ibu dan anak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adela Flos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Mama
"Kamu langsung kesana, nggak nginep dulu, nggak besok aja berangkatnya?" tanya paman Tio.
"Nggak paman, aku pengen cepat ketemu sama orang tuaku" jawab Anggi.
Mereka ngobrol sebentar, dan bibi Winda mengajak makan terlebih dahulu sebelum mereka pergi, ditengah obrolan mereka, datang seorang cewek Cantik.
"Kakak..."triak Lisa berlari dari pintu sampai ruang keluaga.
Setelah sampai langsung berhambur meluk tubuh Vindra, tapi Vindra agak menjauh.
"Aku kangeeen sama kak Vindra" masih meluk tapi Vindranya menghindar.
"Iiih kenapa kak Vindra gitu, apa kak Vindra nggak kangen sama Lisa?"
"Nggak" canda Vindra.
"Aaa tante kak Vindra jahat" melepas pelukan dan duduk disebelah Vindra.
"Sini peluk tante aja" Anggi merentangkan tanganya dan langsung Lisa menerima pelukan Anggi.
"Aku juga kangen tante"
"Sama sayang, apa kabar ha?" mereka melepas pelukan.
"Baik tante, tante juga apa kabar?"
"Tante sangat baik"
Tidak lama Anggi sama Vindra berpamitan.
"Cepat sekali sih pulangnya" ucap Lisa cemberut yang masih ingin berlama - lama ngobrol, apa lagi sama Vindra.
"Tante mau pergi sayang" ucap Anggi.
"Pergi kemana tante?"
"Kesurabaya"
"Surabaya, ngapain"
"Kepoo" jawab Vindra.
"Biarin"
"Ya sudah tante pergi dulu ya" Lisa mengangguk, sebelum pergi Vindra mengusap rambut Lisa sampai berantakan.
"Kebiasaan deh, rambut aku kan jadi jelek"
"Emang kamu jelek" canda Vindra.
"Ih nyebelin" tanpa bersuara Vindra melambaikan tanganya.
"Daa..." balas Lisa.
Walaupun Vindra menganggap Lisa kayak adik sendiri tapi dia tetap tidak begitu suka dekat sama Lisa, ya namanya anti perempuan.
Diperjalanan, Anggi sambil bercerita ya walaupun tidak semua yang dia ceritakan apalagi kisah Vindra yang mengapa bisa hadir didunia ini.
Anggi sedikit berbohong dan sedikit mengubah cerita tentang ayahnya, sejak dulu saat masih kecil Vindra selalu bertanya tentang ayahnya, ayahnya pergi kerja tapi tidak kembali, Anggi tidak tau kenapa ayahnya tidak kembali dan saat itulah Vindra tidak pernah menanyakan tentang siapa ayahnya.
Keesokan harinya, kita tengok Alea sebentar ya, Alea sangat bersemangat sekali, setelah mengantarkan gorengan ke toko dia langsung ke sekolah untuk menyerahkan berkas - berkas foto kopi, dan mulai besok dia bisa langsung sekolah.
Kira - kira sekitar pukul 12 siang lebih Anggi sama Vindra sudah sampai dikediaman orang tuanya, dalam perjalanan mereka istirahat hanya 1 setengah jam.
Setelah sampai Anggi memberi salam, dia melihat ibunya yang tidak seperti dulu lagi kurus wajah pucat sedikit berkeriput, air matanya lolos begitu saja langsung dia memeluk ibunya.
Sang ayah juga memeluk mereka, tangis haru bahagia bisa bertemu kembali.
"Maafkan mama sayang, membuatmu pergi dari rumah" ucap mama Nia, beliu kira Anggi pergi dari rumah karena tidak tahan dengan kedua orang tuanya selalu bertengkar.
"Anggi yang minta maaf ma pa pergi tidak memberi kabar sama sekali"
"Papa juga minta maaf"
"Sekarang kamu sudah dewasa" Anggi mengangguk.
"Mana cucu papa?" tanya papa Lukman tidak sabar pengen melihat cucunya.
"Oya, Vin" panggil Anggi "Ini kakek dan nenekmu, ma pa ini Davindra cucu papa mama"
Mereka terkejut, mereka kira cucunya masih berusia 5 tahunan Anggi hanya cerita kalau dia sudah memiliki anak laki - laki bernama Davindra, tidak bilang kalau Vindra sudah gede.
"Udah punya cucu segedenya kayak gini kok baru tau" ucap kakek lukman sambil tertawa.
"Masya Allah gantengnya cucu nenek" sambil mengusab rambut Vindra. Vindra hanya terkekeh.
Malamnya Anggi hanya ingin berdua dengan ibunya, dia tiduran berbantalan dipangkuan ibunya, rambutnya yang diusap lembut oleh tangan ibunya.
Seharusnya apa yang dilakukan saat ini dilakukan dulu saat dia dalam masalah, butuh senderan butuh kekuatan.
Walaupun sudah terlambat Anggi tetap meresa tenang dalam belaian ibunya.
Dia mencertakan semua kisah keluh kesah dia selama ini dan bisa menjadi seperti ini, kecuali saat dia dijadikan bahan taruhan.
ganti panggilan a thoor.
kata cerai jadi ceria. aduh,, mohon di perbaiki lagi penulisannya meski sudah tamat ini cerita.