Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Hari ini, tekad Sarah sudah bulat. Tentu saja untuk mengikuti Justin secara diam-diam. Selama dia belum melihat sendiri tempat tinggal Justin, dia tidak akan percaya dan dia juga ingin mencari tahu, apa benar bukan Abigail yang disukai oleh Justin?
Dia harap bukan karena jika sampai hal itu terjadi, akan menjadi pukulan keras baginya lagi karena lagi-lagi dia harus kalah oleh gadis gemuk seperti Abi. Jangan sampai Abi dicintai oleh dua pria yang kaya, sedangkan dia hanya gigit jari dan memendam iri.
Hari ini Sarah akan pura-pura pulang terlebih dahulu, jangan sampai ada yang tahu jika dia akan mengikuti Justin secara diam-diam. Rumah besar bak istana, sudah terbayang di dalam otaknya. Justin pasti tinggal di rumah seperti itu, pasti.
Kepala Sarah dipenuhi dengan rencana-rencana, tentunya rencana yang tidak baik. Dia bahkan tidak mendengar saat Abigail berbicara dengannya dan memanggilnya berkali-kali. Abigail menatap Sarah dengan tatapan heran, dia belum pernah melihat Sarah seperti ini. Apa yang sebenarnya yang sedang dia pikirkan?
"Sarah, apa kau sakit?" tanya Abi sambil mengusap lengannya.
Sarah terkejut, Abi semakin heran apalagi tatapan yang diberikan oleh Sarah adalah tatapan tidak suka. Apa dia sudah membuat sebuah kesalahan?
"Sarah, kenapa kau melamun?"
"Tidak!" Sarah mengambil tasnya, perasaan benci pada Abi tiba-tiba memenuhi hati.
"Kenapa kau marah, apa aku telah membuat kesalahan?"
"Diam, Abi! Aku sedang malas berdebat!" ucap Sarah sinis.
"Maaf," Abi menunduk, apa dia telah membuat kesalahan?
Sarah menghela napas, sial. Kenapa dia jadi terbawa emosi? Jangan sampai Abi tahu dia seperti itu karena dia kesal dengannya. Bagaimanapun Abigail masih bisa berguna untuknya nanti. Jika dia sudah tahu siapa Justin lalu Justin menolaknya, maka dia akan memanfaatkan kebaikan dan kepolosan yang Abi punya untuk mendekatkan dirinya dengan Justin.
"Baiklah, maaf," Sarah pura-pura merasa bersalah.
"Aku sedang tidak mood, setelah selesai fitnes aku akan pulang terlebih dahulu. kau tidak keberatan, bukan?" tanya Sarah. Abi tidak boleh tahu jika dia berniat mengikuti Justin secara diam-diam.
"Kenapa kau tidak istirahat saja?" Abigail terlihat khawatir. Gadis itu begitu tulus tanpa tahu siapa sebenarnya sahabat yang dia anggap sahabat baik. Tidak, belum. Belum saatnya dia tahu tapi tidak akan lama lagi, dia akan mengetahui semuanya.
"Aku ingin menemanimu, Abi. Tapi sepertinya kita tidak bisa pulang bersama."
"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti," Abi tersenyum, begitu juga dengan Sarah tapi di balik senyum itu tersimpan sejuta rahasia.
Seperti biasa, mereka berpisah setelah tiba. Abi naik ke lantai dua, sedangkan Sarah berbaur dengan yang lain.
Justin sudah menunggunya saat itu, pria itu tampak tersenyum ketika Abigail masuk ke dalam dan melambaikan tangan. Abigail berjalan menuju ruang ganti, dia sudah sangat ingin memulai. Dia sudah bertekad tidak mau memikirkan hal yang tidak penting karena dia ingin fokus menurunkan berat badannya.
"kau begitu bersemangat?" tanya Justin ketika Abi menghampirinya.
"Tentu saja, Justin. Aku sudah bertekad akan menurunkan berat badanku jadi aku akan berusaha dengan keras," jawab Abigail.
"Bagus, jika begitu ayo kita mulai."
Abi mengangguk dan memulai kegiatannya. Sekarang dia mulai terbiasa, bahkan dia tidak mudah lelah lagi seperti awal-awal melakukan fitnes. Dia benar-benar menyesuaikan dirinya dengan cepat, itu karena tekadnya begitu besar.
"Justin, bagaimana kabar gadis yang kau sukai?" Tanya Abi tanpa maksud apa-apa. Dia hanya ingin tahu dan tentunya dia hanya ingin melakukan kegiatannya sambil berbincang agar dia tidak merasa lelah.
Justin tersenyum, matanya tidak lepas dari Abi, "Aku melihatnya dan dia baik," jawabnya.
"Oh ya? Apa kau bertemu dengannya setiap hari?"
"Tentu saja, aku sedang membantunya menurunkan berat badan. Kau tidak lupa, bukan?"
"Oh, aku melupakan hal ini. Sorry."
"It's oke," Justin tersenyum, apa Abi tidak menyadari ucapannya? Tapi sepertinya ini lebih baik, dia tidak ingin Abi begitu cepat tahu perasaannya sehingga gadis itu salah paham dan mengira jika dia mempermainkannya apalagi Abi baru saja mengalami kegagalan. Jangan sampai Abi mengganggap jika usahanya membantu Abi menurunkan berat badan hanya untuk mengolok dirinya.
"Abi, maukah kau makan malam denganku?" tanya Justin tiba-tiba.
"Apa?" Abi memandanginya dengan tatapan tidak mengerti.
"Makan malam berdua denganku, Abi. Kau tidak keberatan, bukan?"
"Tentu tidak, tapi bagaimana dengan gadis yang kau sukai? Dia pasti akan marah."
"Tidak perlu khawatir, sesungguhnya aku mengajakmu makan malam untuk latihan," ucap Justin beralasan. Semoga saja Abigail percaya.
"Latihan?" Abi mengernyitkan dahi, apa maksud Justin?
"Yes, aku ingin mengajaknya kencan tapi aku gugup. Sebab itu aku perlu latihan, kau mau jadi teman latihan kencanku. bukan?" Justin kembali beralasan. Semoga saja Abi percaya dengan alasan bodoh dan konyolnya sehingga gadis itu setuju.
"Baiklah, aku akan membantu," Abi menyetujui.
"Thanks," Justin bersorak dalam hati, dengan begitu mereka akan semakin dekat.
Abi mengangguk, dia kembali berkonsentrasi. Dia tidak keberatan menjadi teman kencan Justin karena Justin begitu baik padanya. Lagi pula mereka hanya latihan saja dan dia harap gadis yang disukai oleh Justin tidak salah paham dan marah tapi dia tidak tahu jika gadis itu adalah dirinya sendiri.
Mata Justin tidak lepas dari Abi, dalam otaknya sedang memikirkan makan malam romantis berdua dengan Abi nanti. Tentunya dia akan mengajak gadis itu makan makanan sehat agar diet yang dia jalani tidak gagal.
Di bawah sana, Sarah sudah selesai. Sesuai rencana, dia pulang terlebih dahulu tapi sesungguhnya dia tidak pulang. Sarah berada di cafe yang tidak jauh dari tempat Gym untuk mengintai. Rencananya untuk mengikuti Justin tidak boleh gagal.
Sarah berada di sana cukup lama sampai dia melihat Justin mengantar Abi keluar dari tempat Gym. Dia sangat berharap Justin tidak mengantar Abi, matanya melihat mereka tanpa berkedip karena dia takut Justin mengantar Abi pulang.
"Aku pulang dulu," ucap Abi.
"Mana Sarah? Apa dia tidak datang?"
"Dia sudah pulang, dia bilang ada yang ingin dia lakukan."
"Baiklah, apa benar tidak perlu aku antar?" tanya Justin memastikan.
"Tidak perlu, thanks. Aku pulang dulu,." Abi melambaikan tangan dan melangkah pergi.
"Abi, aku akan menghubungimu nanti," Justin sedikit berteriak saat mengatakan hal itu.
Abigail mengangguk, dia kembali melambai dan setelah itu dia berlalu pergi. Justin memandanginya sambil tersenyum dan setelah Abi menjauh, Justin masuk ke dalam tempat Gym dan mencari Ben. Sarah masih memandangi tempat Gym, dia berharap Justin segera keluar dan benar saja, tidak lama menunggu, Justin dan Ben keluar.
Mereka berdua berjalan menuju sebuah mobil sport yang terparkir tidak jauh dari tempat Gym. Sarah melihat itu dan semakin yakin, jika Justin benar-benar seorang pengusaha sukses..
Sarah berlari keluar dari cafe dan menyetop sebuah taksi saat mobil yang dinaiki oleh Justin mulai bergerak. Hari ini jika dia tidak bisa mengetahui di mana Justin tinggal maka jangan panggil dia Sarah.
Taksi yang dia tumpangi mulai mengejar, hal itu membuat Ben heran. Matanya tidak lepas dari kaca spion untuk melihat taksi yang terus mengikuti mereka dari belakang, dia rasa ada yang ingin bermain-main dengan mereka.
"Sepertinya ada yang mengikuti kita," ucap Ben.
Justin menoleh, sebuah taksi. Siapa yang ingin bermain dengan mereka?
"Jika begitu ajak dia bermain, Ben!"
"Sial, aku punya firasat buruk! Afrika atau Amazon, aku tidak mau keduanya!" Ucap Ben.
Justin terkekeh dan melihat kebelakang, siapa pun yang sedang mengikutinya pasti akan menyesal.
Karena kisah ini gak panjang jadi aku kerjainnya santai ya Guys, aku fokus dulu di sebelah. Kisah D&A mulai awal bulan empat nanti setelah kisah ini
klara