NovelToon NovelToon
Penyesalan

Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Faijha.asr

Syok, begitu tau dia hamil, itulah yang Dinda rasakan saat ini. Apa lagi mengetahui kalau Nicko, ayah dari anak yang Dinda kandung telah pergi begitu saja tampa pamit.
Dinda, harus kuat meskipun harus menanggung malu, hinaan dan juga ejekan dari teman-temannya.
Dinda, juga berharap tidak mau lagi bertemu dengan Nicko Raharja, pria yang sudah membuat hatinya terluka, tapi takdir berkata lain. Dinda dan Nicko kembali di pertemukan lagi dengan Nicko yang sudah memiliki tunangan.
apakah Nicko akan kembali bersama Dinda lagi, karena mereka sudah memiliki anak.

* * *

Penasaran dengan kisah Dinda dan Nicko, langsung baca yuk👉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faijha.asr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saya ayahnya Nando

"Nick, apa kamu ada di dalam," suara dari luar sana, membuat Raffi dan Nicko saling tatap, Nicko melihat Dinda, yang saat ini masih belum sadarkan diri.

"Ada tunangan lu, di luar."

"Lu bukain aja pintunya, bilang kalau gue gak ada," ucap Nicko, menatap wajah Dinda dengan fokus.

Raffi, beranjak dan tidak lupa menutup pintu kamar itu, Raffi menghela nafas pelan, dan membuka pintu.

"Raffi, apa Nicko ada di sini? Mobilnya ada di bawah, pastinya dia ada di sini kan?" Alika, menatap Raffi dengan serius.

"Nicko gak ada, Nicko baru saja pergi bawah mobil gue," ucap Raffi, untung saja dia datang ke kafe gak bawa mobil hari ini.

"Nicko ke mana, dia pergi pagi-pagi dari rumah, dan gak ngasih tau orang rumah juga."

"Aku gak tau Nicko ke mana, tapi sepertinya ke kantor de."

Alika terlihat berpikir, membuat Raffi was-was jangan sampai wanita itu curiga padanya yang sudah berbohong.

Sedangkan di dalam kamar, Nicko masih melihat wajah Dinda yang belum sadarkan diri, Nicko membungkuk dan mencium kening wanita yang sangat ia cintai itu, dan mengusap kepalanya dengan pelan.

"Aku rindu banget sama kamu," ucap Nicko pelan.

Perlahan Dinda, membuka kedua matanya dan Dinda bisa mencium bau parfum yang sangat ia kenalin itu, kedua mata Dinda membulat sempurna, melihat Nicko yang begitu dekat dengannya.

Dinda yang akan berteriak, langsung di bekap mulutnya oleh tangan Nicko, membuat Dinda memberontak sekuat tenaga.

"Syuttt, diam jangan berisik."

"Anda ini apa-apaan sih, ngapain anda membawa saya ke sini?" Dinda, masih menatap tajam.

"Tadi kamu pingsan, jadi aku bawa kesini, apa sekarang kamu baik-baik saja, kita ke rumah sakit ya," Nicko menatap Dinda, dengan khawatir.

"Gak usah, minggir jangan dekat-dekat dengan saya," kesal Dinda, menepis tangan Nicko dengan kasar.

"Saya mau keluar dari sini," Dinda langsung berdiri, tapi Nicko malah menarik tangan Dinda sehingga membuat Dinda kembali terhempas ke tempat tidur, dan Nicko langsung menindihnya.

"Lepas, anda ini apa-apaan sih, saya bisa melaporkan anda dengan tuduhan pelecahan ya."

"Kamu tenang, aku gak akan macam-macam sama kamu, tunggu lima menit lagi baru keluar," ucap Nicko, menatap kedua manik mata Dinda.

Plakkk....

"Gak usah liat-liat," ketus Dinda, membuat Nicko mengusap pipinya pelan dan tersenyum kecil.

"Kamu masih cantik," ucap Nicko, membuat Dinda melas mendengarnya.

"Minggir, cari kesempatan banget," Dinda mendorong tubuh kekar Nicko, sehingga membuat pria itu terhempas ke belakang.

"Dinda, aku benar-benar minta maaf sama kamu, aku mau memperbaiki semuanya sama kamu," ucap Nicko dengan serius, membuat Dinda tersenyum kecut.

"Sudah terlambat, to anda juga sudah punya tunangan kan, bentar lagi mau nikah," ucap Dinda.

"Aku gak suka sama dia, aku cuma cinta sama kamu dan aku cuma mau nikah sama kamu," tegas Nicko, menatap Dinda.

"Saya mau keluar," Dinda berdiri lalu keluar dari sana, Dinda melihat Raffi yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Kamu sudah sadar?"

"Iya pak, terimakasih karena sudah membawa saya ke sini."

"Jangan berterima kasih pada saya, berterima kasihlah pada Nicko, karena Nicko yang membawa kamu ke sini," ucap Raffi, tersenyum kecil.

Tak lama kemudian, Nicko keluar dengan rambut yang acak-acakan, membuat Raffi berusaha untuk menyembunyikan tawanya.

Sedangkan Dinda, sudah di buat malu melihat penampilan rambut pria itu yang begitu berantakan, membuat ketampanan seorang Nicko Pradipta semakin bertambah saja.

Dinda keluar dari ruangan itu, meninggalkan Raffi dan Nicko.

"Kenapa lu ketawa? Ada yang aneh?" Tanya Nicko, duduk di salah satu sofa.

"Aneh lah, rambut lu kenapa berantakan gitu? Lu ngapain Dinda tadi sampai di teriak?" Raffi, menatap sang sahabat dengan curiga.

"Ngapain Alika ke sini?" Nicko, pun langsung mengalihkan pembicaraan.

"Nyariin tunangannya lah, terus nyariin siapa lagi."

Dsrattt...

Dratt....

"Ponsel milik Dinda bunyi," ucap Raffi, melihat ponselnya Dinda yang ada di atas meja, karena tadi jatuh di depan pintu saat Nicko mengendong wanita itu ke kamar.

"Siapa yang nelpon?"

"Gurunya Nando, itu berarti ini telpon dari sekolah."

Dengan cepat Nicko, mengambil ponsel itu dan mengangkat telpon.

"Hallo Bu Dinda, Bu saya mau kasih tau ibu, kalau Nando mimisan lagi Bu," ucap seorang wanita dari seberang sana.

"Apa, Nando mimisan?"

"Iya, maaf ini dengan siapa ya, tolong kasih tau ke Bu Dinda ya, kalau Nando mimisan," ucap seseorang dari seberang sana lagi.

"Baik, saya kesana sekarang," ucap Nicko, lalu sambungan telpon mati.

"Ada apa?"

"Gurunya Nando bilang, kalau Nando mimisan," ucap Nicko, terlihat khawatir.

"Mimisan? Apa ini ada hubungannya dengan Nando yang sering sakit-sakitan," ucap Raffi, membuat Nicko heran.

"Maksud kamu, Nando sering mimisan?"

"Iya, beberapa kali kalau ikut mamanya kerja."

"Aku harus ke sekolah Nando dulu," Nicko, bersiap keluar dari ruangan itu.

"Lu perginya sama Dinda?"

"Iya."

Nicko, keluar dari sana dan turun ke lantai bawa, mencari keberadaan Dinda, yang terlihat sibuk.

"Apa sebaiknya aku pergi sendiri aja kali ya, kalau aku ajak Dinda, pasti Dinda gak mau pergi bareng aku," ucap Nicko dalam hati.

Nicko pun keluar dari kafe itu, masuk ke dalam mobil dan pergi ke sekolah Nando, Nicko pergi sendiri tampa memberitahu Dinda.

Selama perjalanan menuju sekolah Nando, Nicko berpikir keras tentang putranya yang sering mimisan itu, dan tidak lama berselang mobil Nicko berhenti tepat di halaman sekolah Nando.

Nicko dengan cepat turun dari mobil, dan menghampiri seorang guru yang berjalan di koridor sekolah.

"Permisi Bu, kelasnya Nando di mana ya?"

"Nando, maaf bapak ini siapanya yah?"

"Saya, saya ayahnya Nando pak, saya baru mendapat telpon dari gurunya Nando, kalau Nando mimisan."

"Ooh ayahnya Nando, maaf saya baru tau, karena selalu mamanya Nando yang antar Nando ke sekolah, mari saya antar pak, kelasnya ada di sana," ajak guru itu, dan Nicko hanya mengangguk saja.

"Terimakasih Bu."

"Sama-sama pak, mungkin sakitnya Nando kambuh pak, sampai mimisan lagi."

"Apa Nando sering mimisan Bu di sekolah?"

"Sering pak, bikin takut juga kalau wajahnya sampai pucat."

"Anakku sakit apa, kenapa perasaan aku jadi gak karuan gini," ucap Nicko dalam hati.

"Ini pak kelas Nando," keduanya lalu masuk ke dalam kelas itu, dan Nicko melihat Nando yang sedang duduk di kursi dekat temannya, dengan wajah pucat, sedangkan mimisan Nando sudah di tangani sama gurunya tadi.

Dengan cepat Nicko, menghampiri putranya itu.

"Om baik, kok om ada di sini? Mama aku mana om?" Tanya bocah kecil itu, dengan senyum manisnya.

Nicko mengusap wajah pucat itu dengan lembut, dan membawa Nando ke dalam pelukannya.

"Nando sakit, kita ke rumah sakit ya."

"Gak kok om, Nando gak sakit, Nando cuma mimisan aja," ucap bocah kecil itu, masih dengan senyum manisnya.

"Tapi wajah Nando pucat banget, pergi ke rumah sakit sama om ya?"

"Tapi mama gak punya banyak uang om, buat bayar rumah sakit, Nando gak mau merepotkan mama om, mama udah kerja keras buat Nando dan nenek."

"Nando jangan mikir uang ya, biar om yang tanggung nak, kita kerumah sakit ya?"

"Iya om," Nando mengangguk pelan.

Mendapat persetujuan dari putranya itu, Nicko pun ijin pada guru untuk membawa Nando ke rumah sakit, saat ini mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Nando bersandar pada sandaran mobil, dengan kedua mata terpejam, dan semua itu tak luput dari pandangan Nicko, yang terlihat begitu cemas pada sang putra.

Bersambung....

1
A R
cepatlahh bawa nando berobat 😭😭😭
A R
akhirnya ada titik terang
A R
cpt lah nicko bawa nando dan dinda ke jerman utk berobat
A R
hedehhh ulet bulu ganggu aja.
A R
cptlah bw nando berobat 😭😭
A R
moga nando bisa segera diobatin ya 😢😭
A R
cucu mu lagi sakit wahai bapak tua jahat 😭😭😭 nenek ga mau ktm cucu ganteng mu kah?? sapa tau abis ktm nando trs kamu cerita ke kakek tua trs jd luluh hatinya.
A R
sukurinnnn 😡😡😡
A R
semoga nicko tau nando sakit 😭😭😭😭 biar bisa diobati cepat
A R
kasian nando 😭😭😭
A R
jahat sih kamu sama cucu sendiri
A R
wahh nicko ga nikah2. kyknya nando sakit parah deh 😭😭😭😭😭
A R
dinda semangatt
A R
pecat aja. sebel bgt liat mrk.
A R
akhirnya tau jg kamu nick 🥺🥺🥺
A R
mksh pak rt 😭😭😭
A R
pasti diusir. nicko walo kamu ga bisa sama dinda setdknya bantu dong lewat teman mu. nangis darah kamu dan keluargamu nanti, apalgi bpk mu itu.
A R
kasian dinda 😭😭
A R
ksh tau nicko nya dong
A R
kasian dinda. mending dinda dan ibu pindah saja 😢😢
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!