Duda Ganteng Ku

"Omaaa" teriak Aurel dengan kencang membuat Revano dan Delisa terlonjak kaget karena suaranya yang begitu melengking.

'Ya ampun ada Aa Roy ... ' Delisa bergumam di mulutnya.

Sedangkan Revano hanya cuek saja melihat mereka datang menemuinya.

"Hai Delisa, kamu sejak kapan disini?" tanya Roy dengan lembut.

"Itu tadi tidak sengaja bertemu dengan Aurel _"

"Sama bapak nya juga." goda Roy memotong pembicaraan Delisa.

"Sudahlah Roy kalau saya yang ajak jalan memang kenapa?" ujar Revano secara tiba-tiba membuat jantung Delisa berhenti mendadak. Untunglah Aurel dan Lilis sedang di toilet jadi ribut pun tak apa, pikir Revano.

'Astaga bapak apa-apaan sih, bikin malu aja!'

"Ya gak papa malah bagus ada kemajuan." sindir Roy yang memang selama ini ia melihat Revano hanya sibuk mengurus anaknya saja tidak ada wanita lain yang di suka nya, sekali nya suka malah nikung temen.

"Roy besok tolong handle semua pekerjaan saya, saya mau ke kampus dulu menimalisir mahasiswa disana." ujar Revano sambil menyesap rokok nya.

"Ashiapp boss ... Yang penting kalau waktunya cair ya tinggal lebihin aja heheh." kata Roy sambil nyengir.

"Kau antar pulang Mamah dengan Aurel dulu sana." kata Revano mengusir halus Roy agar pergi.

'Jadi merinding takut di apa-apain dah.' Delisa menelan ludahnya dengan susah payah.

"Oma ... " kata Delisa sambil mencium punggung tangan Lilis dan memeluk Lilis.

"Kok kalian bisa disini?" tanya Lilis melirik Revano.

"Bisa dong Mah, tanya saja sama cucu mu itu." kata Revano dengan kesal sambil melihat Aurel yang sedang di gendong oleh Roy menjauh dari mereka bertiga.

"Hahahaha ... " Lilis mengangguk paham.

"Kalian ini ada-ada saja, sudah cocok Van, sudah seperti keluarga sungguhan." imbuh Lilis sambil tersenyum.

Delisa sangat terkejut mendengar perkataan Lilis. Tidak dengan Revano, ia justru malah terlihat senang, karena perlakuan lembut yang di berikan Delisa kepada anaknya, tidak seperti yang ia pikiran.

"Hehe siap Mah." jawab Revano terkekeh geli.

'Ah memang bener kata Roy, dia itu cantik sekali ... Pintar masak, pintar mengasuh anak lagi. Emang mamah paling the best kalo soal memilih wanita untuk anaknya hahaha...' Revano tersenyum kikuk, ia sendiri bingung dengan perasaannya yang tidak menentu, sekarang ia malah aneh dengan perasaannya yang tiba-tiba ingin menggali informasi tentang kehidupan Delisa, walaupun sudah tahu anaknya pak Guntur tetapi tetap saja Revano merasa kurang.

"Sudahlah kalian bersenang-senang biar Oma dan Aurel minggat dulu." ujar Lilis sambil memanggil Roy dan cucu nya untuk pulang.

"Eh ... Aduh Oma ..." ucap Delisa sambil menggigit bibir bawahnya.

"Aurel mau sama tante Delisa!" ujarnya sewot sambil meminta turun dari gendongan Roy.

"Eits tidak boleh, nanti tante Delisa habis ini main kerumah." kata Lilis berbohong, agar Delisa bisa main lagi ke rumahnya.

"Eh iya Aurel, nanti tante main lagi ke rumah Aurel, Aurel tunggu ya ... " kata Delisa sambil mengelus pipi Aurel.

"Tante janji ya?" tanya Aurel sambil melirik kearah Delisa.

"Iya tante janji." Delisa tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Duluan Bos, Delisa." kata Roy.

"Hati-hati Aa." ujar Delisa tersenyum lalu kembali menatap sengit pria yang ada di depannya setelah Lilis, Aurel dan Roy pergi.

"Aa?" tanya Revano heran.

"Iya itu panggilan Delisa kepada Pak Roy kalau sedang di luar kantor." Delisa menjawab sambil minum.

"Cih alay sekali." Revano tidak suka Delisa dekat-dekat dengan Roy walaupun sekertaris dirinya sendiri, apalagi ada panggilan khusus membuatnya ingin membenyek muka Roy.

"Suka-suka, memang kenapa? Masalah? Huh." acuh Delisa, Revano tak menanggapi ia hanya diam dan menahan tawanya melihat muka lucu Delisa yang sedang kesal.

Melihat Revano yang terlihat santai dan biasa saja membuat Delisa geram, ingin sekali memaki nya tapi tak bisa.