Ketika cinta harus diakhiri karena syarat dari kedua orang tuanya yang mendambakan seorang menantu hafiz Al'quran.
Dan aku terpaksa menikah dengan perempuan lain yang tidak aku cintai karena hutang jasa.
Bagai mana kelanjutannya simak ceritanya di novel. CINTA TERHALANG 30 JUZ AL'QURAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25. Kekebun
Dirumah besar, seorang wanita paruh baya sudah duduk dimeja makan.
Tidak biasanya Nyonya Rita sepagi ini sudah berada dimeja makan, entah apa yang membuatnya sepagi ini berada disitu.
Bini, menghampiri majikannya itu, untuk bertanya apa yang diinginkan oleh majikannya itu, siapa tau Nyonya Rita lapar atau apa.
"Selamat pagi Nyonya, apa nyonya menginginkan sesuatu ?" tanya Bibi.
"Tidak Bik, aku hanya duduk menunggu Deril keluar." Jawab Nyonya Rita sambil tersenyum lembut pada Bibi asisten rumah tangganya.
"Baik Nyonya, kalau begitu biar saya buatkan minum, untuk anda."Ujar Bibi lagi.
Nyonya Rita mengangguk, biarlah Bibi membuatkan minum untuknya, akan lebih baik kalau dia minum dulu sebelum sarapan.
Tidak lama kemudian, Deril yang sudah rapi dengan jasnya, dia langsung menyapa Mamanya.
Selamat pagi, Ma, tumben pagi-pagi Mama sudah berada disini." Ujar Deril sembari menarik kursi untuk dirinya duduk.
Nyonya Rita menatap Deril dan juga tersenyum hangat, sembari berkata. "Mama ingin menceritakan sesuatu sama kamu." Ujar Nyonya Rita.
Deril mengernyit, dia penasaran apa yang ingin Mamanya cerita padanya.
"Memang Mama mau cerita apa ?" tanya Deril penasaran.
"Mama tadi malam mimpi, Mama bermimpi bertemu dengan Adik kamu, dia berada disebuah kampung, sama seperti yang dikatakan oleh Kakekmu." Ujar Nyonya Rita.
Deril terdiam, dia tidak mengatakan apapun, dia sedang memikirkan sesuatu.
"Apa mungkin, tapi dimana kampung itu, bukankah Anak buah Re masih mencari setiap kampung." Pikir Deril.
"Terus apa lagi, apa Mama ingat atau ada apa di kampung itu, misalnya ada mesjid, sekolah, atau apa gitu, biar kita mudah mencari kampung mana itu ?" tanya Deril, dia juga berpendapat seperti mimpi Mamanya, karena Kakek Ilham juga mengatakan kalau Ariel berada disebuah kampung.
Nyonya Rita diam, dia sedang mengingat tentang mimpinya semalam, dimana dia melihat Ariel.
"Ada, Mama melihat Ariel sedang bersama seorang gadis, tapi Mama tidak bisa melihat wajah gadis itu, karena gadis itu memakai cadar, dan Ariel berada disebuah rumah sederhana. Mama mohon tolong kamu cari Adikmu disana." Ujar Nyonya Rita saat ingat apa yang diimpikan olehnya semalam.
Deril tidak tau harus menjawab apa, dia bingung, dimana dia harus mencari, bukankah selama ini dia sudah mencari, tapi kampung yang dimaksud oleh Nyonya Rita, itu dimana.
"Iya Ma, aku pasti akan mencari Ariel disana." Jawab Deril, lebih baik dia mengiyakan saja dari pada Mamanya semakin sedih.
"Ya saya dah ayo kita sarapan, Mama tenang saja, aku dan Re pasti akan menemukan Ariel dan membawanya kembali kerumah." Ujar Deril sembari menyodorkan roti yang sudah diberi selai kedepan Mamanya.
"Ma, aku pergi dulu ya ?" Deril langsung mencium punggung tangan Mamanya itu.
"Iya Nak, Hati-hati, cepat bawa Adikmu pulang." Nyonya Rita mengingatkan Deril sembari melambaikan tangan.
Deril hanya mengangguk, setelah itu langsung masuk kedalam mobil.
Sementara di kampung, Ariel setelah selesai sarapan, dia keluar dari rumah, diantar oleh Safira istrinya.
Safira mencium punggung tangan Ariel, sebelum Ariel pergi mencari nafkah.
Mendapat perlakuan seperti itu, Ariel kaku, namun dalam hatinya dia sangat senang dan bahagia, karena ternyata Safira sangat menghormatinya dan memperlakukannya layaknya suami yang sudah saling mencintai.
Safira bukan hanya mencium punggung tangan Ariel ketika berangkat kerja, tapi Safira sangat cekatan menyiapkan sarapan pagi untuk Ariel.
Jantung Ariel berdegup lebih kencang saat Safira mencium punggung tangannya.
"Kenapa jantungku berdegup seperti ini, saat dekat dengannya." Ariel tidak mengerti dengan degupan jantungnya.
Ariel sempat berpikir kalau jantungnya bermasalah, tapi saat dia jauh dengan Safira jantungnya kembali normal.
Setelah Ariel pergi, Safira langsung membantu Buk Siti membereskan dapur, karena Buk Siti tidak jadi pergi kerumah Pak RT.
"Nak, kamu harus mengurus suamimu dengan baik, Ariel itu Anak yang baik, sopan, dan bertanggung jawab, Ibuk yakin rumah tanggamu akan bahagia." Ujar Ibuk Siti.
"Iya Buk, Fira akan menjadi istri yang baik, dan akan mengurus suami dengan baik, walaupun pernikahan kami seperti ini, Fira yakin seiring waktu kami akan saling menerima." Jawab Safira.
Buk Siti tersenyum sembari menatap mata Safira Putri kesayangannya itu, Buk Siti bisa melihat kalau Safira sepertinya menyukai Ariel.
"Nak, apa kamu suka sama Nak Nazriel ?" Bik Siti menggoda Safira dia ingin mendengarkan apa jawaban Putrinya itu.
Safira menunduk malu, kedua pipinya bersemu merah, namun Buk Siti tidak bisa melihat karena wajah Safira ditutupi cadar.
Memang Safira akui Ariel memiliki wajah yang sangat tampan, tidak ada wanita yang dapat menolak pesonanya.
Safira tidak mau munafik, dia memang menyukai Ariel, sejak tadi malam, saat dia menatap wajah Ariel begitu dekat.
Namun Safira tidak tau, apakah dia menyukai Ariel karena cinta, atau dia menyukai Ariel karena kagum pada wajah Ariel.
***
"Buk, Bapak mana ?" tanya Safira karena tidak melihat Pak Imran dihalaman rumah lagi.
"Oh, Bapakmu mungkin sudah ke kebun, tadi katanya, ingin melihat kebun, siapa tau pemilik baru mau memperkerjakannya lagi." Jawab Buk Siti.
Safira menatap bingung Ibuknya, dia bingung, kenapa Ibuknya berkata mungkin pemilik baru mau memperkerjakan Bapaknya lagi.
"Memperkerjakannya lagi...? Emang Bapak sudah tidak bekerja lagi ?" Tanya Fira.
"Iya, Bapakmu sudah tidak bekerja lagi, kebun itu sudah dijual, tapi sampai sekarang pemilik barunya belum menanam apapun." Jawab Buk Siti.
Safira mengangguk mengerti, namun dia berfikir, dari mana Bapaknya punya uang untuk makan sehari-hari.
"Kalau Bapak sudah tidak bekerja, lalu dari mana uang untuk makan sehari-hari ?" tanya Fira.
Sebelum menjawab, Buk Siti tersenyum. "Dari mana lagi, Bapak dan Ibuk punya Anak lelaki, dia yang mencari uang untuk makan sehari-hari."
"Anak laki-laki, siapa ?" tanya Safira dengan polosnya.
"Siapa lagi kalau bukan suami kamu, selama ini dia menyuruh Bapak istirahat, semua kebutuhan biar dia yang tanggung, katanya Bapakmu sudah menolongnya dan menyelamatkannya." Jawab Buk Siti lagi.
"Terus, apa Bapak dan Ibuknya setuju gitu ?" tanya Fira merasa kasihan dan tidak enak hati pada Ariel jika harus menghidupi keluarganya.
"Awalnya, Bapak, dan Ibuk menolak, karena kasihan, tapi suami kamu bersikeras, katanya Bapak sudah tua, jangan bekerja lagi, dan dia juga memohon katanya untuk membalas Budi Bapak mu." Jelas Buk Siti.
Safira mengangguk mengerti.
Pak Imran tiba dikebun tempat dirinya bekerja dulu, kebun itu terlihat sepi karena tidak ada pekerja disana.
Pak Imran berkeliling melihat-lihat kebun yang sekarang hanya lahan kosong, tidak ada tanaman apapun.
Pak Imran juga turun ketepi sungai, dia berdiri tepat Diaman dia pertama kali menemukan Ariel.
Pak Imran berdiri disitu, teringat saat pertama kali dia melihat Ariel, dan bagaimana dia menolongnya dan merawatnya.
Pak Imran sangat bersyukur, karena Ariel yang dia tolong sekarang sudah menjadi bagian dari keluarganya, Ariel sudah menjadi menantunya.
Namun Pak Imran juga sedih karena Ariel belum mengingat siapa dirinya dan dimana keluarganya.
Sementara disisi lain, Deril, Re, dan beberapa Anak buahnya, juga menyusuri sungai lagi, hingga mereka juga tiba disungai Diaman kebun Pak Imran bekerja dulu.
Re berteriak memanggil Deril saat kedua matanya melihat...
Bersambung.
putus dri maya,,
Gm y reaksi ustad abal" itu..