NovelToon NovelToon
ISTRI ADIPATI

ISTRI ADIPATI

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Transmigrasi
Popularitas:465.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rani

Jatuh ke danau setelah tahu pacarnya berkhianat, Juwita malah dibawa melintasi waktu ke abad sebelumnya. Abad di mana kerajaan masih kokoh berdiri. Peradaban dunia kuno yang masih kental, yang tentunya tidak terjamah oleh teknologi modern sedikitpun.

Di dunia kuno ini, Juwita malah memasuki tubuh seorang putri cantik yang sangat dicintai oleh seorang adipati. Sayangnya, sang putri malah mencintai pria lain. Tidak sedikitpun menganggap indah keberadaan Adipati yang sangat tulus memberikan semua kasih sayang terhadapnya.

Bagaimana kisah hidup Juwita di samping Adipati dunia kuno ini? Akankah Juwita mengikuti apa yang putri kuno ini lakukan? Atau, malah sebaliknya. Berbalik, lalu mencintai Adipati? Atau, adakah hubungannya dunia kuno ini dengan kehidupan Juwita sebelumnya? Ikuti kisah seru Juwi di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode #24

24

Rencana perjalanan menuju kadipaten tetangga akhirnya terlaksana. Bukan hanya Juwi yang pulang ke rumah orang tuanya sekarang. Melainkan, Satya juga ikut bersamanya.

Ya. Inilah hal penting yang Satya maksudkan. Dia ingin ikut Juwita pulang ke rumah orang tua Juwita. Hal-hal yang berkaitan dengan Juwi memang yang lebih penting menurut Satya. Seperti, pernah terjadi di waktu yang lalu. Satya mengorbankan kesempatan berharga yang seharusnya ia dapatkan sebagai pemimpin daerah pemegang tampuk kekuasaan tertinggi setelah raja. Namum, karena halangan dari Juwita yang dulunya tidak suka dia. Ia pun merelakan kesempatan itu begitu saja.

"Kanda yakin mau ikut aku pulang?"

"Tentu saja. Karena aku harus menjamin keselamatanmu hingga kamu tiba di istana kediaman orang tuamu, Dinda."

"Mm ... baiklah kalau begitu. Jika kanda ikut pulang bersamaku, maka aku akan lebih bahagia lagi." Juwi berucap dengan senyum indah di bibir.

Senyum yang sudah membuat Satya merasa candu. Sangat-sangat mendebarkan hati meski sudah sering menerima senyum tersebut beberapa waktu terakhir. Senyum itu juga selalu membuat Satya terpaku setelah melihatnya. Seperti saat ini. Dia malah terus diam dengan tatapan mata yang terus saja menatap lekat wajah Juwita.

"Kanda."

Juwi harus memanggil Satya karena laki-laki ini malah mematung sekarang. Padahal, mereka harus naik ke atas kereta kuda karena waktu yang semakin beranjak naik.

"Kanda."

"Hah. Iy-- iya, Dinda. Ada apa?"

"Kanda kenapa diam sekarang? Apa yang salah dengan kanda?"

"Oh, tidak ada yang salah. Hanya sedang menikmati yang manis saja."

"Apa yang manis?"

"Senyuman."

"Senyuman? Senyuman siapa?"

"Eh, tidak. Tidak ada apa-apa. Ayo naik, Dinda. Kita harus berangkat sekarang juga."

Pada akhirnya yang menang tetap Satya. Meskipun Juwi merasa sedikit penasaran dengan apa yang baru saja terjadi, tapi ia tidak bisa terus memaksakan rasa ingin tahunya agar segera terselesaikan. Karena saat ini, hal yang lebih penting bukanlah soal rasa ingin tahu yang sedang ia rasakan. Melainkan, harus segera berangkat secepatnya agar segera tiba di kadipaten tetangga, tempat di mana orang tua dari pemilik tubuh asli tinggal.

'Semoga tidak ada hal buruk yang akan terjadi sepanjang perjalanan ini,' kata Juwi dalam hati setelah kereta kuda berjalan meninggalkan gerbang istana.

Sejujurnya, hati Juwita sedang sedikit bimbang sekarang. Bagaimana tidak? Sudah sangat jelas kalau kepulangannya kali ini pasti akan menyulitkan dirinya sendiri. Karena Juwita si pemilik tubuh yang asli tidak meninggalkan sedikitpun ingatan akan keadaan di masa lalu. Juwi hanya punya bekal sedikit pengetahuan saja dari si emban.

'Ah! Juwita-Juwita. Kenapa sih kamu sangat suka bikin gara-gara? Cari masalah saja.' Lagi, Juwi berkata dalam hati.

Tapi, tidak ada sedikitpun rasa penyesalan yang berarti dalam hati Juwi saat ini. Sebaliknya, saat melewati jalan menuju kadipaten tetangga, ia malah merasa sangat bahagia. Bahkan yang paling aneh adalah, semua jalan yang sedang mereka lalui rasanya sangat tidak asing dalam ingatan Juwita. Seolah, jalan itu adalah jalan yang sudah pernah ia lewati sebelumnya.

Sementara Satya pula, dia malah hanya diam memperhatikan wajah bahagia dari sang istri. Seolah, Satya sengaja membiarkan Juwita menikmati perjalanan yang mereka lalui dengan tenang.

....

Prank! Piring yang berisi buah-buahan jatuh karena pukulan keras dari tangan seseorang. Suasana di sekitar pun terasa sangat mencekam.

"Anak kurang ajar! Bagaimana bisa ia memperlakukan tamu ku seperti ini? Ini sudah sangat keterlaluan."

"Ayahnda. Mungkin Rai Satya memang punya urusan yang sangat penting. Jadi, mohon ayahnda mengerti."

"Tapi ini sungguh mencoreng nama baik ayahnda raja, Raka Agung. Bagaimanapun, Raka Satya harusnya paham akan peraturan utama menyambut tamu, bukan? Karena jika salah sambut, maka peperangan bisa saja terjadi. Daerah kecil bisa saja makar pada raja, Raka."

Bagaskara sengaja menciptakan suasana hangat diantara pembicaraan keluarga gara-gara Satya tidak mengantar Wulandari pulang sebelumnya. Perbuatan Satya yang mengabaikan Wulan malah ia jadikan kesempatan baik untuk menyakiti Satya.

"Rai. Seharusnya Rai paham mana yang baik dan mana yang tidak. Jangan menambah minyak di atas api, Rai. Kita saudara. Tidak baik seperti ini." Bangka Agung, atau lebih tepatnya di sebut sebagai putra mahkota dari kerajaan ini, sudah tidak bisa menahan diri lagi.

Bangka Agung cukup tahu betul siapa adiknya. Dan lagi, dia paham mana yang seharusnya dibicarakan, dan mana yang seharusnya di simpan dalam hati saja.

Sementara Bagaskara malah tidak ingin tinggal diam. Karena perkataan Bangka Agung barusan, dia malah membuat raja memarahi putra mahkota dengan dalih memihak pada sebelah pihak.

Akhir dari perdebatan yang terbilang cukup panjang itu, raja memutuskan untuk menghukum Satya nanti. Surat perintah ia layangkan ke kadipaten agung secepatnya.

Senyum puas tergambar dengan sangat jelas di bibir Bagaskara. Meskipun tidak memperlihatkan dengan jelas, tapi Agung yang punya mata jeli bisa melihatnya dengan baik. Sementara putra mahkota sendiri tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Ia hanya bisa pasrah dan berharap, adik keduanya ini akan baik-baik saja nantinya.

Sementara itu, kereta kuda milik Satya sebagai penguasa kadipaten agung telah pun tiba di wilayah orang tua Juwi. Rakyat menyambut dengan hangat kedatangan Satya. Maklum, dia adalah junjungan yang sangat disegani. Tidak hanya di wilayah kekuasaan utamanya saja. Di wilayah tetangga, namanya juga sedang harum-harumnya karena banyak kebajikan yang sudah ia lakukan.

Juwi melirik Satya ketika Satya di sapa dengan hangat oleh para rakyat. Tatapan mata yang penuh dengan kekaguman tidak bisa ia sembunyikan lagi sekarang. Bibirnya yang tipis nan seksi itupun tak bisa tinggal diam lagi.

"Kanda. Ternyata kanda sangat disegani juga di sini ya."

"Oh, maaf. Dinda lupa. Kanda adalah adipati agung. Adipati yang punya kuasa lebih tinggi dari adipati-adipati yang lainnya. Benar begitu, bukan?"

Menanggapi ucapan Juwi, Satya malah hanya tersenyum kecil saja. Tidak ada jawaban satu patah katapun yang Satya berikan. Karena bagi Satya, ucapan Juwita barusan memang tidak membutuhkan jawaban darinya.

Agak kesal hati Juwi karena tidak mendapatkan respon dari perkataan yang telah ia lontarkan. Namun, rasa kesal itu langsung menghilang seketika saat kereta kuda yang ja tumpangi berhenti di depan sebuah istana yang tak kalah megah dari istana yang ia tinggali di kadipaten agung.

Sambutan hangat langsung Juwita terima ketika kereta kuda itu berhenti. Ada banyak dayang yang berbaris di depan istana, membungkuk untuk memberi hormat ketika dirinya dan Satya berjalan melewati para dayang itu satu persatu.

"Bunda. Ayahnda." Reflek dengan begitu saja bibir Juwi berucap ketika ia melihat dua orang tua yang sedang berdiri tegap sambil tersenyum penuh rasa bahagia menyambut kedatangan mereka.

Hati kecilnya merasa aneh. Tapi dirinya lebih bersyukur karena tidak kaku ketika ia tiba di kediaman kedua orang tuanya. Bahkan, hatinya langsung terasa hangat bak sedang bertemu dengan kedua orang tua kandungnya yang ada di dunia nyata sebelumnya. Apalagi ketika ibunda itu memeluk erat tubuhnya. Juwi langsung bisa merasakan kalau saat ini, dia sedang berada di pelukan sang mama.

1
Bulan Bintang
bikin nangis cerita ny Thor 😭
Supiah Susilawati
Luar biasa
eka wati
bab ini terlalu uwu.. 🥰🥰
eka wati
langsung keinget drakor moon lovers.. semoga endingnya ga kayak moon lovers 😁
🍃EllyA🍃
Luar biasa
inayah machmud
mampir
Aldiza azahra
makasih thor seru...
Ayu Ayu
Luar biasa
Rani: makasih banyak yah
total 1 replies
Jarmini Wijayanti
sangat bagus ceritanya suka sikap adipati tegas dan bucin💖🤭
Jarmini Wijayanti
kutunggu cerita selanjutnya 💖💖💖💖💖
Rani: yuhu.... di sini aku yg gak kuat untuk pergi. aku banyak pemberi semangat setiap aku up karya. walau nt sedikit pilih kasih, eh ... tapi pembaca bikin semnagat buat lanjut.
total 1 replies
Jarmini Wijayanti
ih romantisnya bikin iri
Agung Ika Dewi
Luar biasa
Jarmini Wijayanti
tegang bacanya thor
Jarmini Wijayanti
semoga bahagia menyertaimu
Jarmini Wijayanti
sadarlah bagas juwi bukan jodohmu
Jarmini Wijayanti
sabar bagas dan mbak yuna orang sabar banyak rizkinya
Jarmini Wijayanti
ya yang lagi jatuh cinta dunia milik kita berdua ☺
Jarmini Wijayanti
semakin runyam masalahnya
neni onet
ceritanya keren tapi kenapa sepi komen yaa...
lanjut thor 😘
neni onet
serius tanya thor,
klo kita baca cerita yang sudah tamat, klo kita kirim hadiah, apa tetep diterima othor 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!