ISTRI ADIPATI

ISTRI ADIPATI

Episode #1

Jantung berdetak kencang saat mata melihat dua orang yang paling dipercaya malah menusuk dari belakang. Hati yang bahagia, kini hancur seketika, ketika diri sadar, bahwa ternyata, saat ini diri sedang menerima sebuah pengkhianatan dari orang yang paling ia sayangi.

"Kalian ... kalian pacaran?"

Elsy Juwita. Atau lebih sering di panggil dengan Juwi ini sedang menatap lekat ke arah dua orang yang paling ia sayangi sekarang. Yaitu, kekasih yang paling ia cintai dan teman tersayang yang selama ini selalu menjadi tempat curhat terbaik selama ia hidup.

"Juwi." Keduanya kompak berucap sambil melepas pelukan satu sama lain dengan cepat. Wajah kaget tergambar jelas saat ini.

"Juwi, apa yang kamu lihat tidak sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kita -- "

"Tidak sama! Oh, aku lupa. Kalian bukan pacaran melainkan selingkuhan!"

Lantang suara Juwita memotong perkataan sahabatnya barusan. Hal tersebut memicu mereka langsung dijadikan pusat perhatian oleh orang lain yang saat ini sedang sama-sama menikmati indahnya sore di taman pinggiran kota.

Flash back on.

Satu jam yang lalu, Juwi dengan bahagia ingin membuat kejutan untuk pacarnya. Dia yang sedang berada di luar kota, pulang tanpa memberi kabar pada Bagas. Bahkan, tanpa mengabari Ayunda, si sahabat karib yang sangat ia percayai selama ini.

Berbekalkan alamat yang bisa ia dapatkan lewat GPS di ponsel milik Bagas, Juwi pun segera mendatangi lokasi Bagas yang terlihat dari ponselnya. Lokasi yang tak lain adalah, taman Indah Danau Asri pinggiran kota. Tempat terindah pertama kali ia jadian dengan pacarnya dua tahun yang lalu.

Kejutan itu ia berikan untuk merayakan ulang tahun Bagas yang ke dua puluh delapan tahun. Dia sangat bahagia. Dengan harapan, tahun ini Bagas akan bersedia menikahinya. Karena kata Bagas, dia baru akan menikah setelah usianya genap dua puluh delapan tahun kelak.

Namun, apa yang matanya lihat sungguh sangat menyakitkan. Bagas sedang bergandengan tangan, lalu berpelukan dengan Ayu, sang sahabat baik.

Berulang kali Juwi meyakinkan apa yang matanya lihat, hingga hampir setengah jam ia diam menjadi pengamat hanya untuk meyakinkan dirinya akan apa yang sedang terjadi. Namun kenyataan tak bisa dia ubah. Dirinya benar-benar telah dikhianati oleh sahabat baik dan pacar tercinta.

Sungguh sangat menyakitkan hal tersebut. Juwi tidak bisa tinggal diam lagi. Dia pun langsung menggerebek dua manusia yang benar-benar tidak punya hati ini.

Flash back off.

Bagas merasa malu akan ulah Juwi yang sudah menjadikan mereka pusat perhatian. Dia pun langsung menghadapi Juwi, lalu memegang erat tangan pacarnya ini.

"Hentikan, Juwi! Jangan bikin malu. Ayo cari tempat untuk kita bicara."

Ucapan itu membuat darah panas Juwi semakin mendidih. Dia tatap tajam wajah Bagas, lalu ia tarik tangannya yang saat ini ada dalam genggaman tangan Bagas.

"Kamu tahu malu, Bagas? Kalau takut malu, kenapa selingkuh, hah!"

"Juwita!"

Untuk pertama kalinya Juwi melihat sosok keras yang menakutkan dari sang pacar. Bagas berteriak dengan nada tinggi di depannya. Pria yang selama ini sangat lembut, kini terlihat sangar dan terlalu menakutkan. Mungkin, sifat lembut itu hanya sebuah bingkai untuk menutupi sisi gelap yang ia miliki. Sekarang, Juwi baru sadar akan hal itu.

Namun, Juwita bukan gadis lemah yang akan tunduk hanya karena sebuah bentakan. Sebaliknya, bentakan itu semakin memancing darah panas yang menyebabkan emosi Juwita naik.

"Kamu bentak aku, Bagas? Kamu bentak aku setelah kamu ketahuan selingkuh?"

"Kamu benar-benar pria bajingan yang tidak punya perasaan. Dua tahun kita pacaran. Aku minta kamu nikahin aku tapi kamu malah meminta waktu. Ternyata, kamu bukan tidak ingin menikah muda. Melainkan, karena kamu memang ingin menjadi pria bajingan yang suka bermain-main dengan wanita."

"Teruntuk kamu wanita yang sama-sama tidak punya perasaan. Kamu sahabat aku. Kenapa kamu jadi selingkuhan pacarku, hah? Jika itu perempuan lain, aku masih bisa terima. Tapi kamu .... "

"Cukup, Juwita! Cukup!"

Semakin tinggi nada suara Bagas, semakin memerah pula wajahnya sekarang. Mungkin, saat ini rasa malunya sudah mencapai ke ubun-ubun. Karena itu dia sudah tidak kuat lagi untuk menahannya.

Saat Juwi ingin mengangkat bibir untuk bicara lagi. Tangan Bagas sigap mendorong tubuh Juwi dengan keras. Alhasil, dorongan yang tiba-tiba membuat Juwita kehilangan keseimbangan. Pagar besi melintang pun tak sanggup untuk menahan berat tubuh Juwi yang datang dengan tiba-tiba. Bukan pagarnya yang roboh, melainkan karena pagarnya yang tidak tinggi. Akibatnya, Juwi kini terjatuh ke dalam danau.

"Aaaah!"

Byur. Tubuh itu masuk ke dalam danau dengan cepat. Sontak, semua yang melihat dibuat panik luar biasa. Tak terkecuali Bagas dan Ayunda.

Sementara itu, Juwi yang sudah merasakan dinginnya air menyentuh kulit. Perlahan, kesadarannya menghilang. Tidak ada suara lain yang bisa ia dengar. Hanya suara gemerincing air yang keras. Entah apa yang terjadi, dirinya juga tidak bisa berpikir dengan jernih.

Beberapa waktu berlalu. Juwi terus merasakan dirinya ditarik ke bawah setelah tubuhnya jatuh ke danau. Hingga akhirnya, sebuah cahaya membuat pandangannya terasa silau. Dirinya yang sebelumnya terfokus dengan bunyi air yang memenuhi gendang telinga. Kini malah dipaksa untuk sadar sekarang juga.

"Hah! Hah! Hah!"

Juwi terbangun seketika. Saat ini, dia sibuk mengatur napas ketika sebuah panggilan berhasil mengalihkan pandangan juga pikirannya dari apa yang sedang ia lakukan.

"Ya Tuhan, Gusti Raden Ayu sudah bangun."

Cepat! Utus penjaga untuk memberikan kabar baik ini pada Gusti Adipati sekarang juga."

Saat itulah Juwita baru sadar kalau dirinya sedang berada di suatu tempat yang asing. Tempat yang sama sekali belum pernah ia datangi selama ia hidup.

Panik, bingung, dan bermacam-macam perasaan lainnya yang sedang mengisi hati juga pikiran Juwi. Dia sendiri tidak bisa mencerna apa yang saat ini sedang terjadi. Dan, apa yang sedang ia rasakan sekarang, dia sendiri tidak bisa mencernanya dengan baik. Yang jelas, dirinya sedang kebingungan sekarang.

Berada di tempat asing tanpa ingatan apapun. Bagaimana Juwi tidak merasa bingung? Bermacam-macam pertanyaan sedang memenuhi benaknya. Tapi tidak tahu, bagaimana dan apa cara yang bisa membuat ia mengerti akan keadaan ini.

Sebaliknya, dia semakin dibuat bingung ketika pelayan yang tadi berteriak menghampirinya. Memanggil dia dengan sebutan aneh, tapi masih memakai nama aslinya.

"Tuhan ternyata sangat baik. Gusti Ayu Juwita sadar dalam waktu yang kurang dari satu setengah hari. Ini sungguh berkah yang sangat luar biasa untuk Gusti, Gusti."

"Apa? Satu ... setengah hari?" Juwi dibuat semakin kebingungan akan apa yang wanita itu katakan.

Benaknya berpikir, kenapa sadar kurang dari satu setengah hari itu dikatakan berkah yang sangat baik? Padahal, itu adalah waktu yang sangat lama.

Namun, belum pula terselesaikan rasa bingung yang saat ini sedang ia rasakan. Pintu dari kamar asing yang sedang tertutup rapat itu seketika terbuka. Dari balik pintu tersebut muncul seorang pria yang berbadan kekar dengan pakaian aneh yang menambah rasa bingung dalam hati Juwita.

Terpopuler

Comments

Bunda

Bunda

Mampir ...aku pecinta time travel...
pokoknya mau nivel, drakor atau drachin..yg berbau timetravel,..pasti muncul aku😅

2024-05-29

5

eka wati

eka wati

langsung keinget drakor moon lovers.. semoga endingnya ga kayak moon lovers 😁

2024-06-07

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

salam kenal thor....ku mampir

2024-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!