NovelToon NovelToon
PENDEKAR KEGELAPAN

PENDEKAR KEGELAPAN

Status: tamat
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mengubah sejarah / Perperangan / Light Novel / Tamat
Popularitas:40.6k
Nilai: 5
Nama Author: Retto fuaia

Arya Susena, adalah seorang pemuda yang berniat untuk melakukan sesuatu untuk orang yang sangat ia cintai. Dendam yang telah membara ia gantikan dengan upayanya membebaskan penderitaan rakyat dari kekejaman para penguasa. Dengan adanya kelompok kegelapan yang ia dirikan berharap meringankan penderitaan rakyat. Saat itu ia mengatakan sebuah kebenaran pada Raden Kanigara Lakeswara tentang dirinya yang sebenarnya. Bahwa ia bukanlah putra dari Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, melainkan dari Prabu Maharaja Kanigara Maheswara.

Demi mengembalikan tahta ke tangan yang sah!. Arya Susena dan Raden Kanigara Lakeswara bekerja sama. Keduanya bersumpah akan membebaskan penderitaan rakyat dari kekejaman pemimpin yang sangat serakah.

Meskipun tidak mudah?. Namun bagi mereka itu adalah perjuangan yang akan mereka kenang sepanjang hidup mereka. Bahwa hati mereka menjerit sakit ketika melihat penderitaan rakyat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HATI YANG KUAT

...****...

Hutan Larangan.

Pagi telah menyapa mereka semua, dan saat itu mereka semua sedang bersiap-siap untuk pergi ke sebuah desa yang tak jauh dari hutan larangan.

Deg!.

Raden Kanigara Lakeswara dapat merasakannya, ada seseorang yang dari tadi terus memperhatikannya.

"Raden akan terbiasa nantinya." Senyumannya sangat ramah. "Mereka hanya menyapa Raden saja."

"Raden tenang saja." Darsana melirik ke arah Arya Susena. "Sebab pawangnya arya susena." Ia berusaha menahan tawanya. "Jadi? Mereka tidak akan berani menempel pada Raden."

Deg!.

"Menempel?."

"Maksudnya ditempel mba kunti." Bisik Darsana.

"Ucapanmu itu, membuat saya semakin takut darsana."

"Ahaha!." Darsana malah tertawa. "Hamba hanya berkata yang sebenarnya."

"Sudahlah." Patari sangat jengkel. "Jangan membuat Raden lakeswara tidak nyaman."

Duakh!.

Patari memukul kepala Darsana dengan kuat.

"Apa yang kau lakukan gadis gendeng!." Darsana juga kesal, kepalanya terasa sakit.

"Aku tidak takut dengan mata lebarmu itu." Balas Patari juga melotot. "Jika kau ingin bermain-main dengan aku? Maka kejar lah aku." Ia melompat ke atas pohon dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh.

"Kau jangan pengecut seperti itu gadis gendeng!." Darsana semakin jengkel, karena ditantang oleh Patari. "Akan aku kejar kau!." Darsana juga melompat mengejar Patari yang terlihat sangat bersemangat.

"Arya." Raden Kanigara Lakeswara melihat ke arah Arya Susena yang sangat santai. "Apakah itu tidak apa-apa?."

"Raden tenang saja." Balasnya. "Mereka tidak berkelahi yang sesungguhnya." Arya Susena hampir saja tertawa melihat ke arah Raden Kanigara Lakeswara.

"Memangnya apa yang mereka lakukan?." Bingung?.

"Artinya tak jauh dari sini, ada beberapa orang prajurit." Nismara yang menjawabnya. "Yang hendak menuju kawasan ini." Lanjutnya. "Karena itulah mereka ingin memeriksa dengan pasti."

"Bisa seperti itu ya?." Raden Kanigara Lakeswara saat itu sangat terkesan.

"Kalian juga bergeraklah." Ucap Arya Susena. "Jambul putih memberi kabar, ada beberapa kelompok orang, yang memasuki hutan larangan ini."

Tanpa banyak bercerita panjang lebar Nismara dan Bajra bergerak dengan sangat cepat.

"Raden boleh melihat bagaimana mereka bergerak." Arya Susena tersenyum kecil. "Tapi, jangan lupa untuk menyamar." Arya Susena langsung berubah wujud menjadi pemuda biasa?.

"Seberapa besar? Ilmu kanuragan yang ia miliki?." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara sangat heran dengan itu. "Ia bisa memerintah orang yang lebih dewasa darinya." Raden Kanigara Lakeswara memperhatikan Arya Susena. "Bahkan ia bisa mengubah penampilannya dengan cepat.

"Raden harus ingat." Ucap Arya Susena. "Saat ini, Raden telah dianggap tewas, oleh semua orang."

"Baiklah kalau begitu."

Raden Kanigara Lakeswara langsung mengubah penampilannya. Tentunya ia juga ingin melihat bagaimana kelompok pendekar kegelapan beraksi.

...***...

Di sebuah tempat.

Dharmapati Wira Surya, dan Senopati Angkasa Jaya telah sampai di tempat Warsa Jadi.

"Hormat saya, kakang Senopati warsa jadi."

"Hormat saya warsa jadi."

Keduanya memberi hormat.

"Selamat datang adi." Balas Warsa Jadi. "Senopati angkasa jaya." Lanjutnya. "Mari masuk."

"Terima kasih kakang."

Saat itu Warsa Jadi memberi kode pada salah satu wanita yang kebetulan hendak melewati mereka. "Nyi, tolong siapkan air minum, serta beberapa makanan."

"Baik Gusti." Wanita itu memberi hormat, setelah itu menuju dapur penyimpanan makanan.

"Cukup lama tidak bertemu." Ucap Warsa Jadi sambil memperhatikan mereka. "Bagaimana keadaan kalian?."

"Seperti yang terlihat kakang." Balas Dharmapati Wira Surya.

"Keadaan saya baik-baik saja." Jawabnya. "Bagaimana dengan keadaanmu? Apakah pedukuhan di sini masih aman?."

"Keadaan kami di sini baik-baik saja." Jawabnya. "Masih aman, dari pantauan pemerintah pusat."

"Syukurlah kalau begitu." Senopati Angkasa Jaya terlihat senang.

Tak lama kemudian wanita tadi telah datang bersama minuman dan beberapa makanan yang enak.

"Mari, silahkan." Ucapnya sambil memberi hormat.

"Terima kasih nyi."

"Sama-sama Gusti." Setelah memberi hormat, ia segera meninggalkan mereka.

...***...

Sementara itu di sisi lain?.

Raden Kanigara Ganda dan Raden Kanigara Hastungkara saat itu berada di kota raja sambil melihat pemandangan kota raja.

"Semua orang yang melihat kita, mereka langsung menunduk raka." Raden Kanigara Hastungkara terlihat sangat senang.

"Kau benar rayi." Balasnya. "Aku yakin mereka sangat takut, dengan kekuasaan yang ayahanda miliki." Lanjutnya dengan penuh kebanggaan. "Sehingga mereka menaruh hormat pada kita."

Keduanya turun dari kuda yang mereka tunggangi tadi. Tentunya mereka keluar dengan beberapa orang prajurit serta satu orang penasihat yang mungkin akan memberi arahan pada mereka nantinya.

"Paman triasti."

"Hamba Raden."

"Apakah tempat makan yang enak di kota Raja?." Matanya memperhatikan warung makanan yang mungkin menurutnya sesuai dengan seleranya. "Kebetulan kita berada di pasar kota raja."

"Ada raden." Triasti memberi hormat.

"Kalau begitu tunjukkan pada kami paman."

"Sandika raden." Kembali ia memberi hormat. "Kalau begitu, mari ikuti hamba."

Raden Kanigara Hastungkara dan Raden Kanigara Ganda hanya ikut saja, karena mereka ingin merasakan makan di luar istana.

"Raden kejam itu datang, apakah kita perlu melakukan sesuatu pada keduanya?."

"Kau jangan coba-coba uji nyali." Balas temannya. "Aku tahu kau hidup miskin, tapi jangan bunuh diri seperti itu."

Plak!.

Ia geplak pipi temannya itu dengan sangat kesalnya, sehingga temannya itu meringis sakit.

"Nyali orang miskin, kadang lebih kuat dari pada seorang pejabat." Hatinya sangat geram. "Yang takut mati!." Ucapnya dengan tegas.

"Kita dan orang pejabat beda." Responnya. "Beda? Apanya?."

"Orang penjabat, mereka mati meninggalkan harta." Jawabnya. "Karena kita miskin, makanya jangan meninggalkan beban hutang pada keluarga." Ia terus mengomel pada temannya itu. "Kasihanilah keluarga yang kau tinggalkan."

"Katakan saja, kalau kau itu pengecut!."

"Sssh!." Ia memberi kode pada temannya. "Pelan kan suaramu bodoh!."

Kedua pemuda itu mengatakan apa yang mereka rasakan saat itu, sungguh mereka adalah rakyat yang selama ini hanya menginginkan keadilan.

...****...

Di Desa Sumur Tua yang sangat dekat dengan hutan larangan.

"Kami ada sedikit rezeki." Ucapnya dengan senyuman ramah. "Semoga bisa membantu."

"Terima kasih anak muda." Ia sangat terharu dengan bantuan itu.

"Jika persediaan makanan habis, paman bisa mewakili nenek, untuk mengambilnya ke balai desa."

"Benarkah itu?." Lelaki itu tampak memiliki harapan. "Kalian tidak berbohong, kan?."

"Kami akan dikutuk dewata agung, jika kami berani menipu kalian."

"Oh? Terima kasih anak muda."

Dari jarak jauh Raden Kanigara Lakeswara memperhatikan apa yang telah dilakukan Nismara dan Bajra.

"Kenapa kalian mau melakukan ini?." Hatinya sangat bergetar melihat kejadian di depan matanya.

"Raden sendiri yang harus menemukan jawaban itu." Arya Susena menjawab seperti itu. "Sebab, Raden adalah calon raja masa depan." Lanjutnya. "Yang akan memegang semua harapan rakyat." Sorot matanya sangat jauh. "Raden sendirilah, yang harus memastikan, mau melakukan apa setelah ini."

"Ternyata memang masih banyak." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara merasakan perasaan yang sangat tidak enak. "Rakyat yang sengsara." Hatinya tercabik-cabik oleh kenyataan yang menyayat hati.

...***...

Patari dan Darsana telah berhasil meringkus beberapa prajurit yang mengejar wanita, dan anak-anak. Sehingga keadaan mereka telah aman, dan tidak lagi merasa terancam bahaya.

"Terima kasih tuan pendekar." Mereka memberi hormat. "Kami telah berhutang nyawa pada kalian."

"Maaf nyai." Patari memberi hormat pada wanita yang lebih tua darinya. "Memangnya apa yang terjadi?." Ia melihat ke arah prajurit yang telah tewas itu. "Sehingga nyai, serta anak-anak ini dikejar-kejar oleh mereka?."

"Kami dari desa kembang agung." Jawabnya. "Saya adalah istri kepala desa kembang agung." Lanjutnya. "Beberapa hari yang lalu, petinggi istana ingin menguasai desa kami."

"Menguasai desa?." Patari dan Darsana bersamaan.

"Ada tambang emas di desa kami." Jawabnya. "Tambang itu ingin diambil alih langsung, oleh petinggi istana." Lanjutnya dengan sorot mata yang perih. "Namun suami saya menolaknya."

"Kenapa beliau menolaknya?."

"Jika dilanjutkan, desa kembang agung berada dalam bahaya." Jawabnya dengan perasaan sedih. "Tambang emas itu, telah dijaga oleh suami saya bertahun-tahun lamanya." Tangisnya terdengar sesegukan. "Kakang darma restu berkata, di sana ada lelembut keturunan mereka." Hatinya terasa sakit. "Jika tambang emas itu diusik, maka akan terjadi bencana pada desa kami." Ucapnya dalam tangisannya.

Patari dan Darsana saling melihat satu sama lain.

"Mohon maaf nyai." Patari kembali memberi hormat. "Bagaimana dengan keadaan suami nyai?."

Tangisannya semakin pecah, membuat kelima bocah itu juga ikut menangis.

Darsana menepuk pelan pundak Patari, memberi kode agar tidak bertanya lebih lanjut lagi.

"Nanti, kita minta bantuan pada arya susena." Ucapnya pelan. "Sebaiknya, kita bawa mereka ke desa patih sedayu." Lanjutnya. "Hanya desa itu yang aman, dari penjagaan pemerintah."

"Baiklah." Patari juga mencoba bersikap tegar. "Nyai, mari ikuti kami, ke tempat yang lebih aman."

Mereka meninggalkan tempat, karena ingin mencari tempat yang lebih aman.

...***...

Di sebuah tempat persembunyian.

Dharmapati Wira Surya, dan Senopati Angkasa Jaya baru saja selesai menikmati makan dan minuman yang telah disajikan.

"Tidak biasanya kalian datang menemui saya." Ucap Warsa Jadi. "Pasti ada perihal penting, yang ingin hendak kalian sampaikan pada saya."

"Ini mengenai anak didikan kakang."

"Anak didikan saya?."

"Arya susena."

"Oh?." Responnya. "Kenapa dengan arya susena?." Keningnya sedikit berkerut. "Apakah ia telah berbuat sesuatu?."

"Maaf kakang." Dharmapati Wira Surya memberi hormat. "Apakah kakang tidak mendengar kabar? Mengenai kematian Raden kanigara lakeswara?."

Deg!.

Tentu saja ucapan itu membuat Warsa Jadi sangat terkejut.

"Ya, kabar itu telah tersebar." Ucapnya. "Saya telah mendengarkan kabar itu."

"Tentunya kakang juga, telah mengetahui, siapa yang telah membunuhnya!." Ada kemarahan yang ia perlihatkan saat itu.

"Tenangkan dirimu adi." Warsa Jadi mencoba tenang. "Jangan terbawa amarah dulu."

"Apakah ini semua rencana kakang?!." Hatinya sangat geram.

"Adi wira surya." Senopati Angkasa Jaya yang kesal. "Jaga sikapmu." Tunjuknya. "Jangan perlihatkan sikap kurang ajar kau itu!."

"Maafkan saya kakang angkasa jaya." Balasnya. "Saya sudah muak!." Ungkapnya. "Mereka seenak-enaknya saja bertindak, tanpa adanya persetujuan dari kita semua."

"Adi!."

"Kenapa kakang malah memarahi saya?! QQ."

"Ingat adi!." Ucapnya tegas. "Kita datang ke sini!." Ia menatap tajam. "Bukan untuk berdebat!." Lanjutnya. "Tetapi untuk memastikan rencana arya susena, pada warsa jadi!."

"Heh!." Dharmapati Wira Surya mendengus kesal.

"Hufh!." Senopati Angkasa Jaya menghela nafas pelan. "Maaf warsa jadi." Ucapnya sambil memberi hormat. "Saya tidak bermaksud, berdebat panjang di hadapanmu."

"Tidak apa-apa." Balasnya. "Mohon maaf sebelumnya." Lanjutnya. "Apa yang terjadi sebenarnya?."

"Apakah arya susena? Mengatakan suatu rencana padamu?." Ia bertanya seperti itu. "Sehingga ia merencanakan pembunuhan, terhadap Raden kanigara lakeswara."

Warsa Jadi ingat sesuatu atas apa yang dikatakan oleh Arya Susena sebelumnya.

"Apapun kabar buruk yang mengenakan diri saya." Ucapnya sambil memberi hormat. "Jangan paman dengarkan." Lanjutnya. "Saya akan menyampaikan pada paman, melalui surat, atau melalui hewan-hewan yang saya utus, untuk menghadap kepada paman."

"Bagaimana warsa jadi?." Rasanya ia sudah tidak sabar mendengarkan jawaban dari Warsa Jadi.

"Arya susena, dia belum cerita apa-apa pada saya."

"Apa?!." Spontan Dharmapati Wira Surya langsung bangkit, namun ditahan oleh Senopati Angkasa Jaya.

"Tenanglah adi." Ucapnya dengan pelan. "Jangan sampai, aku gunakan keris pusaka tanah debu padamu." Ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak Dharmapati Wira Surya.

"Heh!." Hatinya terasa semakin panas.

Setelah itu mereka kembali duduk dengan tenang.

"Jadi? Kau belum mendengarkan penjelasan dari arya susena?." Senopati Angkasa Jaya masih bersikap tenang.

"Maafkan saya angkasa jaya." Jawab Warsa Jadi. "Saya memang belum mendapatkan penjelasan, dari arya susena, atas tindakannya itu."

"Baiklah kalau begitu."

"Apa?!." Dharmapati Wira Surya masih belum terima.

"Diam kau wira surya!." Ucapnya sambil melotot ke arah Dharmapati Wira Surya.

"Hmph!." Hatinya kembali terasa panas.

"Mungkin saja, ada rahasia tersembunyi." Ucap Warsa Jadi. "Yang sedang dilakukan oleh anak saya arya susena." Lanjutnya dengan senyuman lembut. "Kalian jangan lupa, dengan peristiwa penghancuran kekuasaan lembah bukit kematian." Lanjutnya. "Tentunya kalian mengerti, siapa yang telah merencanakan ide brilian itu bukan?."

Dharmapati Wira Surya dan Senopati Angkasa Jaya mengingat kembali peristiwa yang luar biasa itu.

"Arya susena adalah putra terhebat, yang dimiliki oleh Gusti Patih arya saka." Lanjutnya. "Kalian harus itu." Ucapnya dengan tegas. "Kalian tidak perlu ragu, apapun yang telah direncanakan anak saya, arya susena." Senyumannya begitu ramah, namun menyimpan banyak kemarahan di sana. "Itu sudah ia pikirkan dengan matang."

"Baiklah warsa jadi." Senopati Angkasa Jaya memberi hormat. "Saya mengerti." Lanjutnya dengan senyuman ramah. "Kalau begitu saya pamit dulu."

"Maaf, karena tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan." Balasnya.

"Tidak apa-apa." Ucapnya. "Saya mengerti maksudmu."

"Maaf, jika saya bersikap kurang ajar." Dharmapati Wira Surya memberi hormat. "Saya hanya kesal saja." Lanjutnya. "Saat itu arya susena berani kurang ajar pada saya." Raut wajahnya memang menggambarkan, betapa geramnya ia saat itu. "Ia tidak mau menjelaskan pada saya." Ucapnya lagi. "Rencana apa yang telah ia lakukan." Suasana hatinya sangat buruk. "Ia hanya percaya pada kakang saja, sehingga ia tidak menaruh hormat sama sekali pada saya."

"Maaf." Respon Warsa Jadi. "Jika arya susena bersikap seperti itu pada adi."

"Baiklah, akan saya lupakan masalah itu." Balasnya. "Kalau begitu, saya pamit dulu kakang warsa jadi."

"Berhati-hatilah adi." Warsa Jadi tersenyum ramah. "Terima kasih, telah datang ke sini."

"Jaga kesehatan kakang." Responnya dengan baik. "Jika arya susena telah bercerita pada kakang." Lanjutnya. "Mohon ceritakan pada kami."

"Tentu saja adi."

"Kalau begitu kami pamit."

"Sampurasun."

"Rampes."

Setelah itu Dharmapati Wira Surya dan Senopati Angkasa Jaya langsung pergi meninggalkan tempat.

"Hadeh!." Keluh Warsa Jadi dengan lelahnya. "Arya susena itu, kelakuannya memang meresahkan." Kembali ia menghela nafas panjang.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah benar?. Arya Susena telah membunuh Raden kanigara?. Menurut pandangan mereka saat itu?. Simak terus kisahnya ya. Next.

...***...

...**...

1
Fajar Wisnu
banyak di ulang² jd gak bermutu
Sak. Lim
goblokkkk
Rettofuaia: kok marah?
total 1 replies
Sak. Lim
naiiif otak nya di pantatnya
Kekasih Dropper
Sesenang itu sih bacanya, bikin nagih banget huhuh
Rettofuaia: akan diusahakan update
total 1 replies
SweetWhimsy
Bagus thor terus di pertahan kan ya thor.....aku sampai salfok baca novelnya😂😂
Rettofuaia: salfok gimana nih?.
total 1 replies
Mrextinct Hashtag
Nulis sesuai dengan gaya kakak aja biar ga pusing~
SnowySecret
thor, jangan khianati kita ya:( pokoke ditunggu lanjutannya
Rettofuaia: hamba akan setiap kepada tuan pembaca
total 1 replies
Cinta Insta
Keren bingit ceritanya! Lanjut! Pantang mundur!
Rettofuaia: daku yang dikejar deadline
total 1 replies
Atas Untuk Diikuti
Lihat aku disini, pembaca yang selalu setia menanti~~
Rettofuaia: Daku juga lagi semangat nyari ide lanjutannya
total 1 replies
SecretGiggle
Aku lagi semangat baca nih, et taunya dah mentok! Semoga author juga semangat nulis ya
Rettofuaia: daku yang lagi semangat ngejar ide selanjutnya
total 1 replies
salt sand and smoothies
Aku setia rebahan disini menunggu cerita kakak hihi
Rettofuaia: terima kasih, selamat menunggu
total 1 replies
alchemyworks
Ih! Kenapa ceritanya relate bangeeeeet! Semangat kak!
Rettofuaia: daku lagi galau berat
total 1 replies
SweetWhimsy
Bagus nih ceritanya! Semoga kedepannya bakal tetep bagus dan terus bikin penasaran ya
angels_basket
aku enggak suka digantung thor!
Rettofuaia: asalkan jangan gantung diri aja. susah soalnya. pohon toge tetangga pun belum tumbuh buat gantung diri
total 1 replies
theseafiles
Malesnya aku jadi senyum-senyum sendiri baca ceritanya thor.. daku tunggu nextnya
Rettofuaia: daku lagi berendam sambil memikirkan next halaman 😂
total 1 replies
angels_basket
Ceritanya menarik, tinggalkan jejak dulu ^^
Rettofuaia: terima kasih banyak ya 😉 semangat membaca. dengan banyak membaca kamu akan mendapatkan poin untuk kasih hadiah kepada karya author favorit kamu 😉
total 1 replies
blush.and.ochre
Lha aku digantung… aku tunggu next chapnya kak!
Rettofuaia: lagi dalam perjalanan, jadi maaf kalau gantung
total 1 replies
NewJerseyJack
Jangan mumet-mumet thor. Aku bakal tetep dukung author!
Rettofuaia: thank you. Ini lagi proses nulis lanjutannya
total 1 replies
rowiethelabel
Kak author semangat!! jangan lupa istirahat dan liat yang seger-seger biar ga pusing nulis next bab!
Rettofuaia: terima kasih udah semangatin daku. Semangat juga buat kamu ya?. Liat kamu komentar dan mantengin kisah ini itu lebih seger 😍👍
total 1 replies
Kitty Bloom Untuk Pemilik Lolz Gods
Sudah kuduga, cerita ini emang asik!
Rettofuaia: terima kasih telah mampir. bahagia banget. terima kasih ya 😍👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!