NovelToon NovelToon
Despair Of Being

Despair Of Being

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Zeils Evanescent

Seorang gadis terikat oleh takdir kelam, ditinggalkan orang-orang terkasih dan hanya dapat menjalani hidup dibalut kesedihan. Gadis itu tetap tegar dihadapan semua orang dan bertahan demi mencari keberadaan orang-orang terkasih. Gadis itu membangun kekuatannya dengan perlahan dan membuktikan bahwa dirinya tidak terikat oleh takdir tersebut.
Namun, ia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat melawan hukum dunia. Lantas, bagaimana gadis itu akan melawan takdir kelam tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeils Evanescent, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc 1: SUFFERING; Chapter 24: Ethelyne

"Aku ingin makanan yang biasanya."

"Baik, Nona." Pelayan itu segera mencatat pesananku dan kembali ke ruangan di belakang resepsionis.

Aku memilih untuk duduk di sudut ruangan, tempat dimana tidak seorangpun yang duduk di dekatnya.

Lantai satu penginapan itu sangat ramai, banyak orang berkelompok dalam satu meja dan membicarakan berbagai hal sambil tertawa. Aku hanya bisa menatap mereka dari sudut, meski aku ingin bergabung dalam pembicaraan memangnya siapa diriku? Aku bukanlah orang penting yang bisa seenaknya memasuki perkumpulan orang lain.

"Ini pesanan anda, Nona. Silahkan dinikmati." Pelayan itu meletakkan semangkuk makanan dan secangkir air putih di atas mejaku.

Setelah aku meletakkan sepuluh keping koin tembaga di atas meja, pelayan itu segera mengambil tumpukan koin tersebut kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aku menyantap makanan yang tersaji dengan perlahan, tidak ada hal yang membuatku harus terburu-buru untuk memakan makanan ini.

Brakk!!*

Aku mendengar suara dobrakan pintu dari kejauhan, setelah dobrakan pintu itu aku mendengar beberapa orang yang berbisik dan terjadi keributan di depan meja resepsionis. Tentu aku mengabaikannya karena merasa bahwa hal tersebut tidak ada hubungannya denganku.

Selama sepuluh menit aku terus menyantap makananku tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi di tempat itu.

"Seperti biasa sup daging ini memang enak." Ujarku sambil menatap mangkuk kosong di hadapanku dengan puas.

"Hei."

Aku menoleh kesamping dan menemukan seorang pria bertubuh kekar sedang berdiri tempat disebelahku.

"Hm?" Aku menatapnya dengan heran.

"Aku ingin duduk disana, jika kau sudah menyelesaikan makan malam mu, bisakah kau segera pergi dan membawa mangkuk beserta cangkir itu bersamamu?" Pria itu berkata dengan ekspresi kesal. Dia terlihat seperti sedang menahan amarahnya, tetapi kenapa?

Yah, aku memang sudah selesai makan. Tidak ada salahnya untuk menyerahkan tempat duduk ini kepadanya.

"Silahkan." Aku berdiri dan membawa mangkuk beserta cangkir itu bersamaku. Saat aku berjalan menuju resepsionis, aku dapat melihat pecahan kayu yang berserakan di tempat itu, kemudian saat aku berada di hadapan meja resepsionis, aku dapat melihat bahwa di meja itu terdapat sebuah lubang sebesar kepalan tangan.

"Ini." Aku meletakkan mangkuk dan cangkir itu kemudian pergi tanpa berkata sepatah katapun.

Aku merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang di tempat itu yang menatapku seperti melihat hantu.

"Huh..." Sungguh hari yang aneh.

Aku mengambil sebungkus cumi goreng dan memakannya sambil memikirkan berbagai kejadian yang terjadi hari ini.

"Oh iya." Aku mengeluarkan buku sihir api yang ku beli beberapa bulan lalu di menara sihir.

Dalam dua bulan aku sudah membaca setengah dari buku ini yang mencakup hingga sihir tingkat tiga.

Dijelaskan bahwa api merupakan esensi alam yang memusnahkan dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan segala yang berada di jalannya. Api adalah sumber panas yang intens dan dapat membakar segala yang berada disekitarnya. Api terus-menerus bergerak dan berkobar-kobar, menunjukkan energi dan kekuatan yang tidak terbendung.

Api adalah bagian dari alam, untuk mewujudkannya dengan sihir diperlukan persetujuan dari alam itu sendiri. Oleh sebab itu ada sesuatu yang disebut dengan kecocokan elemen.

Sihir tingkat ketiga dari elemen api menggabungkan unsur pembakaran dan lahar untuk meningkatkan kekuatan dari api. Namun, jika seseorang memiliki kecocokan dengan elemen api dan angin sekaligus, sihir tingkat ketiga dari elemen api dapat diperkuat dengan angin panas.

Aku berhenti membaca di kalimat ini. "Sihir tingkat ketiga dari api, meski pengucapannya berbeda hal ini sangat berbeda dengan elemen api tingkat ketiga.

Elemen api tingkat ketiga adalah petir, dan petir berbeda jauh dengan api. Oleh sebab itu pembagian jenis sihir untuk api dan petir berbeda. Petir tergolong sebagai evolusi dari api. Sama seperti es berevolusi dari air.

"Itu sebabnya sihir terbagi menjadi sepuluh tingkatan meski evolusi elemen hanya sampai tingkat kelima." Gumamku dengan pelan.

"Waktunya berlatih!" Aku menutup buku tersebut dan memasukkannya ke dalam ruang penyimpanan. Setelahnya, aku berbaring di tempat tidur sambil memikirkan tentang sihir sembari menanti kantuk yang datang secara perlahan.

2 bulan berlalu dengan cepat, tanpa kusadari akhir tahun akan segera tiba.

Aku beranjak dari tempat tidur kemudian merapikan diri dan mengambil sarapanku di lantai satu penginapan. Saat ini aku mengenakan dress berwarna putih sambil memakai sendal wedges yang juga berwarna putih.

Kenapa aku memakai sendal ini? Alasannya karena aku ingin terlihat tinggi! Aku jujur tentang hal ini sebab masalah terbesarku adalah tinggi badanku.

"Sup daging ini sangat enak! Tapi sepertinya aku harus ganti menu sesekali, Ibu pernah berkata kalau memakan makanan yang sama secara rutin tidaklah sehat." Aku meletakkan sendok di atas meja kemudian beranjak menuju menara sihir.

Setelah tiba dihadapan menara sihir, aku membuka pintu kembar besar itu dan masuk kedalam sana dengan santai tanpa merasa gugup sama sekali.

Sama seperti biasa, tempat ini sepi dan hanya ada belasan penyihir yang sedang berdiskusi dan membaca buku.

"Livia!?" Aku mendengar suara yang familiar.

Saat aku menoleh ke arah tangga, aku dapat melihat Ethelyne yang sedang menatapku dari atas sana dengan ekspresi terkejut yang dapat kulihat secara samar-samar.

"Ethelyne..." Aku menatapnya sambil tersenyum kecil.

Akhirnya setelah hampir setengah tahun kami dapat bertemu kembali. Namun, aku merasa ada yang aneh dengan wajah gadis itu.

Ethelyne berlari menuruni tangga dan segera berada di hadapanku dengan wajah yang cemas. "La-lama tidak bertemu Livia." Gadis sama sekali tidak menatapku, apa dia menghindari kontak mata?

"Ya, lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu? Aku dengar kau sedang melakukan penelitian yang sangat penting. Apa berjalan dengan baik?" Aku bertanya sambil berusaha untuk mencuri perhatiannya. Namun, gadis selalu saja menoleh ke arah lain sambil menutupi wajahnya saat aku berusaha untuk membuatnya melihat ke arahku.

"Penelitian? Ah! Ya! Berjalan dengan baik kok, sama sekali tidak ada kendala." Ia tertawa kecil.

"Begitu." Gadis ini, apa dia pikir aku tidak tahu ciri-ciri orang yang sedang berbohong? Aku sangat ingin mengetahui apa yang sedang disembunyikannya dariku tetapi–

"Aku datang hanya untuk membeli buku sihir, tidak ada yang perlu kau cemaskan." Aku berkata sambil tersenyum kecil.

"Begitu ya, seperti biasa kau sangat giat berlatih ilmu sihir ya." Gadis itu sama sekali belum melepaskan tangannya.

Aku merasa tidak senang, ada apa sebenarnya dengan gadis ini?

"Ventus."

Seketika jarak kami semakin menipis hanya tersisa 5 centimeter sebelum tapak kaki kami bersentuhan. "Ada apa dengan wajahmu?" Aku langsung bertanya kepada intinya.

"Wajahku? Ti-tidak ada apa-apa kok, aku hanya merasa malu untuk melihatmu saja." Gadis itu mengelak.

"Jangan menyembunyikannya dariku!" Aku memegang pergelangan tangannya dan menariknya dengan paksa.

"Li-liva?!"

"Jangan melawan." Aku berbisik dan mengintip lewat celah yang terbuka di telapak tangannya.

?!

Aku melepaskan pergelangan tangannya dan menatap gadis itu dengan marah.

"Siapa, siapa yang berani melakukan hal itu kepadamu?!"

1
Fiorentina' EVRENZAN
nice 👏👏
Bening Hijau
maaf belum dapat bayangan sama sekali...
ntar ku lanjut lagi baca nya...
semangat terus
piyo lika pelicia
sungguh kejam
piyo lika pelicia
kenapa orang ini menyerang tanpa tau salah nya apa 😒
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
kasihan kenapa di tinggal
piyo lika pelicia
kenapa kek wanita 🤔
Gehrman
Tulisannya sudah rapi cuman sedikit koreksi aja kalau dialog tag gunakan huruf kecil ya sama akhir dialognya diakhiri koma
🎀
satu 🌹 untukmu thor
Zeils: Terimakasih/Smile/
total 1 replies
🎀
mampir lagi thor, makin seru ceritanya
Zeils: ...Ok👍
total 1 replies
🎀
gimana nih nasib grace 😢
Zeils: Entahlah, gimana ya🤔
total 1 replies
piyo lika pelicia
huum orang baik yang malang 😭
piyo lika pelicia
kasihan 🥺
piyo lika pelicia
ow kelainan sejak lahir ku sangka tadi hantu maaf ye 😄
piyo lika pelicia
huaa lari aja Weh 😫
piyo lika pelicia
heem semoga ketemu yah kasian 😦
Zeils
Chapter ini boleh di skip:)
Zeils
Baik, sepertinya Noveltoon Membenciku.
Shara Erdyna
lanjut
Shara Erdyna
aneh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!