Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Kontrol
"Dari mana Mala mendapatkan video ini? Pasti ada seseorang yang tidak senang dengan ku, lalu memberikan video ini padanya." ucap Doni sambil mengepalkan tangannya.
Ia pun segera mengirim pesan pada Mala, untuk mengklarifikasi tentang video itu.
Sementara itu di rumah megah bak istana, Mala seperti biasa menghabiskan waktunya untuk membaca buku.
Tiba-tiba handphonenya terdengar berdering, ia pun melihat nama Doni yang tertera di layar.
"Pasti dia menelepon ku karena video yang aku unggah tadi." gumamnya, lalu kembali meletakkan handphone-nya di meja nakas. Ia pun kembali membaca buku.
Tak berselang lama, setelah beberapa panggilan itu tak terjawab, terdengar notif pesan. Mala yang penasaran membaca pesan Doni dari layar mengambang, tanpa membukanya.
'Sayang, aku melakukan itu semua karena terpaksa. Wanita itu terus mengejar ku hingga menjebak ku, dan akhirnya kami di tangkap warga, lalu dinikahkan. Aku mohon, percayalah padaku.' bunyi pesan dari Doni.
"Hem, aku pikir bakal percaya dengan perkataan mu mas? Kamu salah besar." gumam Mala dengan senyum sinis.
"Mana mungkin kamu tersenyum lebar pada wanita itu sepanjang acara, jika benar kamu di jebak." imbuhnya lagi.
Mala kembali meletakkan handphonenya di meja tanpa berniat membalas. Tapi ternyata Doni tak menyerah.
Laki-laki itu terus saja mengirimkan pesan pada Mala, yang membuat wanita itu jengah. Akhirnya ia mengetik balasan untuk suami tak tahu diri itu.
'Katanya di jebak, tapi kenapa sepanjang acara kalian berdua saling menatap dengan penuh cinta dan selalu mengulas senyum?'
'Senyum ku itu palsu sayang. Aku berusaha tersenyum agar orang lain tidak tahu kesedihan yang sedang ku rasakan.'
'Oh, kasian sekali. Aku ikut bersedih juga nih.' balas Mala disertai emoticon ngakak.
'Mala sayang, tolonglah percaya sama mas. Kita ini kan sudah lama saling kenal.'
'Ia, memang kita sudah kenal lama. Dan aku tidak menyangka kamu tega berbuat seperti itu padaku.
Di saat aku terpuruk, kehilangan kedua orang tua, tidak bisa jalan, kamu justru mengkhianati ku dengan menikah lagi.
Tapi, aku juga mengucapkan terima kasih padamu. Berkat sikap mu itu, aku bisa belajar menjadi wanita yang kuat, tabah dan tidak cengeng.'
Setelah itu, Mala menonaktifkan handphonenya.
**
Hari beranjak malam, Mala berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama dengan seluruh asistennya.
"Non, besok jangan lupa ya, ada jadwal kontrol." ucap bibi sambil menuang nasi ke piring Mala.
"Ya Allah, Mala hampir lupa bi. Terima kasih sudah diingatkan ya." balas Mala dengan senyum simpul.
"Sama-sama non. Besok berangkatnya harus lebih pagi, biar dapet nomor antrian awal."
"Siap bi." Mala hormat pada asisten rumah tangganya.
"Mahes, besok kamu antarkan aku ke klinik ya."
"Siap non." Mahes pun melakukan hal yang sama seperti Mala tadi. Mereka pun terkekeh kecil, lalu mulai menyuap makanan.
Selama makan malam, mereka saling bercakap-cakap. Tidak ubahnya seperti keluarga sendiri.
Melihat Mala yang tersenyum saat bercanda, membuat Mahes ikut tersenyum. Entah kenapa hatinya terasa berbeda saat berada di samping Mala.
Selesai makan malam, Mahes mengantar Mala menuju ke kamarnya. Lalu ia menunggu di luar, saat wanita itu membersihkan diri di kamar mandi.
Setelahnya membantunya merebahkan diri di atas tempat tidur dan merapikan selimutnya.
"Selamat tidur nona. Semoga mimpi indah."
"Terima kasih Mahes."
Keduanya saling beradu pandang sambil menyunggingkan senyum terindah yang mereka miliki.
'Kenapa sikapnya sangat lembut dan terlihat tulus?' batin Mala saat melihat Mahes yang perlahan menutup pintu kamarnya.
'Ah, mungkin ini cuma perasaan ku saja. Mana ada majikan jatuh cinta dengan pembantunya sendiri. Lagi pula, aku tidak ingin jatuh ke lubang yang sama. Mungkin lebih baik menjanda seumur hidup.' batin Mala lagi.
Keesokan harinya, Mala telah berdandan rapi, ia menggunakan jilbab lebar warna hitam dan gamis warna senada. Kacamata hitam menutupi manik matanya yang hitam pekat dan tak lupa ia juga mengenakan masker.
Tok....tok....tok
Terdengar suara pintu di ketuk.
"Permisi non. Apa non Mala sudah siap?" tanya Mahes dari balik pintu.
"Sudah Mahes."
"Saya ijin masuk kamar nona."
"Iya."
Mahes pun membuka pintu dan melihat Mala sudah siap di atas kursi roda.
"Semua berkasnya sudah siap belum non."
"Astaghfirullah, maaf Mahes. Aku lupa belum menyiapkan." Mala menepuk jidatnya.
"Kalau begitu, biar saya siapkan dulu nona." Mahes pun membuka meja nakas di samping tempat tidur Mala dan mengambil berkas-berkas penting yang diperlukan.
Setelah sampai rumah sakit, Mahes mendorong pelan kursi roda yang ditumpangi Mala menuju ke ruang periksa.
"Mahes, berhenti dulu. Kita ambil nomor antrian." ucap Mala mengingatkan.
"Kata dokternya kita di suruh langsung masuk non."
"Memangnya ini rumah sakit mu. Main masuk-masuk saja."
Mahes tak mengindahkan ucapan Mala, dan justru tetap masuk ke dalam.
"Mahes!" pekik Mala mengingatkan. Namun terlambat, karena dokter sudah berdiri dan menyambut mereka dengan senyuman.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘