Perjuangan Abimanyu untuk mendapatkan kembali cinta Renata, sang istri yang telah berulang kali disakitinya.
Tidak mencintai gadis yang menjadi wasiat terakhir ibunya membuat Abimanyu seringkali menyiksa dan menyakiti hati Renata hingga berkali-kali.
Akankah Bima bisa kembali mendapatkan cinta istrinya? Sementara hati Renata telah mati rasa akibat perbuatan Abimanyu yang telah menyebabkan buah hati dan ibunya meninggal dunia.
"Mas Bima-"
"Panggil aku Tuan seperti biasanya, karena kau hanyalah seorang pembantu di sini!"
"Ta-tapi Mas, kata Nyonya-"
"Ibuku sudah meninggal. Aku menikahimu karena keinginan ibuku, jadi kau jangan berharap dan bermimpi kalau aku akan menuruti keinginan ibuku untuk menjagamu!"
"I-iya, Tu-Tuan ...."
Yuk! Ikutin ceritanya, jangan lupa siapin tisu karena novel ini banyak mengandung bawang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 TIDAK MAU PULANG
"Dasar sial!" umpat Bima. Dia benar-benar kesal karena tidak berhasil menyuruh Renata pulang.
Berani-beraninya Renata mengancam balik. Sialan!
Bima mengepalkan tangannya. Ia sungguh merasa kesal dan marah karena Renata bersikeras tidak ingin pulang ke rumah. Selain mengancam akan memberitahukan pernikahan mereka pada Shinta, Renata juga mengatakan tidak akan tinggal lagi di rumah besarnya karena sudah ada Shinta yang menjadi Nyonya rumah besar Abimanyu.
Renata mengatakan kalau dia hanya akan datang ke rumah untuk membersihkan rumah dan memasak. Akan tetapi, Renata menyuruh Bima untuk mencari asisten rumah tangga satu lagi untuk membantunya membersihkan rumah dan tinggal di rumah besar itu.
Meskipun marah dan kesal, Bima mencoba mengalah dengan keputusan Renata yang begitu mendadak.
Memangnya dia mau tinggal di mana? Sok banget pengen pisah rumah.
Bima menggerutu kesal. Pria itu melangkah ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya, kemudian membaringkan tubuh lelahnya ke atas ranjang. Tangannya meraih ponsel di atas nakas.
Tidak ada satupun pesan dari Shinta. Sepertinya perempuan itu benar-benar marah karena dia mempercepat kepulangan bulan madunya.
Bima menarik napas panjang.
Aku sengaja pulang agar aku bisa bertemu dengan dia, tetapi dia malah nggak pulang. Dasar sial! Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya?
Bima meremas rambutnya. Entah kenapa, dia ingin sekali bertemu dengan Renata dari semenjak dia masih di negeri sakura.
***
Pagi-pagi sekali Renata sudah datang ke rumah besar Abimanyu. Seperti biasanya, Renata membersihkan dan membereskan rumah besar itu. Meskipun lelah, tetapi dia tetap membersihkannya seperti biasa.
Renata masuk ke dalam kamar Bima, setelah memastikan kalau Shinta tidak berada di kamar itu. Mang Udin mengatakan kalau tuan mudanya itu pulang sendirian tanpa ditemani oleh istri barunya.
Laki-laki itu kini sedang tertidur pulas. Sejenak Renata memperhatikan wajah tampan Bima. Perempuan itu mendekat, menatap wajah suaminya yang tertidur lelap.
Renata menghela napas panjang. Sudah hampir dua minggu dia tidak melihat pria ini. Rasa rindu yang sedari kemarin tertahan di hatinya, kini lepas sudah.
Ah! Seandainya saja aku bisa begitu mudah membencimu, rasanya aku ingin sekali segera membencimu.
Renata menutupi tubuh Bima dengan selimutnya, perempuan itu kemudian membersihkan kamar itu. Sepertinya, semalam Bima habis mengamuk karena kamar itu terlihat sangat berantakan.
Setelah selesai membersihkan kamar itu, Renata kembali mendekati ranjang.
Seandainya saja kamu juga mencintaiku, aku pasti akan menjadi perempuan yang paling bahagia karena bisa menikah dengan orang yang kucintai.
Renata hendak pergi dari hadapan Bima, ketika tiba-tiba tangan pria itu menariknya ke atas ranjang. Pria itu langsung memeluk tubuh Renata saat perempuan itu terjatuh di atas tubuhnya.
Renata yang tidak siap diperlakukan seperti itu oleh Bima, tampak terkejut. Namun, Renata tidak bisa berontak karena pria itu mendekapnya dengan erat.
Sejenak, Renata terdiam menikmati debaran jantungnya yang menggila. Bisa sedekat ini dengan pria yang sangat dicintainya sungguh membuat Renata lemah.
Kemarahan dan kekesalannya terhadap pria itu nyaris hilang hanya karena pelukan dari Bima.
"Shinta, aku sangat mencintaimu. Maafkan aku karena aku sudah menikahi perempuan lain tanpa sepengetahuanmu."
Baru saja Renata merasa melayang, ucapan Bima yang terdengar jelas di telinganya langsung membuat amarah Renata kembali bangkit.
Perempuan itu tidak menyangka, disaat Bima memeluknya, pria itu justru menyebut perempuan lain.
Dasar brengsek! Bisa-bisanya dia menyebut nama Shinta di saat dia sedang memelukku.
Renata dengan kasar melepaskan pelukan Bima. Perempuan itu kemudian bangkit dari tempat tidur. Sementara Bima yang merasa kaget langsung membuka matanya.
"Renata ... kau sudah pulang?" Suara serak Bima menyapa pendengaran Renata.
Bersambung ....