Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana Baru
"Rin, papah sama mamah pulang dulu ya. Maaf kami tidak bisa menginap, besok pagi-pagi papah harus berangkat ke Bali"
"Iya pah, enggak apa-apa kok. Pasti banyak yang harus dipersilahkan untuk besok, semoga perjalanannya lancar. Kabari Arin jika sudah sampai disana nanti" Timpal Arin, meski dirinya akan kesepian ditinggal pergi oleh kedua orang tua namun Arin tak mau memaksa mereka untuk tetap disini menemani nya.
"Tentu, nak. Kami pasti akan merindukan kamu dan Noval"
Mendengar namanya disebut Noval langsung menoleh.
"Oma sama opah mau pergi lagi?" Tanya Noval.
"Iya sayang, oma sama opah harus ke Bali besok. Noval mau ikut enggak?" Jelas Mita pada cucunya.
Dengan cepat Noval menggelengkan kepala, menolak ajakan dari nenek dan kakeknya.
"Enggak mau, nanti kalau Noval ikut bunda enggak ada teman" Ucap Noval layaknya orang yang sudah dewasa.
Perkataan Noval membuat perasaan Arin menghangat, putranya ini selalu mengkhawatirkan dirinya. Padahal umur anak tersebut masih berusia tujuh tahun.
"Beneran Noval enggak mau ikut oma sama opah? Nanti Noval bisa liat pantai disana, bisa main pasir-pasiran juga" Bujuk Mita mencoba menggoda Noval.
Tapi lagi-lagi Noval menggelengkan kepala, tak gentar dengan keputusannya untuk tetap menemani sang bunda disini.
"Enggak, pokoknya Noval mau tetep sama bunda!" Ucapnya bersikeras.
Sikap Noval membuat Hardi tertawa hingga menggema, sangat lucu melihat tingkah cucunya yang menggemaskan.
"Hahaha..... Ya sudah kalau memang tidak mau ikut, tapi Noval harus jaga bunda disini, jangan buat bunda marah apalagi menangis" Tutur Hardi menasehati.
"Iya opah, Noval pasti jagain bunda. Iya kan bunda??"
Arin mengangguk seraya membenarkan ucapan lelaki kecilnya.
"Iya sayang, bunda percaya sama Noval" Tambah Arin.
"Ya sudah, kami pamit pulang kalau begitu. Hati-hati kalian disini, kunci pintu rumah dengan rapat. Jika ada apa-apa segera hubungi kami" Ucap Hardi dan dibalas anggukkan oleh Arin.
"Rin mamah sama papah pulang dulu ya, jaga kesehatan kalian selama kami pergi"
"Iya mah, kalian juga. Jangan terlalu capek, istirahat yang cukup juga jangan lupa untuk minum vitamin dari dokter" Sambung Arin.
"Iya sayang"
Arin dan Noval pun mengantarkan Mita serta Hardi ke luar rumah, kedua orang tua itu lalu masuk ke dalam mobil yang tadi mengantarkan mereka kesini.
Sebelum berpisah mereka saling melambaikan tangan hingga kendaraan beroda empat tersebut tak lagi terlihat.
"Yuk sayang, kita masuk lagi... "
"Iya bun... "
Ibu dan anak itu pun akhirnya masuk kembali ke dalam rumah, setelah makan malam kini mereka hanya tinggal tidur saja.
Arin dan Noval lantas memasuki kamar bernuansa biru laut yang tak lain adalah kamar milik Noval.
"Bunda kok ikut masuk? Bunda enggak tidur?" Katanya bingung melihat keberadaan Arin yang mengikuti Noval ke dalam kamar.
"Bunda pingin menemani Noval dulu sampai tidur, Noval mau bunda bacain cerita tidur enggak?" Ucap Arin menawarkan.
"Enggak ah bun, Noval kan udah besar"
"Ya udah deh, bunda ikut tiduran disini aja sampai Noval tidur"
"Emm.... Ok deh"
Arin dan Noval berbaring di atas ranjang yang cukup besar, bocah lelaki itu memeluk tubuh ibunya dengan erat sedangkan Arin mengusap rambut anaknya penuh kasih sayang.
"Bunda, kalau kita pindah rumah berarti Noval pindah sekolah juga dong?"
"Emm... Sepertinya iya sayang, bunda juga udah memilih sekolah yang bagus untuk kamu didekat sini. Nanti lusa kita daftar sekolah Noval ya"
"Iya bunda, Noval udah gak sabar pingin ketemu teman-teman baru di sekolah" Jelas Noval mengungkapkan isi hatinya.
Arin terkekeh lucu, ia lantas memeluk tubuh putranya tak kalah erat.
"Nanti kalau ada yang jahatin Noval disekolah Noval harus bilang sama bunda, nanti biar bunda yang hukum dia" Kata Arin memperingati, sama seperti Ibu pada umumnya.
Noval mengangguk dalam dekapan, tak ingin membuat Ibunya cemas. Ia selalu menuruti semua perkataan Arin.
Setelah itu tak ada pembicaraan lagi antara keduanya, Noval sudah terbang ke alam mimpi sedangkan Arin masih terjaga memikirkan sesuatu yang masih berkabut dalam jiwanya.
"Maafkan bunda sayang, bunda sayang Noval. I love you my boy... "
***
Pagi pertama bagi Arin bangun ditempat berbeda, disambut oleh suasana baru dan asing membuat Arin lebih bersemangat untuk bangun.
Semalam ia tidak bisa tidur, mungkin karena baru pertama kali menempati kamar barunya. Meski demikian, tak membuat Arin ingin tidur lebih lama di atas kasur empuk miliknya.
Wanita cantik itu keluar dari kamar dan turun ke lantai dasar, Arin melangkahkan kaki ke arah dapur, mencari sesuatu yang bisa dimasak untuk sarapan.
Akan tetapi tak ada apapun didalam lemari pendingin, Arin lupa belum membeli stok makanan, ia terlalu sibuk pindahan saat kemarin.
Lantas apa yang bisa Arin dan Noval makan untuk sarapan mereka??
Ting! Ting! Ting!
"Bubur....! Bubur ayam....!"
Ting! Ting! Ting!
Suara seorang pedagang dari luar rumah terdengar samar dari dalam rumah Arin, pas sekali ia sedang bingung mau sarapan apa. Lebih baik ia membeli bubur saja untuk hari ini.
Arin lantas bergegas keluar rumah, ternyata pedagang bubur itu sudah di kelilingi banyak pembeli.
Arin berjalan ke arah pedagang itu berada, ternyata wanita kemarin yang sempat mengobrol dengan Arin juga sedang membeli bubur ayam tersebut. Arin pun kemudian menghampirinya.
"Lagi beli bubur juga ya, mbak?"
Sontak wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu menoleh pada Arin.
"Eh ada Ibu juga, iya ini saya mau beli bubur buat adeknya" Jawab wanita itu menunjuk pada seorang anak kecil yang duduk di atas stroller.
Arin mengalihkan pandangan, netra coklat Arin menatap seorang anak perempuan yang duduk manis menunggu pesanan buburnya.
"Oh ini adeknya, cantik sekali... "
Anak tersebut pun menatap balik Arin dengan tatapan bingung.
"Hai sayang.... Siapa namanya?" Tanya Arin dengan senyum mengembang, tak mau membuat anak cantik didepannya ketakutan.
Tapi terlebih dahulu anak itu menatap ke arah sang babysitter.
"Ibunya mau tau nama adek, coba sebutin siapa nama adek" Kata si pengasuh mencoba menjelaskan.
Seusai mendengarkan penjelasan ia kembali menatap arin dan barulah menyebutkan namanya.
"Meimei.. " Cicitnya pelan.
"Meimei?? Wah... Nama yang bagus, sesuai sama orangnya" Kata Arin memuji.
"Nama aslinya sebenarnya Meisya, tapi karena cukup susah untuk disebutkan makanya dipanggil Meimei" Jelas sang babysitter.
"Ohh begitu... Nama aslinya juga bagus"
Pembicaraan mereka sejenak terpotong ketika sang penjual bubur bertanya pada Arin.
"Mau pesan berapa, bu?"
"Dua bang, kecap sama sambelnya dipisah ya"
"Siap, bu"
Si penjual pun kembali menyiapkan makanannya.
"Oh iya saya belum tau nama Ibu, nama Ibu siapa?"
"Nama saya Arindita, panggil aja Arin. Kalau mbaknya?"
"Nama asli saya Ayuningsih, tapi biasanya dipanggil mbak Ayu. Ngomong-ngomong, Ibu tinggal sama siapa disini?" Tanya mbak Ayu penasaran.
"Saya tinggal dengan anak saya, mbak"
"Lalu sama siapa lagi bu? Suami?"
Sejenak Arin tertegun mendengar kata itu, ia tersenyum kecut ketika menjawab pertanyaan barusan.
"Enggak mbak, saya single parents"
Seketika mbak Ayu termangu, tak menyangka jika wanita cantik seperti Arin adalah seorang janda.
"Ya ampun... Maaf lo bu saya nanya itu"
"Enggak apa-apa kok mbak, wajarlah"
"Aduh saya jadi enggak enak hati" Sesal mbak Ayu atas perlakuannya sendiri.