Disarankan untuk membaca ternyata aku Istri Kedua terlebih dahulu
"Aku benar-benar tidak bisa"
Pemuda itu segera berlari, menyambar apapun yang bisa digunakan menutup tubuhnya.
Sampai dikamar mandi Pemuda menguyur tubuh nya dengan air dingin.
Ini lali pertama mereka mencoba mendekat, mereka dua orang yang saling menyayangi tetapi dalam hal yang berbeda.
Si wanita dulunya adalah Kaka iparnya, mereka menikah demi dua anak yang sama-sama mereka sayangi.
" Aku merindukan mu Kak" Wanita itupun meremas selimut yang menutupi tubuhnya, belum terjadi apapun diantara mereka, bayangan masalalu tak bisa mereka tinggalkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeda
Rinjani juga sedang sama merindukan sentuhan suaminya, tanpa mengulur waktu Rinjani langsung membantu Ansel membuka resleting celana dan pengaitnya, namun apakah daya ketika harapan tak bisa segera terlaksana, pasalnya detik berikutnya bunyi bel terus menerus berbunyi.
Rinjani dan Ansel benar-benar tertawa, karena mereka tau siapa tamu yang bisa datang dengan sesuka hati seperti ini.
" Harusnya tadi aku menghubungi nya, dan memberitahu keadaan ku, agar Bibi tidak perlu khawatir dan kesini" Ansel mengancingkan kembali kemejanya, senyum geli tampak menawan di bibirnya yang sedikit pucat.
Rinjani sempat tertegun dengan ketenangan pemuda itu, bukan mau membandingkan, tetapi jika saja Nurry yang sedang berada di posisi Ansel, Pria itu akan langsung mengumpat dan memaki siapapun yang menganggu kesenangan nya.
" Sayang, aku turun membukakan pintu untuk Bibi dulu" ucap Ansel dengan tangan mengelus puncak kepala istrinya
" Oh" Rinjani yang tersadar langsung menarik tangan suaminya.
" Biar aku saja Kak, duduklah!"
Rinjani bergegas turun dari tempat tidur dan langsung turun kebawah.
Begitu pintu terbuka, wajah khawatir Ibu Maria langsung terlihat.
" Apa hari ini kalian kembali kerumah sakit? sebenarnya apa yang terjadi dengan anak nakal itu??" Ibu Maria bertanya dengan tak sabaran.
" Hasilnya belum keluar Bi" Rinjani menjawab ramah.
" Ini belum pernah terjadi sebelumnya Rinjani, aku khawatir sekali, mengapa anak itu jadi penyakitan seperti ini?"
" Aku tidak sedang sekarat Bibi ! kau jangan khawatir!"
Rinjani dan Ibu Maria bersamaan menoleh saat suara Ansel terdengar.
Ansel menuruni tangga perlahan, tubuh jangkungnya terlihat menjulang tinggi karena posisinya yang masih di tengah tangga.
" Oh Tuhan___ kau benar-benar membuat ku khawatir, tadi Remon menghubungi ku saat melihat mu keluar dari rumah sakit"
" Ah, anak itu___ " Ansel memeluk wanita yang sudah seperti Ibu nya.
" Jangan terlalu dengarkan ocean Remon, kau bisa menelpon ku atau Rinjani untuk mencari tahu, sungguh Bi! aku hanya tidak mau kau terlalu kecapean, aku yakin hasilnya tidak ada yang perlu di khawatir kan, aku hanya sakit ringan saja, buktinya aku di izinkan pulang"
" Aku sama sekali tidak capek! Apa aku mengganggu waktu istirahat kalian??" Kali ini Ibu Maria terlihat sedikit sungkan.
" Tentu saja tidak! Bibi bisa datang kapan saja" Balas Ansel melirik Rinjani sekilas, Rinjani ikut tersenyum samar. Tidak bagaimana? bahkan Rinjani sendiri merasa sedikit kesal, tetapi Ansel malah bisa se sabar itu. ohh sungguh pria yang sangat bijak dan penuh kasih.
" Oh syukur lah, kalo begitu aku bisa lega" ujar Ibu Maria berlalu duduk.
Rinjani bergegas membuatkan dua cangkir teh hijau seduh untuk Ansel dan Ibu Maria, tidak lupa cemilan yang memang Rinjani sediakan jika mereka kedatangan tamu. hingga satu jam berlalu akhirnya Ibu Maria berpamitan pulang
" Kenapa tidak menginap Bi??" Tanya Rinjani saat wanita paruh baya itu memeluknya.
" Tidak sayang, ada suamiku yang menunggu ku" Gerling nakal itu di lirikkan ke arah Ansel.
Rinjani ikut berpaling menatap suaminya, hingga kepergian Ibu Maria, Rinjani belum mengerti maksud ucapan Ibu Maria, ahh rasanya Rinjani menjadi sedikit lemot sekarang.
" Maksud Bibi aku diberi waktu agar bisa bermanja dengan mu sayang"
Rinjani mengelus dadanya saat Ansel tiba-tiba sudah membungkuk di hadapannya.
" Kak, aku hampir terlonjak" Tutur Rinjani.
Ansel tersenyum, sebelum tubuhnya di Tegakkan yang membuat tubuhnya menjulang di hadapan Rinjani, tetapi tidak lama, karena setelah nya Ansel menarik pinggang ramping Rinjani untuk merapat semakin intim
Rinjani merinding saat Ansel menyisihkan rambut panjangnya ke samping, pemuda itu kembali menunduk untuk mengecup kulit leher Rinjani yang putih bersih.
Napas hangat Ansel dapat Rinjani rasakan di setiap hembusannya yang lembut, hidung Ansel mengendus menyusuri ceruk leher hingga belakang telinga Rinjani , Rinjani tau Ansel sedang menginginkan nya, dan Rinjani tidak keberatan untuk itu.
" Sayang bisakah kita lanjutkan yang tadi??" Bisik Ansel, seperti biasanya sopan dan tak memaksa.
Rinjani mengangguk mengizinkan, Rinjani kembali membuka kancing kemeja Suami nya, sementara pemuda itu yang menurunkan baju istrinya.
Ansel mengigit lembut bahu Rinjani yang terbuka, seolah gemas ingin menyantapnya, jari tengah Ansel naik turun di tulang punggung Rinjani yang membuat Rinjani kian merapat kedalam pelukan suaminya.
" Oh __ Kak Ansel____!!" Rinjani di gulingkan di sofa ruang tamu .
Pemuda itu berjongkok di hadapan istrinya, tekun menghisap dan meremas gemas.
" Kak Ansel___" rintih Rinjani begitu Ansel semakin memainkan tubuh nya.
Pipi Rinjani semakin merona saat tubuhnya terus di sapu dan di cumbu , Ansel tak pernah tergesa-gesa, pemuda itu selalu bermain lembut namun menguras tenaga wanitanya, selalu seperti ini, mungkinkah ini ciri khas seorang Ansel?
Rinjani selalu di buat lemas sebelum peperangan sebenarnya . " Ya Tuhan__" Tubuh Rinjani melengkung , kakinya menjejak bahu sofa
" Lepaskan sayang" bisik Ansel yang membuat Rinjani merinding
Rinjani sudah hampir menangis, meskipun dirinya tidak sedang di sakiti, hanya di gesek lembut namun mampu menguras tenaga dan kewarasannya.
" Oh Rinjani______" Ansel mendesis dan menyebut nama istrinya saat tubuhnya sudah berhasil mengisi Rinjani.
Pipi Rinjani di sapu lembut, bibirnya di cumbu dengan dominan seolah di salurkan ketenangan sebelum Ansel mulai mengerakkan tubuhnya.
" Oh Kak ___" Rinjani merintih hebat , saat Ansel menggiring nya untuk tengkurap dalam keadaan tetap di isi, Rinjani terus di dera , di isi dengan penuh, keras dan terasa panas.
Hawa dingin terlupakan sejenak, Rinjani sedang di salurkan kehangatan yang hakiki, Ansel juga terus menyebut namanya. Tubuh Rinjani memantul lembut di atas sofa.
Ansel sendiri seperti mendapatkan kekuatan dan tenaga tiba-tiba saat kembali pada keinginan nya, Rinjani bagaikan rumah untuk nya pulang , rumah untuk menampung segala keinginannya, sangat bahagia ketika wanita yang di cintai nya mau menjadi wadah segala rasa dan menjadi tempatnya pulang.
Rinjani sendiri tak pernah menyangka bahwa dirinya bisa senyaman ini berhubungan dengan pria yang saat ini sedang menaungi nya, tidak hanya sentuhan fisiknya, tetapi tutur kata dan caranya mengaulinya sungguh mampu membuat Rinjani terbuai oleh rasa cinta seorang Ansel.
" Oh Rinjani___" Rinjani semakin gelisah saat Ansel mulai menderanya sedikit cepat Rinjani ikut memantulkan dirinya agar Ansel bisa mendapatkan klimaksnya.
Keduanya sama-sama lemas dengan kepuasan, entah mengapa tiba-tiba hati Rinjani menginginkan segera hamil anak Ansel, biar bagaimanapun Ansel masih muda pemuda itu pasti menginginkan darah dagingnya sendiri, meskipun Ansel tak pernah mengatakan apapun, tetapi Rinjani ingin memberikan sesuatu hal berharga untuk pemuda itu, seorang anak adalah hal yang terpikirkan oleh Rinjani.
Rinjani mendongak saat Ansel menarik hidungnya lembut
" Ingin mandi bersama??"
" Kak"
" Ya'!"
" Aku ingin hamil anak mu"
Ansel sempat terdiam sebelum pemuda itu menarik Rinjani semakin ke atas dan mengecup bibirnya bertubi-tubi.
" Begini saja rasanya aku sudah sangat bahagia Sayang, aku tidak menginginkan apapun lagi hanya memiliki mu saja itu sudah sangat cukup"
Hati Rinjani sedang kocar-kacir menikmati seluruh cinta yang di ungkapkan oleh suaminya, siapa yang tidak jatuh cinta sedalam-dalamnya jika diperlakukan dengan seistimewa ini, Rinjani menangis tanpa suara, hatinya sedang berbunga, doa ingin memberikan anak untuk suaminya semakin di panjatkan, Rinjani benar-benar ingin memberikan seorang anak untuk Ansel, Ansel berhak mendapatkan segalanya, dan Rinjani tidak keberatan untuk memberikannya.
bisakah ada cerita lagi tentang mereka di kehidupan ke2 kak nurry sama istri pertamanya dan rinjani sama ansel....
semangat terus dlm berkarya
nitip satu dong buat mantu yah...
kok bisa kecolongan sama tante sendiri...?
tetap semangatin Sel...