NovelToon NovelToon
Menikahi Suami Tidak Normal

Menikahi Suami Tidak Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Duda / Cinta setelah menikah / Angst
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Digital

Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.

✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Ahen dan Alena memotong sedikit cake wedding itu dan saling menyuapi. Lili tersenyum salah tingkah saat melihat mereka berdua.

"Jadi ingat masa-masa kita dulu, ya." tutur Lili.

Ali tersenyum dan mengelus tangan Lili yang sedari tadi melingkar di lengannya.

Setelah itu Ahen membagikan potongan kue pada adik dan orang tuanya, melihat Ali yang menyuapi Lili, Alena langsung melempar padangan ke sembarang arah.

Ahen merasa ada yang janggal, namun ia memilih diam. Tidak lama setelah itu pesanan makanan mereka datang, sambil sesekali mengobrol mereka menyantap makanan dan menikmatinya.

"Gimana? Enak kan?" tanya Ibu Ahen.

"Makanan disini emang enak-enak, Ma." jawab Alena spontan.

"Ohh, kamu udah sering kesini berarti ya?" tanya lagi.

Alena seketika terdiam dan melihat ke arah mertuanya.

"Cuma sekali, Ma." jawab Alena.

"Oh ya? Kapan?" Ibu Ahen tampak penasaran.

"Udah lama, Ma. Karena ada kenangan pahit, jadi aku nggak pernah kesini lagi. Dan ini adalah pertama kalinya aku dateng kesini lagi sama keluarga ini." jawab Alena.

"Oh... Pasti sama temen-temen kamu, ya?"

Alena menggeleng.

"Terus sama siapa?" tanya Ayah Ahen.

Ali menatap Alena dan mengedipkan mata sebagai kode. Alena mantap malas pada Ali.

"Sama mantanku, Ma."

Seketika semua orang terdiam, Alena bingung dengan reaksi mereka.

"Oh ya nggak apa-apa. Toh udah mantan ya kan?" Ibu Alena mencoba mencairkan suasana.

"Iya, lagian ini kan tempat umum." timpal Lili.

"Terus kamu kenapa nggak mau kesini lagi? Kenangan pahitnya apa?" tanya Ibu mertuanya lagi.

Alena menatap Ali sekilas.

"Dulu, mantanku itu bilang serius sama aku, Ma. Tapi hubungan kami nggak pernah terlihat keseriusannya, aku dirahasiakan dari keluarganya dan aku diminta merahasiakan ini dari keluargaku juga. Hingga akhirnya di tempat inilah dia memutuskan hubungan kami dengan alasan dia mau lanjut study dan ingin fokus dengan study-nya. Kemudian bertahun-tahun berlalu, aku tau dia ternyata nikah sama orang lain bahkan saat study-nya masih berlangsung."

Ibu Ahen tampak iba mendengar cerita Alena.

Alena kembali menatap Ali.

"Dan sekarang dia sudah mati." sambung Alena.

Ali tampak terkejut dan menatap Alena dengan makna yang sulit di mengerti, lagi-lagi Ahen melihat itu.

"Oke, kurasa kita harus cepat makan dan pulang. Aku capek." ujar Ahen sambil tersenyum.

****

Pukul 23:00

Ahen dan Alena sudah sampai di rumah.

"Aku tidur di kamarmu malam ini." ucap Ahen.

Ucapan Ahen itu seketika membuat Alena menghentikan langkahnya.

"Nggak salah denger?" tanya Alena memastikan.

"Tidak."

Alena membalikkan badan menghadap Ahen kemudian berkacak pinggang.

"Kita punya kamar masing-masing, ya. Lagian mau apa tidur di kamarku? Ranjangmu anjlok?"

"Ini rumahku, aku punya hak penuh."

"Tapi kamarku itu tempat privasiku, jangan egois dong!" Alena tidak terima.

Ahen hanya membuang napas dan berjalan ke kamar Alena, Alena mengejarnya dan mencoba menghalanginya.

Karena Alena terus menghalangi Ahen, akhirnya Ahen merangkul tubuh Alena dan menguncinya dengan satu tangan.

"Woi jangan sentuh-sentuh! Lepasin!" Alena berontak namun tenaganya jauh dibawah Ahen.

Ahen berhasil membuka pintu kamar dan Alena masih terus memberontak, Ahen mengangkat tubuh Alena layaknya menggendong bayi.

"Apa ini?! Tolong! Jangan mes*um ya!"

Alena mulai berteriak.

Ahen kemudian menjatuhkan tubuh Alena di tempat tidur, setelah itu ia mengunci pintu kamar Alena. Alena melongo dan terdiam.

"Tolong! Bi Mia! Tolong aku!" teriak Alena dengan tetap duduk di atas tempat tidur.

"Kyaaa! Jangan dekat-dekat!" pekik Alena saat Ahen memasukkan kunci itu ke dalam sakunya dan Ahen berjalan mendekat ke arahnya.

"Tolong!"

"Sstt! Berisik." Ahen membungkam mulut Alena.

"Aku tidak ada niat jahat." sambungnya.

"$@#!#?$" bicaranya tidak jelas karena dibungkam Ahen.

"Kalau diam, baru ku lepaskan."

Mendengar itu, Alena menurut dan mulai tenang.

"Bagus, kamu penurut juga rupanya."

Alena memutar bola matanya dan membuangnya sembarang arah. Karena Alena sudah diam tidak tantrum, Ahem melepas bungkamannya dan duduk di sebelah Alena.

"Aku tidak ada niat jahat padamu. Aku hanya ingin menawarkan perdamaian." tutur Ahen.

"Perdamaian apa? Kita nggak lagi perang dunia."

"Kata siapa? Dunia kita berdua sedang berperang saat ini."

Alena terdiam.

"Kamu pasti ada niatan lain, kan?"

Ahen menggeleng.

"Tidak ada. Aku merasa jika kita terus begini, maka kehidupan kita setiap harinya tidak akan ada rasa tenang di dalamnya. Aku juga kasihan melihatmu terus mendapat kekerasan karena kesalahpahamanku."

"Jadi kamu mau kita berdamai karena kasihan ke aku?" tanya Alena, Ahen mengangguk.

"Jangan kasihani aku, karena aku nggak se-menyedihkan itu, Ahen. Aku bukan perempuan selemah itu." ucap Alena dengan kesal.

"Ya kamu boleh berkata seperti itu kalau aku mencintaimu atas dasar rasa kasihan. Kalau kali ini aku menawarkan perdamaian, bukan menawarkan cinta." tegas Ahen.

Alena seketika kembali terdiam.

"Jadi, selama kita harus berpura-pura akur di depan keluarga kita, kamu tidak akan tersiksa karena kita sudah berdamai." sambung Ahen.

"Tapi janji ya, 1 tahun lagi kita pisah."

Ahen mengangguk pelan.

"Iya, aku janji. Kita tentukan tanggalnya dari sekarang."

Ahen berdiri.

"Aku ambil kalender dulu." ucapnya lalu keluar dari kamar Alena.

Tiba-tiba angin masuk dalam kamar Alena, angin yang aneh rasanya bagi Alena, ia menoleh ke arah jendela lalu melangkah untuk menutup kembali jendelanya yang sedikit terbuka. Saat akan menutupnya, Alena melihat langit begitu gelap pekat serta ada kilatan tipis.

Alena mendengar langkah kaki yang masuk ke dalam kamarnya, ia langsung menutup jendela dan gordennya.

Terlihat Ahen masuk ke kamar Alena sambil membawa dua kalender dan kembali duduk.

"Kesini, mendekatlah." pinta Ahen.

Alena hendak duduk di samping Ahen, tetapi seketika ia ingat pada foto yang ia lihat saat itu dan hal itu membuatnya jijik pada Ahen. Alena berdiri di depan Ahen sambil melihat ke kalender

"Kita hitung 365 hari mulai dari hari ini, tanggal 10."

Alena mengangguk.

"Dan 365 hari di tahun depan ada di tanggal yang sama dan bulan yang sama." lanjut Ahen.

"Oke." Alena setuju, ia mengambil HP dan menandainya di kalender HP-nya.

"Aku sudah mengabulkan keinginanmu. Lalu bagaimana dengan tawaranku?" tanya Ahen.

"Aku setuju." jawab Alena.

"Mulai sekarang, kita bisa menganggap hubungan kita ini adalah teman yang tinggal serumah atau partner kerjasama didepan orang tua kita." ujar Ahen.

"Iya."

Alena spontan mengacungkan jempol. Setelah itu Ahen pergi keluar dari kamar Alena. Sebelum pergi ke kamarnya, Ahen meletakkan kalender tahun depan itu di bufet.

Sementara itu di rumah Ibu Alena. Ia sedang melaksanakan ibadahnya, setelah salam ia berdzikir dan kemudian mengangkat tangan dan menengadahkan kedua telapak tangannya hingga garis di kedua telapak tangannya itu seakan menyambung.

"Ya Allah, semoga pilihan hamba untuk anak hamba tidaklah keliru, kuatkan iman mereka. Hamba yakin, dalam mimpi usai istikharah itu, laki-laki tepat untuk anak hamba adalah Mahendra, hamba yakin itu petunjuk dari-Mu, maka mudahkanlah."

1
ewin🐌
Susah yaa,kalau masih belum bisa melupakan masa lalunya,apa² di bandingkan terus .
ewin🐌
Thor ini kalimat nya kok janggal yaa,ada kata yang hilang yaa (menghilang tembok)???
ewin🐌
ternyata ada maknanya yaa perhiasannya,bukan cuma sekedar perhiasan semata
ewin🐌
Akhirnya resmi menikah juga dengan Mahendra yaa
ewin🐌
Ampun Alena ,ngomongnya asal jeplak aja
ewin🐌
mungkin Alena memang belum ada niat buat nikah, apalagi di jodohkan,makin gak mau dia Bu.
ewin🐌
astagaaa Alena julid amat ya lihat kumisnya
ewin🐌
Memang betul ,seorang ibu akan selalu berpikir kalau anak gadisnya yang sudah cukup umur belum menikah juga,banyak hal yang di pikir kan, omongan orang lah ,gunjingan dan lain².
Tapi kadang yang di pikirin malah cuek aja karena merasa dah mapan jadi bisa hidup sendiri,bisa mandiri tanpa harus punya pendamping hidup.
ewin🐌
Aman sih kalau sudah ekonomi mapan ,punya karir bagus...dah gak mikir sama temen hidup yaa
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
ahen benar benar deh kamu engak ada berubah, aku tunggu tamat yang aman aja nya author.
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
Baca 20 bab si ahen sikap nya masih abu abu, apa dia emang punya istri si Salma atau itu adalah cowok yang menjadikan pacar ahen? dan si Alena kurang streng banget mencari informasi ini.
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
jangan bilang itu cairan ahen? kenapa itu?
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
jalan cerita nya agak lambat, kasian Alena disalahin Mulu sama emak nya padahal ahen yang membuat jijik /Shame/
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
selesaikan masalah hidup mu dulu baru melakukan kewajiban, emang kasian elena kok lili, dipermainkan dua kakak beradik
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
aku kira Alena mau ketemu dengan yang dekat sama ahen ternyata si brensek ke dua ali/Facepalm/
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
Alena ngapain makan sendiri? engak ngaja aku sih. si ahen ini percaya diri tingkat tinggi 😒
𝔸𝔻𝕐𝔸ℕ𝔸ℝ𝔸 🌺
coba lah kau goda ahen dengan berbagai cara... beneran belok gak atau hanya bisa menahan wkwk
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
jangan gitu, kamu mau jadi penguntit tapi malah kacau wkwk
𝔸𝔻𝕐𝔸ℕ𝔸ℝ𝔸 🌺
semoga begitu terus akur kalau bisa batalkan perjanjian nikah nya
kalian membutuhkan kok satu sama lain.
setidaknya buat orang tua senang
🔵ℛᵉˣ Yuna¹🎀
apa ahen melihat nya? baguslah semoga dia jadi sadar dan normal kembali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!