Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Kelemahan Helen
Helen mulai merasa begitu gelisah, pandangannya sudah mulai kabur. Pria itu menyentuh wajah Helen.
"Panas sekali" gumamnya sambil bergerak gelisah tak karuan.
Pria itu mendorong tubuh Helen ke atas tempat tidur. Senyuman menyeringai terlihat di wajah tampan pria yang memiliki rambut halus di sekitar rahangnya itu.
"Coba lakukan seperti ini, kamu akan merasa sangat nyaman" kata pria itu sambil mencium leher Helen dengan bibirnya yang terbuka.
Awalnya Helen merasa sedikit terusik. Tapi semakin lama, dia merasa apa yang dilakukan pria itu memang membuatnya nyaman. Naluri dan tubuhnya, membuat Helen tanpa sadar mengikuti apa yang pria itu lakukan. Pria itu mencengkram pinggiran tempat tidur di bawah mereka dengan kuat.
"Siapa namamu?" tanya pria itu.
Helen tak bisa lagi berkonsentrasi, dia bahkan tak bisa mengendalikan pikiran dan tubuhnya sendiri. Pria itu mengerangg menahan dirinya ketika Helen bahkan tanpa sadar seperti orang kehausan yang menyesap setiap inci tubuh pria itu, seperti sedang minum dari tubuh pria itu.
**
Pagi menjelang, cahaya matahari mulai membuat mata Helen yang tadinya terpejam begitu rapat, terbuka perlahan.
Dia merasakan tubuhnya tidak nyaman. Hingga ketika matanya terbuka sepenuhnya. Dia mulai panik, karena merasa kalau dia tidak berada di tempat yang seharusnya.
Spontan, Helen bangkit duduk. Dan saat dia melakukan itu, selimut yang dia pakai menutupi tubuhnya melorott. Mulutnya terbuka lebar, matanya juga sama, ketika melihat di dalam selimut, tubuhnya polos tak mengenakan apapun.
Hingga dia menoleh ke sebelahnya. Seorang pria bertubuh kekar, tampak tidur dengan pulas.
"Astaga!" pekiknya tertahan.
Helen memegang kepalanya, dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Dan wajahnya memerah, bukan sedang malu tapi sangat marah, ketika dia ingat apa yang dikatakan oleh pria yang masuk ke dalam kamar hotelnya dengan Nicklas semalam.
Pria itu jelas mengatakan kalau semua ini rencana Nicklas dan kekasihnya. Siapa lagi kalau bukan Moza. Yang katanya sudah dia putuskan saat ketahuan ayah dan ibunya.
"Dasar penipu, aku akan buat perhitungan denganmu, Nicklas!" pekik Helen.
Helen memejamkan matanya. Sepertinya dia mengingat apa yang dia katakan dan lakukan para pria di sebelahnya itu semalam.
'Bodohh, bagaimana aku bisa mengatakan aku akan memberikan apapun yang pria ini mau. Apartemen saja belum lunas. Bagaimana ini?' batin Helen.
Tapi, saat dia melihat pria itu masih tertidur. Helen memikirkan sesuatu.
'Ahh, aku tahu. Aku kabur saja. Dia tidak mungkin mengenaliku kan? kabur, iya kabur saja!' batin Helen lagi.
Helen turun perlahan dari atas tempat tidur. Dia benar-benar tidak punya dompet, atau apapun di tangannya. Dia meninggalkan tasnya di mobil Nicklas. Tapi dia punya gelang pemberian Ibu mertuanya. Helen mengenakan pakaiannya. Dan melepaskan gelangnya lalu, di letakkan di atas bantalnya. Di sebelah pria itu tertidur.
Dengan mengendap-endap. Helen keluar dari kamar hotel itu. Yang ternyata berada di sebelah hotel tempatnya dan Nicklas menginap.
"Suami tidak tahu diri, suami mana yang menyuruh pria lain menidurii istrinya. Benar-benar!" geram Helen yang emosi setengah mati pada Nicklas.
Sementara itu di kamar hotel, Nicklas dan Moza datang setelah mereka tidur nyenyak semalam. Mengira, kalau pria bayaran mereka telah berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik. Ternyata, mereka salah. Begitu mereka masuk, pria itu bahkan sekarat. Moza yang terkejut, berteriak. Kebetulan ada petugas hotel yang lewat. Sepertinya akan butuh uang yang sangat banyak untuk menyelesaikan masalah itu.
Nicklas yang merasa rencananya sudah gagal. Dan tak menemukan keberadaan Helen di apartemen mereka. Memutuskan untuk pergi ke apartemen Helen.
Awalnya Helen sama sekali tidak mau membuka pintu. Tapi Nicklas mengancam akan menghancurkan panti asuhan tempat dia dibesarkan kalau tidak membuka pintu.
"Brengsekk!" maki Helen pada Nicklas.
Meski kesal, tapi pada akhirnya Helen membiarkannya masuk.
"Kamu pikir, aku akan diam saja membiarkanmu memakiku seperti itu?" tanya Nicklas dengan tidak senang.
"Lalu kamu mau apa? pukull aku? pukull saja, jika ayahmu melihatku terluka, lihat apa kamu masih bisa mewarisi perusahaan itu!" gertak balik Helen pada Nicklas.
Sepertinya dia sudah paham, Nicklas hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya.
"Sudah tahu kamu ternyata. Bagus, aku tidak perlu repot-repot menjelaskan padamu!" ujarnya tanpa rasa bersalah.
Helen sama sekali tidak perduli. Dia juga menikah karena bunda Shafa, pemilik panti asuhan itu yang memintanya. Dia juga tidak suka pada Nicklas. Hanya saja, dia tidak mengira kalau Nicklas sangat kurang ajar.
"Aku sangat mencintai Moza, dia wanita pertamaku dan aku adalah pria pertamanya. Aku tidak akan menyentuhmu, Moza akan terluka kalau aku melakukan itu. Tapi ayahku sudah katakan padamu kan, jika kamu punya anak. Perusahaan itu baru akan menjadi milikku. Jadi, lakukan sesuai perintahku kalau mau panti asuhan itu tetap berdiri!"
Tangan Helen mengepal dengan kuat.
"Kamu pria brengsekk..."
"Aku anggap itu pujian. Sebenarnya ini tidak sulit Helen. Kamu tinggal hamil lalu punya anak. Anak itu akan aku anggap anakku, aku kurang apa coba?" tanya Nicklas dengan santainya.
Tangan Helen benar-benar terkepal sampai buku-buku tangannya memutih. Dia tidak pernah bertemu pria sebrengsekk Nicklas ini. Enteng sekali mulutnya bicara.
"Aku hanya beri waktu kamu satu tahun, jika dalam satu tahun kamu tidak punya anak juga. Panti asuhan itu, akan rata dengan tanah!"
Mata Helen melebar. Kalau dia tidak merasa banyak hutang budi pada ayah pria di depannya itu. Dia benar-benar ingin menamparr dengan keras pria tidak tahu malu dan tak punya hati di depannya itu.
"Dan kalau ayah atau ibuku tahu masalah semalam. Aku pastikan, anak-anak di panti asuhan itu akan menderita...."
"Nicklas!" bentak Helen kesal.
"Sssttt, jangan berteriak padaku. Aku tidak suka! ganti pakaian dan ikut aku bertemu ayah dan ibu. Moza ingin jalan-jalan ke luar negeri. Kamu harus bilang pada ayah, kamu ingin liburan. Kita akan pergi bersama!"
Helen mendengus kesal. Di sebelahnya ada rak buku. Rasanya dia ingin mengangkat rak itu dan melemparkannya ke arah Nicklas. Sayangnya dia tidak akan mampu melakukan itu.
"Tunggu apalagi? ingin aku mengurangi dana bulanan panti..."
"Aku pergi, aku akan ganti pakaian!" kata Helen bergegas masuk ke kamarnya meski sangat kesal.
Nicklas terkekeh pelan.
"Helen... Helen, kelemahanmu ada di tanganku. Kamu tidak akan bisa macam-macam denganku!" gumamnya sangat arogan.
***
Bersambung...