun Jason tetap bergeming.

"Malu? Lagian, aku sudah melihat semuanya kok," jawab Jason santai, membuat Elis terkejut.

"Astaga, Jas!" ia menggeleng heran, sementara pria itu hanya tertawa kecil.

Merasa kesal dengan lelucon Jason yang mengganggu pekerjaannya, Elis mendorong tubunya lembut dan menyeret keluar dari kamar, lalu menutup pintu dengan rapat.

Elis melanjutkan tugasnya, kali ini ia bersiap untuk memberikan suntikan, seketika Cindy terkejut saat melihat jarum suntik itu mengacung ke arahnya.

"Tidak usah takut, rasanya kaya digigit semut kok," kata Elis, mencoba meredakan kecemasan Cindy dengan obrolan ringan sambil membersihkan kulit gadis itu menggunakan kapas sebelum dengan cepat menyuntikkan jarum ke pembuluh darahnya.

"Awww..." Cindy mengeluarkan suara pelan.

"Sudah selesai," ucap Elis dengan tenang, segera menyiapkan selang infus menyadari kondisi tubuh Cindy yang sudah sangat lemah.

Jason yang tidak sabar, membuka sedikit celah pintu untuk mengintip, dan ia terkejut melihat Cindy terpasang infus, sementara Elis dengan cermat menyesuaikan posisi stand infus untuk kenyamanan pasien.

"Lis, gimana kondisi Cindy? Dia sakit apa?" tanya Jason, sambil memperhatikan dengan khawatir.

Wanita itu tersenyum lembut dan menjelaskan secara detail. "Dari hasil pemeriksaan, Cindy menderita gejala tipes," terang Elis sambil meresepkan obat-obatan yang diperlukan.

Jason menyoroti wajah Cindy dengan ekspresi serius. "Nah, itu semua karena kamu makan sembarangan!" tegurnya memprotes.

Cindy mengangguk lemah, mengakui kesalahannya tanpa berani menjawab.

Elis pun mengangguk setuju sambil menyodorkan resep obat kepada Jason, "Pastikan dia istirahat yang cukup dan minum obat sesuai jadwal," pesannya. Jason mengangguk serius, bertekad untuk membantu Cindy pulih sepenuhnya.

Elis segera merapikan barang-barangnya ke dalam tas, sementara Jason bersiap mengantarkannya ke depan.

"Jas, kalau kamu menikah, jangan lupa undang aku ya," kata dokter wanita itu dengan senyum cerah, terlihat senang karena selama ini ia belum pernah melihat Jason dekat dengan wanita mana pun. "Akhirnya ada juga cewek yang nyantol sama kamu. Selamat ya," lanjut Elis, sementara Jason hanya mengangguk singkat.

"Ya, terima kasih, Lis. Aku akan pastikan memberi tahu kamu," jawab Jason.

Setelah itu Elis berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, ia mengendarai mobilnya sendiri.

"Hati-hati, Lis," teriak Jason sambil melambaikan tangan saat mobil wanita itu mulai meninggalkan halaman Mansion.

...

Sementara itu, Cindy terlihat cemas saat ia berbaring, pandangannya lurus menghadap ke langit-langit, merasakan denyut yang hebat di kepalanya dan gemetar di sekujur tubuh semakin terasa.

Jason dengan penuh perhatian menyiapkan segelas susu untuknya.

"Buat siapa tuh?" goda Jessica, mengetahui bahwa Jason tidak begitu suka minum susu.

"Buat Cindy lah," jawab pria tersebut sambil melihat penampilan feminin adik sepupunya itu.

"Mau kemana dandan begitu? Jangan bilang mau menemui gebetanmu," ejek Jason, membuat Jessica tersenyum malu.

"Kalau iya, memangnya kenapa? Masalah buatmu?" Jessica bertanya, sambil menyisir rambut panjangnya dengan jari-jarinya.

"Terserah kamu lah, itu hakmu," jawab Jason sambil menuju kembali ke lantai dua dengan membawa nampan berisi segelas susu.

Ketika Jason kembali ke kamar, Cindy kembali terkejut.

"Astaga, tidak perlu repot-repot begini," katanya lirih, sementara Jason menatapnya serius, meletakkan nampan di atas nakas.

"Ck! Tidak usah banyak bicara, minum susunya, cepat!" Pria itu membantu Cindy duduk dengan nyaman, menopang punggung dan kepalanya di headboard ranjang.

"Terima kasih," ucap gadis tersebut saat Jason membantu menyodorkan gelas susu.

"Habiskan!" perintah Jason tegas, yang pada saat itu Cindy merasa dahaganya terpenuhi setelah meneguk susu hangat pemberiannya.

Setelah gelas kosong diletakkan kembali di atas nampan, Jason beranjak.

"Tunggu, aku akan membuatkan bubur ayam untukmu," katanya, namun tiba-tiba Cindy menarik lengannya.

"Tidak perlu." gadis itu menggeleng, terharu dengan kebaikan Jason.

"Lepaskan! Biarkan aku merawatmu," kata Jason dengan mantap.

Saat Jason hendak kembali ke dapur, ia melihat Jessica tampak gundah di bawah sana.

Gadis itu seperti mondar-mandir, kebingungan, sambil menatap layar ponselnya.

"Yuji kemana sih? Aku sudah telepon tapi tidak diangkat, chat juga tidak dibalas," gumamnya frustasi, membuat Jason tersenyum menggoda adik sepupunya tersebut.

"Kok masih di sini aja, bukannya mau jalan?" ejek Jason dengan nada ringan, tetapi mood Jessica semakin memburuk.

"Gak usah banyak tanya!" Jessica menjawab tanpa semangat, lalu melangkah pergi ke ruang utama.

"Mungkin gebetanmu punya yang lain juga," Jason berseloroh, seakan terhibur melihat Jessica dalam keadaan seperti itu.

...

Di tempat yang berbeda, tanpa sepengetahuan Jessica, Yuji tertangkap basah oleh Akira saat hendak pergi, membuatnya terjebak untuk latihan karate di sebuah dojo pribadi mereka.

"Kamu tidak bisa pergi, Yuji! Berlatihlah dengan keras," seru Akira tegas, ia tampak gagah di balik seragam karate lengkap dengan sabuk hitam.

Di sekitar mereka, beberapa murid dan anak buah Akira duduk mengelilingi dojo dengan posisi tegak, tubuh mereka berada di atas tumit yang terlipat.

Sebagian besar dari mereka adalah orang Jepang, tetapi ada juga beberapa orang Indonesia yang bergabung dalam sasana itu.

"Yuji, ganti pakaianmu menggunakan seragam!" perintah Akira, suara otoritatifnya tak bisa ditolak, padahal saat itu Yuji sudah memiliki janji dengan Jessica.

"Baiklah, Kak." Yuji menyerah dengan langkah berat, segera mengganti pakaiannya dan bersiap untuk latihan.

Setelah itu, ia bergabung dengan barisan yang telah disiapkan, dan sebelum latihan dimulai, mereka melakukan pemanasan.

Namun, tampaknya pemuda itu terlihat lemas dan kurang bersemangat, yang memicu perasaan frustrasi bagi Akira.

Baginya, sang adik harus menjadi seperti dirinya: kuat, tangguh, dan tak tertandingi. Ia memiliki harapan untuk menjadikan Yuji sebagai seorang pebisnis handal. Namun, jalur itu tidak sepenuhnya sesuai dengan passion Yuji, yang lebih menikmati kehidupan santai dan memiliki minat yang kuat di bidang otomotif.

Setelah pemanasan, mereka memulai latihan ringan.

Akira merasa perlu menguji kekuatan Yuji, jadi ia memanggilnya untuk berdiri di tengah.

"Yuji, kemari!" titahnya, lalu mencari lawan untuk sang adik.

"Harada!" panggilnya, dan pria bertubuh kekar itu segera berdiri dan menundukkan dirinya sebagai tanda hormat di hadapan Akira.

Akira meminta Yuji dan Harada untuk bertarung, saling menguji kekuatan satu sama lain. Keduanya berdiri tegak di atas tatami, siap untuk memulai pertarungan. Mereka saling merendahkan tubuh, siap untuk bertarung.

"Haa..." teriak Yuji dan Harada bersamaan ketika keduanya bergerak untuk menyerang satu sama lain.

Tatapan mereka penuh fokus, dan saat kedua pria itu bergerak, gerakan mereka cepat dan presisi, mencerminkan keterampilan dan kekuatan.

Pikiran Yuji terdistraksi, membuatnya kehilangan fokus selama pertarungan dan akhirnya kalah atas Harada.

Akira menatap tajam ke arah sang adik, matanya memancarkan ancaman yang tak terbendung. "Dia sudah membuatku malu di hadapan murid dan anak buahku!" gumamnya geram.

"Yuji, ikut denganku sekarang!" perintahnya tegas, menunjukkan kekesalan yang mendalam terhadap ketidak fokusan sang adik saat latihan.

Pemuda itu melangkah mengikuti Akira, menyadari bahwa sesuatu yang serius akan terjadi.

Langkah keduanya berhenti di ruangan lain yang sepi, hanya ada mereka berdua saja.

Tanpa banyak kata, Akira langsung menyerang dengan pukulan telak ke dada Yuji, membuat tubuhnya terhuyung dan terdorong ke dinding. "Argh!" teriak pemuda tersebut kesakitan, merasakan nyeri tajam tepat di ulu hatinya.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!