Wanita Ranjang Mr.Zee

Malam itu pun akhirnya berlalu. Zee yang tidur tenang dengan akal bulus yang ada dipikirannya, sedang Raya yang sudah dahulu terlelap dengan rasa sakit dan perih di hatinya.

Pagi yang indah mulai tampak saat mentari dengan murah hati memberikan senyuman terindah nya pagi itu kala burung - burung saling bersahutan di ujung dahan pepohonan.

Andaikan keadaan di dalam rumah David Hardata juga se-damai alam semesta di pagi itu-

“Bajingan kau Zee!!!” Amuk Ansel sambil menarik paksa selimut Zee. Ansel pun langsung menarik kaki Zee hingga Zee terjatuh dari tempat tidurnya.

“Ansel??!!” Mata Zee langsung terbelalak menatap ke arah Ansel. Bukan karena tubuh nya terhempas ke lantai yang membuat mata nya terbuka lebar seperti itu tadi karena kedatangan Ansel yang sangat cepat ini.

“Bukan kah seharusnya kau saat ini masih dalam perjalan ke Italia Sel?” Ujar Zee panik dan langsung berdiri.

“Jadi ini tujuan mu mengirim ku pergi ke Italia mendadak kemarin?? Kau sungguh brengsek Zee!!!” Ansel langsung melayangkan tinjunya pada Zee. Puas sudah wajah Zee menjadi sasaran tinju para lelaki di rumah ini sejak tadi malam.

“Sel, tenang dulu. Aku akan jelas kan semuanya pada mu!!” Ujar Zee sambil menghindar dari pukulan Ansel yang sudah seperti orang gila padanya.

“Aku tidak perlu penjelasan apapun dari diri bajingan seperti diri mu Zee!!” Ucap Ansel sambil terus menyerang Zee.

“kau pasti sudah salah paham!” Tukas Zee menahan tangan Ansel.

“Salah paham kau bilang!!!” Aum Ansel menahan semua amarahnya sebab ketika Zee mengatakan salah paham cuplikan video yang dikirimkan oleh David ayahnya Zee pada nya semalam sungguh kembali tayang otomatis di pala Ansel. Walaupun Video itu tidak menayangkan adegan Zee yang melakukan perbuatan tidak senonoh pada Raya tapi sebagai laki-laki Ansel sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam video itu. Dan darah Ansel kembali mendidih ketika mengingat bagaimana Raya berteriak ketakutan dan menangis memohon pada Zee agar Zee tidak melakukan hal itu pada nya. Dan bagaimana Zee dengan teganya tidak menghentikan perbuatannya padahal Zee tahu Raya adalah wanita yang Ansel cintai dan Ansel ingin nikahi.

“Dasar brengsek!!!” Tiba-tiba tinju Ansel memecah keheningan suasana yang sempat tercipta sesaat.

“Aku pasti akan menghabisi mu Zee!!!” Sekali lagi Ansel melayangkan bogemnya hingga Zee tersungkur ke lantar kamar nya.

“Cuih..” Zee meludah ke lantai sebab ada darah yang terasa di mulutnya. “aku tidak akan membalas semua pukulan yang kau arahkan pada ku Ansel!! Aku akui cara ku salah!! Tapi asal kau tahu, tujuan ku benar!!!” Ucap Zee sambil menyeka darah di ujung bibirnya.

“Aku tidak butuh pembelaan dari seorang bajingan seperti diri mu!!!” Ansel memegang kerah baju Zee dan terus memukul wajah Zee bertubi-tubi.

Tapi bagaikan tinjuan itu tidak berasa apapun bagi Zee, Zee malah tersenyum membuat hati Ansel semakin sakit melihatnya.

“Bajingan kau Zee!! Bajingan!!!” Teriak Ansel yang sudah mulai kehabisan tenang memukuli Zee beberapa saat.

Kini Zee dan Ansel sama-sama tersungkur di lantai. Yang satu tersungkur karena sudah babak belur dipukuli dan satu lagi tersungkur karena sudah kehilangan semua tenaga yang ia punya.

“Apa kalian sudah selesai?” Seru David dari pintu kamar Zee.

Sedari tadi David memperhatikan keponakannya menghajar anaknya. Tapi David hanya membiarkannya. Menurut David lebih baik Ansel yang memukuli Zee dari pada dirinya.

Kedua laki-laki yang terbaring di lantai itu melihat ke arah David tapi tidak ada satu pun dari mereka yang menjelaskan hal yang baru saja terjadi diantara mereka pada David.

“Cepat angkat tuan muda Zee ke atas tempat tidurnya. Dan angkat serta bawa tuan muda Ansel ke kamarnya.” Perintah David pada para bodyguard nya.

Karena sama-sama tidak ada tenaga, Zee dan Ansel pasrah di angkat oleh para bodyguard itu.

“Aku tunggu kalian tiga puluh menit lagi di ruang kerja ku. Gunakan waktu yang sedikit itu untuk membersihkan diri kalian.” Perintah David lalu meninggalkan kamar Zee.

Tiga puluh menit pun berlalu...

Zee datang ke ruang kerja ayahnya dengan wajah yang babak belur dan penuh dengan tempelan plester sedangkan Ansel datang dengan wajah kusut bak kain yang tak di setrika seminggu.

“Duduklah..” Perintah David dengan suara berat kepada Zee dan Ansel yang sudah bagaikan musuh ribuan tahun lamanya.

David melirik pada Zee. Lalu sesaat kemudian dia pun mengarahkan pandangannya ke Ansel.

“Akulah yang telah memberitahu Ansel apa yang telah terjadi kemarin malam.” Itulah kalimat yang pertama kali keluar dari mulut David untuk memulai diskusi panasnya di pagi yang masih sejuk itu.

“What?!” Zee terkejut mengetahui ternyata ayahnya sendirilah yang telah memberitahukan masalah itu pada Ansel. Apa yang sedang rubah tua ini rencana kan lagi?” Pikir Zee sambil menahan rasa sakit hampir diseluruh wajahnya.

“Kau tidak perlu terkejut seperti itu Zee! Sebab apa yang aku lakukan ini tidak se-WOW yang kau lakukan semalam.” Sindir David pada putranya dan berhasil membuat Zee mendengus kesal mendengarnya.

“Ansel, sebenarnya tujuan ku memanggil mu pulang tidak hanya semata-mata untuk meminjam tangan dan tenaga mu untuk menghajar Zee tapi karena aku ingin memberitahukan mu bahwa aku akan menikah Zee dan Raya.” Terang David pada Zee dan Ansel, hanya saja selain Zee dan Ansel di pintu ruang kerja itu kini sedang berdiri Stella bersama Raya.

Kedua wanita yang tidak tahu asal muasal pembicaraan ini tanpa aba-aba sama – sama berteriak terkejut mendengar keputusan gila David.

“What?-Apa?” Seru Stella dan Raya bersamaan.

David, Zee dan Ansel auto menoleh ke pintu masuk ruangan itu. Ada tiga sorotan mata yang dapat di lihat oleh Raya dari ketiga pria ini.

David dengan tatapan mengiba nya, Zee dengan tatapan mata merendahkan tanda dia tidak menyukai Raya seperti biasanya, sedangkan Ansel menatap Raya dengan tatapan penuh rasa bersalah membuat hati Raya teriris sakit melihatnya. Raya merasa dirinya sudah kotor dan tidak pantas untuk Ansel hingga Raya membuang pandanganya dari Ansel. Tapi Ansel masih saja menatap Raya dengan penuh rasa penyesalan. Penyesalan telah meninggalkan Raya. Penyesalan tidak menganggap kebencian Zee pada Raya adalah satu hal yang sangat perlu ia awasi langsung.

“Maafkan aku Raya.”S eru Ansel dalam hati lirih. Ansel tahu apapun yang akan ia perbuat nantinya untuk menghibur Raya tidak akan pernah mampu membuat wanita cantik itu kembali menjadi ceria seperti sebelumnya. Dan itu semua karena Zee. Ansel pun kini menoleh pada Zee dengan tatapan Kesal. Andaikan tidak ada ayah Zee disana maka Ansel akan kembali memukuli Zee. Bukan karena Ansel takut pada David, tapi David sudah seperti ayah Ansel sendiri. Sehingga segala tingkahnya selalu ia jaga.

🐣🐣🐣 continued

Jangan lupa

1.like

2.komen

3.vote