*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
"Izza! Nebeng dong!" Beruntung Izza masih di depan gerbang kampus utama, membuat ia tak harus naik angkot yang memerlukan waktu menunggu tumpangan lainnya.
"Lho kok belum berangkat?" tanya Izza memicing.
"Ada perlu tadi, kamu juga tumben telat, nggak izin? Nurma absen katanya?"
"Rugi badar kalau izin, nggak jadi ketemu sama someone," ujarnya mengerling.
"Widih ... genit amad!"
"Tak apalah, siapa tahu seseorang yang kita harapkan, atau kita sebut dalam doa, sehati sama Allah menurunkan jodoh itu untukku. Betapa bahagianya kalau kita dipertemukan dalam majlis pernikahan dengan orang yang diam-diam sudah kita kagumi sejak awal."
"Cie ... lagi naksir orang ya?" tebaknya.
"Yang ngisi kali ini calon ustadz, Shal, kating kece HMI. Rugi kali ada yang ehem, siapa tahu tebar pesona aku laku."
"Haha. Bisa aja kamu, boleh lah usaha, asal di jalur yang benar."
"Aku mencintainya dalam setiap doaku, tapi sebagai perempuan, aku hanya bisa berdoa setiap malam," ujarnya penuh harapan.
"Bukankah mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang diberikan Allah kepada setiap hambanya ya. Cinta itu sesuatu hal yang suci dalam Islam, oleh karena itu kita harus menjaga sebenar-benarnya cinta tersebut. Salah satu cara terbaik dalam menjaga cinta tersebut adalah menitipkan perasaan cinta tersebut kepada Allah seperti kisah cinta Fatimah dan Ali yang mencintai dalam diam dan dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Sweet sekali 'kan kisah mereka?" Izza menerawang jauh dengan mata berbinar.
Dalam beberapa detik, Shali tertegun, dirinya seperti pernah merasakan perasaan itu, dan selalu berharap kisahnya seperti Ali dan Fatimah juga, yang selalu menyebut namanya dalam sujud panjangnya, mereka saling jatuh cinta dalam diam, tanpa kata-kata. Keduanya hanya bisa mengagumi dari jauh dan saling mendoakan, berharap Allah mengikatkan cinta mereka disatukan dengan jalinan suci pernikahan. Namun, nyatanya kisah mereka tak seindah itu, Shali ditakdirkan bermuara bersama seseorang yang menjadi garis takdirnya, dia Aka, yang membuat ia seketika tersenyum galau, harus membelokkan hatinya pada yang halal.
"Bengong oe ...! Naik bestie," ujar Izza menginterupsi.
Tanpa kata, Shali langsung membonceng sahabatnya. Jarak yang lumayan dekat tidak membutuhkan waktu lama, lima menit berkendara dengan motor kecepatan rata-rata, sudah dihitung bonus ngobrol, jadilah mereka datang lebih lambat sesuai perkiraan teman-temannya.
Izza memarkirkan motornya di depan gerbang, melobi satpam yang berjaga. Kost-kostan khusus putri ini tidak boleh sembarangan orang masuk terutama cowok. Mereka berkegiatan di luar, tepatnya di teras dan ruang menerima tamu.
Teras biasanya di isi cowok-cowok yang mengikuti kegiatan itu, bagian dalam diisi cewek-cewek yang mengikuti kelompok itu. Karena datang terlambat, otomatis Izza dan Shali terpaksa duduk di luar, mengisi tempat yang kosong, sedikit berjarak dengan kaum adam, mereka semua sudah saling akrab walau terdiri dari lintas kelas, tujuan utamanya jelas silaturahmi dan berkegiatan sosial di luar jam kampus. Bakti sosial dan kadang mengagendakan membantu sesama dengan menggalang dana di jalan.
"Assalamu'alaikum ...." sapa kedua orang pemuda yang baru masuk. Menyapa semua orang yang sudah hadir di sana.
"Waalaikumsalam ...." jawab seisi peserta kompak. Mereka saling melempar senyum, rupanya Reyhan datang bersama Azmi.
"Sorry teman-teman, Bang Fazad ada kegiatan mendadak dan belum bisa mengikuti kegiatan kali ini. Jadi, Reyhan yang gantengnya tak ternoda ini bawa gantinya, sahabat kita sendiri ya, udah pada tahu lah pastinya. Ada yang belum kenal, mungkin dari kelas lainya?"
"Yah ... udah niat banget malah Bang Fazad absen, ini namanya ekspektasi tak sesuai realita," ujar Izza kecewa. Shali hanya tersenyum tipis menanggapi itu.
"Kalau yang ini mah, udah kenal, tapi tak apalah, Azmi boleh juga. Hehe." Shalin mencibir gemas sahabatnya yang mencla-mencle.
Akhirnya kegiatan pun dimulai, dengan salah satu teman menjadi MC kegiatan. Diawali dengan sholawat Nabi, dan tahlil. Kemudian diisi ceramah singkat oleh Azmi. Setelahnya pembahasan kegiatan yang akan diagendakan untuk bulan ramadan nanti. Hingga senja menyapa mereka baru membubarkan diri, lebih dulu ditutup dengan jamaah bersama selepas ashar.
Satu persatu membubarkan diri, termasuk Shali yang sudah memakai sepatunya dan berniat menebeng Izza kembali. Tanpa diduga, begitu ia keluar dari halaman kost, Aka sudah menunggunya di luar pagar. Untung saja tidak banyak yang memergoki sebab mereka sudah pada pulang lebih awal.
"Bestie go! Udah sore ini, nanti dapat siraman rohani di asrama," seru Izza mendapati sahabatnya terbengong di tempat.
"Aku nggak jadi nebeng, Za. Makasih banyak ya?" ujar Shali melambai perpisahan.
"Beneran, kamu pulangnya sama siapa? Hmm ... ketahuan, pasti kencan buta sama crush maga (manis ganteng)."
"Astaghfirullah ... fitnahmu meresahkan bestie."
"Eh, ada Pak Dosen? Cari siapa Pak?" tanya Izza sok akrab.
"Jemput istri," jawab Aka datar dan dingin.
"Owh ... mari Pak, duluan. Aku duluan ya Sha!" seru Izza melajukan motornya.
"Aku duluan Bang," seru Azmi tiba-tiba melewatinya. Padahal tadi sepertinya ada yang ingin diucapkan, namun selalu tak ada waktu yang make sense, atau lebih tepatnya tidak diridhoi mungkin pertemuan mereka.
"Ayo naik, tunggu apalagi?"
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..