"Hangatkan tubuhku. Only one night."
Sebuah kalimat yang mengubah seluruh kehidupan Leon dan Bianca yang bertemu di Paris secara kebetulan.
Pertemuan singkat yang awalnya sebatas di Paris saja, siapa sangka berlanjut hingga saat keduanya kembali ke Indonesia.
Keduanya dipersatukan dengan status yang berbeda. Atasan dan bawahan. Hal tersebut membuat Leon memanfaatkan wewenangnya untuk bertindak dan bertingkah agresif kepada Bianca yang diam-diam telah mencuri ciuman pertamanya di Paris.
🫧🫧🫧
Halo semua! Ini novel terbaru Kak Shen. Yuk kepoin! 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Aggressive Bos! - Part 3
..."Aku harap, ini yang terakhir kalinya kita melakukan hal ini. Kedepannya, lakukan hal ini dengan wanita itu. Bukan denganku." – Bianca Francesca...
Bianca hanya bisa menopang tubuhnya yang mulai lemas tak berdaya menggunakan kedua tangan yang mencengkeram erat jas abu-abu Leon. Tak ada sandaran untuk ia bersandar.
Di ruangan yang dingin itu, keringat mulai terlihat di dahi Leon. Bahkan punggungnya pasti sudah basah oleh keringat saat ini. Leon terus memacu kecepatan pinggulnya untuk bergerak maju mundur.
"Pak, selesaikan dengan cepat agar— ... ngh!"
Bianca mendadak menggigit bibirnya menahan suara teriakan yang hampir saja keluar dari mulutnya. Pasalnya, saat ia menyuruh pria itu bergegas menyelesaikan pergumulannya, Leon malah menghentakkan tubuhnya dengan keras di bawah sana.
"Berhenti membuatku kesal!" geram Leon dengan ekspresi buasnya.
Leon menurunkan Bianca dari meja, kemudian ia membalikkan tubuh gadis itu dengan paksa dan mendorong punggung gadis itu sampai-sampai wajah Bianca bertemu dengan meja.
Prak! Prang! Brak!
Bunyi barang berserakan dan berjatuhan ke lantai saat Leon menepikan semua alat tulis yang ada di atas meja. Menurutnya barang-barang yang ada di sana mengganggu pemandangan matanya. Ia hanya ingin menikmati punggung gadis itu yang sedang tertiarap paksa tak berdaya di atas meja sembari memacu gerakannya kembali untuk menggerakkan rudalnya keluar masuk di bawah sana.
Yang tersisa di atas meja kerja itu hanyalah laptop, telefon kantor, beberapa dokumen penting serta tubuh bagian atas Bianca yang sedang tiarap.
"Gila! Pak Leon sampai semarah itu! Bahkan ia melempar barang!" ujar Ivan yang mulai gelisah karena sahabatnya sedang di marah habis-habisan eh CEO baru.
"Pak Alfred, Bapak nggak bisa meredakan amarah Pak Leon? Kasian Bianca. Kayaknya dia dilempar-lempar barang deh. Gimana kalo dia terluka? Padahal perkara telat doang, masak sampai segitunya," imbuh Ivan sambil memegang lengan Alfred dengan ekspresi manja sekaligus khawatirnya.
Alfred merasa risih saat lengannya dipegang oleh Ivan. Ia menolak dengan sopan tangan tersebut, kemudian membetulkan posisi kacamatanya yang turun.
"Info yang saya dapatkan, Pak Leon memang tempramen dan berhati dingin. Tapi dia nggak bakalan melukai orang lain," ucap Alfred meyakinkan.
"Tapi, Pak. Masak gara-gara telat doang Pak Leon sampai menggila? Kasian Mba Bianca. Pasti dia ada alasan tertentu kenapa sampai telat," celetuk Karla yang sejak tadi tak tahan untuk bergosip.
"Iya wehhh. Mba Bianca 'kan biasanya suka datang awal ke kantor bahkan nggak pernah bikin masalah. Kok Pak Leon tegas banget ya," imbuh karyawan lainnya.
"Sekretaris Bianca! Apa kau mendengarku?!" suara lantang Leon cukup membuat para karyawan yang bergosip tersentak kaget. Mereka yang kasihan pada Bianca, semakin dibuat kasihan saat mendengar suara Leon yang menghardik Bianca di dalam sana.
Tak ada seorang pun karyawan yang berani melanjutkan gosip mereka. Mereka yang semula berkumpul di meja Alfred, mendadak bubar karena ketakutan.
"Uhhh ... aku harap Bianca nggak di pecat!" batin Ivan berharap sembari berjalan dengan wajah yang sedih ke arah meja kerjanya.
Sementara itu, di ruangan CEO, Leon benar-benar semakin agresif dan buas. Tak puas dengan mengobrak-abrik benda gadis itu di bawah sana, ia bahkan membuat dua gunung kembar gadis itu mengalami gempa karena salah satu tangannya yang silih berganti menggoyangkan dan mencengkeram dengan erat gunung itu.
"Saat bekerja, postur tubuhmu harus benar. Jadi angkat pinggulmu dengan benar," lirih Leon di sela-sela nafasnya yang berat. Ia mempercepat tempo gerakannya sembari memegang pinggul Bianca dan mencengkeramnya dengan erat.
Cukup lama Bianca mendapatkan hukuman di ruangan tersebut. Ia benar-benar tersiksa karena tubuhnya yang dihukum tanpa henti oleh Leon. Bahkan suara yang tertahan membuat ia semakin tak bisa mengontrol nikmat dari hukuman tersebut.
Sejak jam 11 lewat, hingga jam 12 lewat Leon memberikan hukuman tanpa henti kepada Bianca. Meskipun telah menyelesaikan hukuman di atas meja, Leon melanjutkannya di sofa. Bianca dibuat tak berdaya dan pakaiannya menjadi kusut serta berantakan. Nafas yang mengucur serta erangan yang tertahankan dari bibir pria itu mengakhiri hukuman yang ia berikan pada sekretarisnya. Dengan wajah yang memerah usai melepaskan laharnya di atas perut Bianca, ia menghirup oksigen sebanyak banyaknya sembari menyenderkan kepalanya ke atas sandaran kursi.
"Jangan pernah membuatku marah lagi," lirih Leon pelan sambil mengelus lembut paha Bianca.
Bianca tak bisa berkata-kata selain terbaring lemas di atas sofa. Mendapatkan hukuman nikmat tersebut tetap membuatnya puas. Namun hal itu membuat ia merasa menjadi gadis murahan yang hanya digunakan sebagai pelampiasan hasrat sesaat. Ia tak tahan lagi untuk memendam hal yang membuatnya tersiksa. Dan tanpa sadar, ia mengucapkan hal yang selama ini ia pendam dalam diam.
"Aku harap, ini yang terakhir kalinya kita melakukan hal ini. Kedepannya, lakukan hal ini dengan wanita itu. Bukan denganku."
"Huh? Wanita itu?" Leon menoleh ke arah Bianca. "Siapa yang kau maksud?"
...🫧🫧🫧...
...BERSAMBUNG......
semangat terus🥰💪