Cinta memang seperti teka-teki, tak ada yang tahu dengan siapa kita bersama pada akhirnya.
Seperti Rian, ia sudah berjuang sedemikian rupa demi Salsha. Namun, jika bukan jodoh bisa apa?
Penasaran dengan kisah cinta Rian? yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rela
Rian tersenyum pedih, ia tak bisa lagi berpura-pura itu baik-baik saja seakan tidak terjadi apa-apa. Raut wajah Salsha yang seakan tertekan membuatnya juga tak tega. "Fahmi udah dateng ya Sal? kamu sama Bima mau pergi bareng dia kan?" tanya Rian dengan rasa sesak yang kembali memenuhi hatinya. Padahal sedari tadi Rian sudah mempersiapkan ini semua agar dia bisa tetap tenang, namun kenyataannya ia kembali merasa sakit dan berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air matanya.
Salsha yang mendengar itu langsung menatap Rian tak percaya, mulutnya setengah terbuka tak mampu lagi melanjutkan apa yang akan ia ucapkan tadi. "Tau dari mana?" tanya Salsha pada akhirnya.
Hanya gelengan kepala yang Rian berikan, ia mengangkat sebelah tangannya dan mengusap kepala Salsha dengan penuh kasih sayang. "Kamu nggak usah tau aku dapet informasi dari mana, yang penting sekarang buat kamu itu kebahagiaan kamu Sal. Kalo ini udah jadi keputusan bulat kamu, aku bisa apa? aku cuma bisa berharap semua yang terbaik buat kamu, jangan pernah nangis lagi kayak dulu ya, selalu inget juga kamu nggak sendirian Sal, kalo ada apa-apa jangan lupa kabarin aku, aku pasti selalu ada buat kamu." Rian tak bisa menahan air mata yang mulai berkaca. "Maaf ya selama ini aku selalu bikin kesel kamu, selalu maksa pengen ketemu Bima padahal kamu nggak kasih ijin," kekeh Rian dengan air mata yang mulai menetes.
Salsha yang mendengar itu, lebih dulu menangis dan tak bisa membendung lagi rasa sedihnya, ia memeluk Rian dengan erat disertai air mata yang membasahi pipinya. "Rian maafin aku ya," ucap Salsha sambil terisak. Bahunya bergetar hebat bersamaan dengan pelukannya yang semakin erat. "Makasih buat semuanya, makasih udah jadi orang baik dalam hidup aku Ian, nggak tau lagi kalo nggak aku kamu di masa-masa tersulit aku."
Suasana benar-benar terasa menyakitkan dan pilu, sebuah perpisahan yang sepertinya tak ingin mereka lalui. "Sttt, udah jangan nangis lagi ya Sal, aku sayang sama kamu, aku bahagia kalo kamu bahagia Sal, ini pilihan kamu sendiri, aku nggak pantes buat larang. Kamu sama Bima baik-baik ya disana, jangan lupain aku," bisik Rian dan dengan berat hati ia mulai melepaskan pelukan Salsha dengan perlahan. "Jangan nangis dong Sal, makin cantik kamu kalo nangis," ucap Rian berusaha mencairkan suasana dan menghentikan kesedihan ini. Rian ingin sebuah perpisahan yang menyenangkan agar ia bisa mengingatnya.
Dengan mata yang sembab, Salsha melihat Rian dengan sendu. "Kamu harus terus jadi orang baik ya Ian, aku sama Bima pastinya nggak akan pernah bisa ngelupain kamu. Masa depan kamu masih panjang, aku harap kamu sukses dan hidup bahagia sama perempuan yang jauh lebih baik dari aku," pesan Salsha.
Rian menggelengkan kepalanya pelan, ia mengusap air mata Salsha dengan lembut. "Tapi sayangnya kamu perempuan yang paling baik menurut aku Sal, mungkin butuh waktu lama buat aku bisa buka hati lagi," jawab Rian pelan.
"Enggak! Kamu nggak boleh nutup hati kamu Ian! Ada banyak perempuan di bumi ini, cepat atau lambat kamu pasti bisa jatuh cinta ke perempuan lain, perempuan yang pantes buat berdiri di samping kamu," balas Salsha.
**
Next ga nih? mana jempolnya?