Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Sebrang Telfon
Pada tahun 1980, Jakarta.
Pada saat itu hari yang awal semlulanya cerah menjadi mendadak hujan . Para preman dan orang orang gelandangan tau bahwa kejadian aneh dan janggal ini di akibatkan oleh seseorang .
Si Pria hujan.
Ia memakai payung hitam, kaca mata hitam , baju kaos berkerah hitam dan celana kain hitam . Lengkap dengan sepatu sekolah nya. Pria itu bukan lah seorang mafia atau preman. Ia hanyalah seorang siswa dengan kekuatan yang luar biasa. Di usianya yang masih lima belas tahun ia sanggup menghajar habis para preman di jakarta ini hingga kebanyakan dari mereka tunduk dengan orang ini .
Asal muasal orang itu tak ada yang tahu, siapa anak itu? Bagaimana anak itu bisa ada di kota ini? Atau bahkan di mana tinggal nya anak itu?. Tak ada yang tau .
Jakarta hujan dan sering banjir bukan tanpa sebab, inilah awal mula berhenti nya banjir di kota Jakarta .
Kembali ke masa kini.
Pak Ijo memberi salam hormat dengan cara menundukkan setengah badan nya dan kembali berdiri tegak. "Maaf jika berkenan apakah adek Arka mau menerima telfon dari seseorang ?" tanya pak Ijo.
"Hmm.. Telfon dari siapa itu?" tanya Arka .
"Dari bos saya, jika adek berkenan silahkan handphone nya" pak Ijo memberikan sebatang handphone merk Nokia dan membuka katup nya . Handphone itu menyala kemudian menampilkan tulisan kontak tak di kenal .
Tak lama setelahnya muncullah suara wanita dari seberang telfon . "Ehem, ini nak Arka ?" tanya wanita itu .
Arka menjawab "Iya ini saya Arka " jawab Arka .
"Sebutkan nama asli mu " kata wanita itu.
Arka tersentak dengan permintaan itu. Belum pernah lagi selama ia sekolah ada orang yang meminta nama asli dirinya .
Orang tuanya memang telah lama mewanti wanti jika ada orang asing minta nama asli sebisa mungkin ia harus jauhi .
"Maaf, ini sudah nama asli saya. Arka Bima Saputra"
Keheningan terjadi, tak lama kemudian si wanita terdengar menghembuskan nafas tanda tak puas dengan jawaban Arka.
"Di rumah sakit itu ada ibu mu yang tergeletak sakit. Penyakit ini bukan berasal dari kecelakaan melainkan ada yang sengaja mencelakai. Jika kamu masih tak mau terbuka dengan ku aku tidak akan membantu mu. Aku tau kamu lagi kesusahan untuk mencari uang untuk ibu mu kan? Aku bisa membiayai pengobatan ibu mu yang mahal itu" Jelas wanita itu secara panjang lebar.
Mata Arka membulat sempurna. Ia tak menyangka ada orang yang sanggup melakukan hal itu, berbuat baik kepada orang sampai harus mengeluarkan uang banyak .
Tapi Arka selalu berhati hati.
"Apa mau anda dari saya ?" tanya Arka langsung pada intinya.
"Wow, aku suka dirimu yang seperti itu. Mudah saja, kamu hanya perlu jadi asisten ku dan bersama ku dua puluh empat jam berada di sisiku. Dan satu lagi, kamu harus benar benar dua puluh empat jam disisiku jangan kemana mana, tinggalkan pertemanan mu, sekolah mu dan pekerjaan mu! Hanya itu" Jawab sang wanita .
Arka menolak "Tidak terima kasih. Aku akan berusaha lebih keras untuk soal ibuku ." Arka pergi meninggalkan Pak Ijo dan Botak.
"Perlu kah saya mengejar nyonya ?" tanya Pak Ijo .
"Jangan, gak perlu. Justru itu yang membuat aku tertarik dengan dirinya ... Ahhh... dada ini berdegup kencanngggg" Karna Pak Ijo tau kelanjutannya seperti apa ia pun segera menutup telfonnya karna tak pantas di dengar oleh siapapun.
"Itu bos mu yak om ?" tanya Botak sambil mengupil.
"Tentu, kami masih satu kerabat namun jauh. Sulit untuk menjelaskannya , lagi pula .." Pak Ijo tak berhenti melihat Arka yang berjalan memunggungi mereka kembali ke sekolah .
"Anak itu sepetinya ingin menempuh jalan yang berat tanpa harus melewati jalan instan ." Pak Ijo masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil. Tanpa berlama lama di sana , pak ijo pun menginjak pedal gas dan melaju ke jalan raya .
Botak garuk garuk kepala "Apa apaan itu?"
***
Di dalam perpustakaan Arka memaksakan diri untuk tenggelam dalam bacaan nya . Sebuah buku yang menjelaskan bagaimana keadaan pada masa pemerintahan presiden kedua, awal mula inflasi dan kekacauan yang melanda tanah air.
Ia masih terbayang bayang tawaran yang di tawarkan wanita yang tak ia kenal tadi .
"Kamu hanya perlu jadi asisten ku dan bersama ku dua puluh empat jam berada di sisiku."
Perkataan itu masih membayang di otaknya, sampai akhirnya konsentrasinya terpecah oleh Ruhus yang duduk di samping nya dan membawakan buku tentang sejarah pada masa presiden kedua . Judul buku itu adalah "Pergerakan para partai komunisme" .
"Hey, kamu kenapa?" tanya Ruhus.
Arka hanya menggeleng "Gakpapa, aku cuman sedikit kurang makan . Oh iya Gimana? Kamu sudah punya ide belum untuk bisnis nya?" tanya Arka mengalihkan pembicaraan.
"Hmmm... Menurut Melby sih ada baiknya kita gunakan aja bisnis Fraksi Merah Jambu dulu. Toh sekarang pasukan kita makin bertambah jadi kita pasti bisa menjatuhkan dua fraksi di Lantai dua. Emangnya kenapa buru buru? Kamu mau cepat ke lantai dua?" Ruhus menyeruput coklat panas nya .
"Iya, kalau bisa kita ke lantai dua dan bisa mengambil status Fraksi . Aku mau segera mencari bisnis di luar , apapun itu entah secara ilegal atau legal aku tak perduli ." Arka mengacak acak rambutnya tanda ia semakin frustasi.
Ruhus yang biasanya melihat seorang Arka itu berkepribadian tenang dan santai tidak enak sama sekali melihat Arka yang seperti ini. Seperti bukan Arka yang ia kenal .
Ruhus mengelus punggung Arka. "Aku gak tau kamu kenapa, tapi yang pasti kalau kamu ada sesuatu yang mengganjal atau sebuah pikiran mu yang belum matang , kenapa gak tinggal kita kompromi aja ke yang lain ? Toh kita juga yang membentuk aliansi ini pasti mereka mau mendengarkan ".
Mendengar saran dari Ruhus Arka teringat sesuatu hal yang di katakan ibunya dulu.
"Manusia itu mahluk sosial, jangan terbawa emosi sesaat karna sesuatu hal kecil yang belum pasti. Adanya musyawarah itu untuk membicarakan dan saling membantu untuk mengeluarkan jalan buntu. Percaya kepada orang di sekeliling mu, mereka pasti akan membantu mu" .
Dada Arka yang gundah agak tenang kali ini . Ia pun mulai mengulum senyum dan mengangguk ke arah Ruhus .
"Baiklah kayaknya kita harus ngumpul lagi deh, aku ada ide"
Arka berdiri dan mengulurkan tangan kepada Ruhus.
Ruhus pun ikut tersenyum dan menyambut telapak tangan itu dan ikut berdiri . "Aku selalu di samping mu".
"Itukan kata katanya Melby ke kamu" goda Arka .
Ruhus mendelik "Memangnya kenapa dia harus begitu?" .
"Kamu gak paham ya kalau dia suka sama kamu?" Arka cekikik kecil karna melihat reaksi Ruhus.
Ruhus hanya bisa pasrah menerima ejekan itu.
Namun jauh di lubuk kecil hati nya, ia juga menerima rasa hangat dari Melby itu.
...****************...
Kota aku lahir thor
yakin lah suatu saat dirimu sukses & ibu mu sembuh.. Amin