NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Wanita Pelangkah

Emir hanya mampu mengucapkan hal serendah itu hanya dalam hatinya saja. Karena bagaimana pun ia tidak ingin menyakiti Jamilah terlalu dalam, setelah perpisahan mereka nantinya. Kemarahan pada munculnya Arkam yang tiba-tiba sungguh sangat membuat kacau kinerja otaknya. Hingga tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Ada apa?." Hembusan nafas Jamilah menerpa wajah Emir, sebab jarak mereka yang begitu dekat.

"Saya akan mengantar mu pulang malam ini juga. Nanti saya balik kesini lagi. Karena pertemuannya masih lama." Emir menjauh perlahan dari Jamilah. Segera mengemas semua barang Jamilah yang terlihat oleh matanya.

"Apa kamu tidak capek, kalau harus bolak balik?." Tanya Jamilah menarik lengan Emir hingga Emir berhenti dengan posisi yang membelakangi Jamilah.

"Kalau boleh saya memberikan saran, kamu tetap disini saja. Besok pagi-pagi sekali saya pulang naik bis." Ucap Jamilah.

Emir membalik tubuhnya, menatap Jamilah dengan tatapan yang tajam.

"Kamu itu istri saya, tangung jawab saya, jadi saya yang harus mengantarkan mu sampai rumah dengan selamat."

Jamilah mengangguk mengiyakan, sambil mengikuti langkah Emir yang begitu cepat.

Jamilah dan Emir sudah berada didalam mobil, dan segera meninggalkan Villa itu.

"Tidur saja kalau kamu mengantuk, nanti saya bangunkan kalau sudah sampai?." Ucap Emir namun tetap fokus pada kemudinya.

"Tidak, saya tidak terlalu mengantuk." Jamilah hanya membuat santai tubuhnya dengan bersandar pada belakang kursi.

"Terserah pada mu saja." Balas Emir.

Hening, tidak ada yang berbicara lagi. Emir begitu fokus pada jalanan, Jamilah sendiri pun ikut melihat jalanan yang begitu ramai.

"Masih jam 10." Saat Jamilah melihat layar ponselnya.

Tidak terasa setelah melalui perjalanan cukup singkat hanya satu setangah sepuluh menit saja. Mobil Emir sudah terparkir dihalaman rumah.

"Saya akan langsung balik sekarang. Mang Tatang sudah membukakan pintu rumah. Kamu dan Alexander akan diantar jemput oleh supir Papa selama saya tidak ada. Jangan pernah pergi kemana pun tanpa izin saya. Pulang dari sekolah langsung pulang ke rumah. Kalau nanti kamu ingin berkunjung ke rumah Emak, tunggu saya pulang." Pesan Emir yang terucap sangat panjang untuk Jamilah sebelum Jamilah keluar dari dalam mobil.

"Iya, kamu hati-hati dijalan, Assalamu'alaikum...." Kali ini Jamilah mengulurkan tangannya untuk salim.

"Iya, kamu juga hati-hati, Wa'alaikumsalam...." Balas Emir memberikan punggung tangannya pada Jamilah. Emir tetap lah manusia yang bisa merasakan sentuhan hangat nan tulus dari Jamilah. Tapi ia harus menekan sedalam mungkin perasaan-perasaan itu, yang nantinya akan memperberat langkahnya untuk pergi dari hidup Jamilah.

Jamilah melangkah pergi bersamaan dengan suara mesin mobil Emir yang mulai meninggalkan halaman rumah.

"Semoga Gusti Alloh selalu melindungi dalam setiap langkah mu, Pak Emir. Aamiin." Kedua tangan Jamilah mengusap wajahnya. Kemudian Jamilah masuk dan tidak lupa menguncinya kembali.

Suasana rumah sudah sepi, karena memang semua penghuninya sudah berada dikamar masing-masing. Jamilah langsung masuk kamarnya setalah melihat Alexander yang sudah terlelap tidur.

.

.

.

Pukul dua dini hari, saat Emir dan Arkam kini berada di balkon Villa. Menghabiskan waktu sambil ditemani dua cangkir kopi panas, sambil membicarakan banyak hal. Apa saja yang sudah mereka lewati, percintaan yang tidak pernah berjalan mulus bagi keduanya. Ada saja ujian berat menghampiri Emir dan Arkam. Seolah mereka enggan untuk berlama-lama tinggal dalam hidup keduanya.

"Kapan kau akan mempertemukan kami?." Arkam to the points untuk masalah yang satu itu. Masalah yang sudah bisa membuatnya keluar dari derita dan kesaktian selama ini.

"Bersabarlah dulu, tidak dalam waktu dekat ini." Emir begitu tidak suka melihat Arkam yang tidak sabaran seperti sekarang ini. Sementara Emir sendiri belum mempersiapkan dirinya jika harus kehilangan Jamilah dalam waktu dekat ini.

"Kenapa?. Ada apa lagi?. Kau bilang wanita itu wanita yang masih bebas belum terikat dengan siapa pun. Terus sekarang untuk apa aku harus bersabar lagi?." Arkam menautkan kedua alisnya penasaran.

"Iya ternyata ada yang salah dari informasi yang aku dapatkan." Timpal Emir dengan cepat.

"Maksudnya apa?." Arkam semakin penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Emir.

"Wanita itu saat ini sudah menikah." Ucap Emir dengan tenang dan lantang. Melihat lekat wajah Arkam yang tidak berubah sedikit pun dengan perkataanya.

"Tidak masalah. Aku tetap akan menunggunya sampai kapan pun." Jawab Arkam dengan penuh keyakinan. Entah apa yang sudah Arkam tanamkan pada hati dan pikirannya hingga ia berucap seperti itu. Seakan Arkam tahu apa yang akan terjadi pada beberapa bulan yang akan datang.

"Ok, tidak masalah kalau aku belum bisa bertemu dengannya saat ini karena wanita itu masih menjadi istri orang lain. Selama aku menunggu wanita itu, aku bisa mengembangkan bisnis ku yang ada di Batam" Lanjut Arkam.

"Kenapa kau harus menunggunya?. Berapa lama kau akan terus menunggu?. Kenapa tidak kau cari wanita lain saja?. Aku rasa ada banyak wanita yang baik juga diluar sana." Emir ingin tahu kenapa Arkam sampai segitu ngototnya untuk tetap memilih wanita itu.

"Mungkin kau pernah merasakannya saat bersama Isyana. Entah kenapa aku memiliki keyakinan jika suara hari ini aku bisa memiliki wanita itu. Kau percaya dengan jodoh bukan?." Jawab Arkam begitu idealis, begitu yakin terhadap perasaannya sendiri. Sehingga Emir dibuat tidak bisa bicara lagi. Emir begitu mencintai Isyana bahkan sangat mencintai Isyana sampai merasakan kesakitan yang luar biasa saat harus kehilangan Isyana.

"Bagaimana kabar Alexander dan Joy?." Arkam sengaja mengalihkan perhatian dan rasa sakitnya. Memang tidak bisa dipungkiri wanita yang begitu dicintainya kini sudah menjadi milik orang lain. Tapi Arkam harus tetap kuat untuk sebuah keyakinan yang sudah diyakininya selama beberapa tahun ini sampai Emir memberinya kabar kalau wanita itu masih ada. Tapi sayang sudah menjadi istri dari seseorang.

"Baik, Alexander dan Joy baik-baik aja." Jawab Emir sambil merogoh saku celananya sebab ponselnya berdering.

"Aku harus menjawab telepon Tiffani. Aku balik ke kamar." Pamit Emir pada Arkam lalu mengangkat telepon dari Tiffani.

Arkam menghabiskan kopi yang sudah dingin itu. "Aku akan menunggu mu." Batinnya.

.

.

.

Beberapa hari berlalu...

Pernikahan Jamilah masih jalan ditempat, tidak ada hal yang menarik dalam rumah tangga mereka. Apalagi semenjak ada pertemuan di Villa itu, Emir sampai sekarang belum ada pulang ke rumah. Namun sesekali Emir menghubungi Alexander dan Jamilah untuk mengabari kalau dirinya baik-baik. Cuma saat ini Emir memang sedang sibuk saja dengan urusan pekerjaan di Jakarta yang tidak bisa ditinggalkan. Namun tetap saja Jamilah sanggup berperan sebagai ibu yang baik bagi Alexander dan istri yang baik untuk Emir.

Seperti sekarang ini, saat libur sekolah Jamilah membantu Alexander mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba kecerdasan pengetahuan umum antar sekolah tingkat Desa mewakili sekolahnya, SD Pelita Jaya.

Alexander menjadi salah satu murid dari dua belas orang yang terpilih. Setelah melihat semua LKS yang diisinya dengan hasil nilai yang sempurna. Baik dari segi pengetahuan umum, perhitungan, dan materi pelajaran sekolah yang sudah dikuasainya dengan baik. Mungkin itu diturunkan dari Mommy Isyana dan Daddy Emir.

"Nanti aku minta hadiah kalau aku dapat juara satu Umum." Alexander menutup beberapa lembar LKS yang sedari tadi dikerjakannya.

"Mau minta apa?." Tanya Jamilah sambil merapikan meja belajar Alexander.

"Emmm....nanti saja. Aku pikirkan dulu. Harus hadiah yang yang sesuai dengan usaha dan kerja keras ku." Balas Alexander. Karena sebenarnya ia juga belum tahu mau meminta hadiah apa dari Jamilah.

"Boleh, mudah-mudahan ibu bisa memberikan yang terbaik untuk mu." Jamilah mengusap pucuk kepala Alexander.

Jamilah sudah berusaha yang terbaik sejuah ini, untuk mengisi kekosongan yang tinggal kan oleh Isyana dan Emir. Alexander masih sangat membutuhkan kedua sosok itu, makanya Jamilah berjuang sekuat tenaga untuk membuat Alexander bahagia.

"Daddy katanya hari ini pulang. Tapi enggak tahu jam berapa?." Ucap Alexander saat menutup pintu. Jamilah mengajaknya turun bergabung sama Pak Utomo dan Bibi Isti yang sedari tadi sibuk menata tanaman yang baru datang.

"Iya kita tunggu saja." Kini keduanya sudah bersama Pak Utomo dan Bibi Isti.

"Ada yang saya bantu Pak?." Jamilah memegang satu pot sudah berisi dengan tanah dan pupuk.

"Kalau Nak Jamilah mau, silakan. Ini masih banyak yang belum dikerjakan." Jawab Pak Utomo sambil tersenyum kearah Jamilah.

Jamilah dan Alexander ikut membantu, sesuai arahan dari Bibi Isti. Sudah banyak pot berjejer dengan berbagai macam tanaman. Alexander meletakkan pot-pot tersebut atas permintaan Pak Utomo sebagai orang yang memiliki lahan tanaman yang sangat luas itu.

"Akhirnya selesai juga." Alexander duduk selonjoran di atas tanah yang basah. Sehingga menjadikan baju yang dipakainya kotor. Begitu juga dengan kedua tangannya.

Alexander menatap Jamilah yang sedang menyelesaikan pekerjaan terakhirnya yaitu merapikan semua perlengkapan bertanam. Tiba-tiba saja Alexander memiliki ide untuk mengerjai ibu sambungnya itu.

"Ibu akan terlihat sangat cantik dengan tahu lalat ini." Alexander menempelkan telunjuk yang sudah ada tanahnya pada dagu Jamilah. Sehingga tampak ada tahi lalat besar di dagu Jamilah. Jamilah hanya tersenyum mendapatkan perlakuan itu.

Bibi Isti dan Pak Utomo melihat hal itu tidak bisa menahan tawa melihat wajah lucu Jamilah dengan tahi lalat buatan Alexander.

"Kamu juga pasti tambah ganteng dengan kumis tipis." Jamilah menarik tangan Alexander dan langsung saja membuat garis di atas bibir atas oleh telunjuk yang sudah kotor dengan tanah. Alexander pun hanya bisa pasrah mendapatkan balasan dari Jamilah.

Gelak tawa semakin pecah, melihat hal tersebut. Pak Utomo dan Bibi Isti terasa merasakan kebahagian yang berkali lipat saat ini. Dimana mereka bisa tertawa dengan lepas tanpa beban apa pun. Pun dengan Alexander yang melihat tampilan dirinya dari kaca jendela, ikut tertawa lepas dengan kumis tipis yang dibuat oleh Jamilah.

Interaksi semua orang itu tidak lepas dari pandangan Emir yang sudah melihat mereka dari dalam mobil dengan jarak yang cukup jauh. Namun pemandangan itu bisa terlihat jelas oleh dirinya. Terekam pula oleh ponsel canggihnya.

Terselip rasa bahagia melihat putranya yang begitu menderita kini bisa tertawa lepas untuk hal sekecil itu. Namun ia juga begitu khawatir, bagaimana nantinya jika mereka harus terpisah karena perpisahan dirinya dan Jamilah.

"Kamu memang wanita yang sempurna, Jamilah. Andai saja aku tidak memiliki segala kerumitan dalam hidup ini. Pasti aku akan dengan senang hati mempertahan mu menjadi milik ku selamanya." Gumam Emir menatap Jamilah yang kini memeluk Alexander.

1
YuWie
kapokmu kapan emirrr..sainganmu alexander ure child 😀😃😄
YuWie
apakah Tiffani perempuannyg ngaku2 hamil ketika jamilah dilamar lelaki dr kota?..hmmmm
Eni Etiningsih
pasti ulah arkam yg menulis surat mengatas namakan isyana . jahat banget arkam
Yani Yan
Biasa
Yani Yan
Buruk
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
Alexander /Grin//Grin//Facepalm/
Mega Haerunita
tadi ny masih rate 1 Karana cerita nya gantung. tpi kasian.
klo emng GK mau lanjut dri awal GK udh bikin versi 2 ny tor.
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya
Capricorn 🦄
ok
Nurul Syahriani
Kalau pun mereka pisah, belum tentu juga jamilah mau sama kamu akram
Nendah Nurjanah
saya banget di langkahi 3 adik perempuan sampe usia 39 pun sekarang saya blm di kasih jodoh sama Allah tp hidup harus tetap berjalanan tidak lagi memperdulikan gunjingan orang sekitar dan selalu berusaha berperasangka baik dengan takdir Allah😇
Desilastri Alfaris Alfaris
aku nangis
Anonymous
ok
Nurul Syahriani
Bibi isti ini pembantu apa siapa? Panggil emir kakak..
Bzaa
emir jdi ayah egois gak Mao ngurusin Alex
Bzaa
semakin dikasari akan semakin ikut kasar...
lili
makasih kak author sungguh ceritanya bgs bgt😍😍😍
lili
takutnya Joy bangun Gatot deh 🙈🙈🙈
lili
kok ada ya dokter mulutnya culamitan,harusnya jaga rahasia pasiennya kok ember bener mulutnya.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!