Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.
inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.
Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.
seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - Perjalanan Menuju Domain Realitas Mutlak
Langkah kaki Lu San bergema di ruang yang tak memiliki lantai, dinding, ataupun langit. Bersamanya, Shen Xi dan Ling Yue melangkah tanpa suara. Di hadapan mereka, terbentang koridor ilusi yang berkelok, membelah kekosongan menjadi sesuatu yang tampak nyata. Warna-warna yang tidak pernah terlihat oleh makhluk biasa, memancar dari dinding-dinding abstrak yang mereka lewati.
"Tempat ini..." Shen Xi menatap sekeliling dengan waspada, "...bukan sekadar jalur menuju Domain Realitas Mutlak."
Ling Yue mengangguk pelan, tangan kanannya terus mencoret-coret pena di udara, membangun formasi pelindung di sekitar mereka.
"Ini semacam ujian. Kreator Awal tak akan membiarkan sembarang eksistensi mencapai Domain itu."
Lu San tersenyum tipis. Matanya, yang biasanya tenang, kini bersinar tajam.
"Dan kita bukan sembarang eksistensi."
---
Mereka bertiga terus melangkah hingga akhirnya tiba di sebuah ruang bundar, seperti rongga mata raksasa yang tengah terpejam. Di tengah-tengah ruangan itu, mengambang sebuah Prasasti Tinta. Tulisan yang terukir di sana tampak hidup, melompat dari permukaannya, membentuk bayangan yang menyerupai makhluk-makhluk legendaris.
"Selamat datang, Penantang." Sebuah suara menggelegar keluar dari prasasti itu. "Untuk melanjutkan, kalian harus menyerahkan sebuah konsep."
Lu San mengerutkan kening. "Konsep?"
"Satu konsep mendasar yang kalian genggam. Sesuatu yang menjadi dasar eksistensimu. Serahkan, maka pintu akan terbuka."
Shen Xi menghela napas.
"Jika kita menyerahkan konsep, kita akan melemah. Mungkin selamanya."
Ling Yue menatap Lu San.
"Apa yang akan kita serahkan?"
Lu San melangkah ke depan. Tinta di tangannya bergetar, berubah wujud menjadi sebuah simbol: "Kemahatahuan."
"Aku serahkan kemampuan untuk mengetahui segala sesuatu tentang narasi." ucap Lu San tegas.
Simbol itu melayang, masuk ke dalam Prasasti Tinta. Seketika, prasasti itu pecah, membuka portal ke ruang berikutnya.
"Jika kau menyerahkan Kemahatahuan, bagaimana kau tahu ini tidak jebakan?" tanya Ling Yue cepat.
Lu San tertawa pelan.
"Karena aku percaya pada perjalanan ini."
---
Mereka melangkah ke dalam portal dan tiba di hamparan yang lebih aneh. Sebuah dunia terbentang, namun dunia ini... tak terlukis sempurna. Bangunan-bangunan tampak setengah jadi, awan hanya separuh terbentuk, dan makhluk-makhluk hidup hanya berdiri diam, kosong tanpa jiwa.
"Ini..." Shen Xi bergidik. "Sebuah dunia yang tak selesai ditulis."
Tiba-tiba, dari kejauhan, muncul sosok-sosok bayangan. Mereka berwujud seperti manusia, namun wajah mereka kosong, kulit mereka pecah-pecah seakan retakan keramik.
"Mereka... adalah Karakter Terbuang." bisik Ling Yue.
"Yang tak pernah diberi kesempatan hidup dalam cerita."
Karakter-karakter itu mulai berjalan mendekat. Awalnya lambat, lalu berlari. Mereka berteriak tanpa suara, namun suara keputusasaan mereka menggema dalam pikiran.
"Mereka lapar..." Shen Xi mulai mencoret pena di udara, menciptakan dinding pelindung.
Lu San mengangkat tangan.
"Jangan lawan mereka."
Shen Xi menoleh. "Apa?"
"Mereka tak butuh musuh. Mereka butuh narasi."
Lu San mengayunkan penanya. Tinta melesat, membentuk cerita sederhana: tentang sebuah karakter terbuang yang akhirnya mendapatkan nama, tujuan, dan harapan. Begitu cerita itu selesai, salah satu makhluk itu berubah. Wajah kosongnya mulai terisi, kulitnya membaik, dan ia tersenyum.
Melihat itu, Ling Yue dan Shen Xi ikut menulis cerita. Mereka memberikan nama, latar belakang, dan masa depan bagi para Karakter Terbuang. Satu per satu, dunia tak selesai itu mulai hidup. Awan-awan tersusun penuh, bangunan selesai berdiri, dan tanah kembali berwarna.
Setelah beberapa saat, ruang itu bersinar terang. Sebuah jalan cahaya muncul di hadapan mereka.
"Kalian memberi mereka makna. Maka, kalian boleh melanjutkan."
---
Langkah berikutnya membawa mereka ke sebuah Cermin Abadi. Cermin itu memantulkan sosok mereka, namun tidak hanya bentuk, melainkan juga esensi diri mereka. Semua kekuatan, rahasia, bahkan keraguan mereka terpampang jelas.
Di dalam pantulan itu, Lu San melihat dirinya bukan sebagai Penguasa Segala Ruang Waktu, melainkan seorang... boneka. Tubuhnya diikat oleh benang tak terlihat, di ujungnya adalah tangan besar: sang Kreator Awal.
Shen Xi melihat dirinya sebagai bayangan Lu San, selalu mengekor, tidak pernah menjadi tokoh utama.
Ling Yue melihat dirinya sendiri membusuk, terkikis oleh waktu yang terus berjalan, menjadi usang dan dilupakan.
"Apa ini..." Shen Xi menunduk, gemetar.
"Cermin Kebenaran," jawab Lu San datar. "Kita harus menerima apa yang kita lihat... atau kita akan terhenti di sini."
Lu San melangkah ke depan. Ia meraih bayangannya sendiri, menarik benang-benang itu dan... melepaskannya.
"Aku memang makhluk dalam narasi, tapi aku memilih apa yang kutulis selanjutnya."
Benang-benang itu putus. Cerminnya pecah, membuka celah bagi mereka bertiga.
Shen Xi dan Ling Yue mengikuti, melewati batas keraguan mereka sendiri. Ketika cermin mereka hancur, kekuatan mereka bertambah kuat. Beban yang menahan langkah mereka kini sirna.
---
Akhirnya, mereka tiba di gerbang Domain Realitas Mutlak. Gerbang itu menjulang tinggi, seperti ujung pena raksasa yang menusuk langit.
Di depan gerbang, berdiri seorang lelaki tua. Jubah putih, rambut panjang, dan mata yang tak menunjukkan emosi apa pun. Ia membawa pena sederhana, namun aura di sekitarnya adalah asal dari semua narasi.
"Selamat datang, Pengembara Realitas," ucapnya. "Aku adalah Penjaga Domain Realitas Mutlak."
Lu San, Shen Xi, dan Ling Yue berhenti tepat di depannya.
"Kami datang untuk menulis dunia baru," kata Lu San.
Penjaga itu menatap mereka satu per satu. "Banyak yang datang dengan tujuan yang sama. Kebanyakan gagal. Beberapa menjadi pemberontak. Dan ada juga yang menjadi... kreator yang sombong."
Shen Xi menghela napas. "Kami berbeda."
"Apa yang membuat kalian pantas?"
Ling Yue melangkah ke depan.
"Karena kami tak ingin menguasai. Kami ingin menciptakan, lalu membebaskan."
Penjaga itu diam sejenak, lalu tersenyum tipis.
"Kalau begitu, buktikan."
Ia mengangkat penanya, dan sebuah medan pertempuran terbentang di sekitar mereka. Makhluk-makhluk dari berbagai realitas muncul. Ada naga-naga realitas, dewa-dewa waktu, bahkan sisa-sisa Kreator Pemberontak yang telah dikalahkan sebelumnya.
"Kalahkan mereka, bukan dengan kekuatan, tapi dengan narasi yang kalian percaya."
Lu San tersenyum. "Akhirnya, ujian sesungguhnya."
---
Pertempuran itu bukan sekadar pertarungan kekuatan, melainkan pertarungan ide. Lu San menulis cerita tentang perdamaian, Shen Xi menulis tentang pengampunan, dan Ling Yue menulis tentang pilihan baru. Setiap cerita itu menciptakan perubahan.
Naga yang tadinya melahap dunia, berubah menjadi penjaga galaksi. Dewa Waktu yang menghancurkan eksistensi menjadi guru bijak bagi para makhluk baru. Para Kreator Pemberontak yang tersisa, akhirnya melepaskan pena mereka dan memilih jalan lain.
Ketika medan perang menjadi taman cahaya yang damai, Penjaga Domain Realitas Mutlak menurunkan penanya.
"Kalian berhasil."
---
Gerbang pun terbuka.
Di baliknya adalah ruang putih tanpa batas. Di tengahnya, berdiri sebuah Meja Tinta, dan di atasnya, hanya ada satu Lembaran Kosong.
"Ini..." Shen Xi terdiam.
Ling Yue menghela napas. "Tempat semua narasi bermula."
Lu San melangkah ke depan. Ia menyentuh pena yang ada di atas meja. Tinta mengalir pelan, membentuk kata pertama.
"Dengan kehendak bebas, kami menciptakan dunia ini."
Dan dunia baru pun mulai terbentuk.
Namun... jauh di kegelapan Domain itu, mata lain mengintip. Mata dari sesuatu yang bahkan Kreator Awal pun tak mampu kendalikan.
......
Bersambung