Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Adalah Orang Asing Yang Terpaksa Tinggal Bersama
"Om ... Ngapain?"
Pertanyaan sederhana yang tidak bisa dijawab oleh sosok Arga. Lelaki itu tiba-tiba kehabisan kata-kata, tak mampu memberikan alasan apa yang di lakukan pada Fiona. Jelas-jelas sudah ketangkap basah, tapi Arga langsung menarik diri. Dia menjauh dan mencoba bersikap senormal mungkin.
"Kamu tadi ketiduran di luar, jadi saya bawa ke kamar ... Lain kali, kalau sudah mengantuk, lebih baik segera masuk kamar. Dan jika kamu khawatir akan sesuatu ... lebih baik kamu kunci pintunya," ucap Arga kemudian berbalik.
Sudah ketangkap basah, pria tersebut memilih menghindar dan kabur. Daripada mengaku pada Fiona atas perasaannya yang bertepuk sebelah tangan itu, Arga pilih menghindar.
Sementara itu, Fiona menatap Arga yang pergi. Kemudian beranjak dan benar-benar mengunci kamarnya. Dari luar terdengar suara pintu yang telah dikunci, membuat Arga kembali harus menyimpan senyum kecutnya.
...****************...
Pukul 6 pagi
Pagi-pagi Arga sudah menyeduh kopi, sambil memangku laptop, ia menikmati kopi buatannya sendiri. Sejauh ini, Fiona memang tak pernah melayani nya. Keduanya hidup masing-masing, meskipun tinggal di atap yang sama.
Klek!
Fiona keluar kamar sambil menguap, sadar ada Arga yang menatapnya kala itu, buru-buru Fiona menutup mulutnya.
"Pagi ... Sudah bangun?" sapa Arga basa basi. Lalu menyesap lagi kopinya yang sudah mulai dingin.
"Pagi," Fiona menyapa balik kemudian jalan ke dapur.
Fiona membuka kulkas, dilihatnya stok buah hampir habis. Begitu juga dengan Frozen food yang biasanya selalu full.
"Mau belanja? Kebetulan hari ini saya kosong tidak ada jadwal," ucap Arga yang tiba-tiba muncul dan berdiri di belakang tubuh Fiona.
Fiona lantas mengangguk, karena hari ini weekend, tidak ada jadwal di kampus juga. Tapi ini sedikit aneh, karena kali pertama mereka berdua akan pergi bersama untuk belanja bulanan. Biasanya juga sudah diurus oleh asisten Arga sendiri.
"Oh ya, saya dengan selama saya pergi, Mbak Art tidak pernah ke sini, katanya kamu yang melarang. Apa benar?"
"Oh itu .... Itu karena tidak ada yang harus dikerjakan dan diberesin juga. Selama om Arga pergi, rumah juga selalu rapi."
"Walaupun begitu, biarkan mbk nya tetap datang. Walau hanya beres-beres kecil. Kamu sedang hamil, jangan kecapekan."
"Nggak ... Nggak capek kok." Fiona menggeleng.
"Ya sudah terserah kamu juga. Lusa mungkin saya akan pergi lagi. Dan mungkin agak sedikit lebih lama. Baiknya kamu tidak melarang mbk art untuk datang setiap pagi. Ini demi kebaikanmu sendiri."
Fiona mengangguk, kemudian mulutnya berbicara begitu saja. "Kali ini berapa hari? Em ... Maaf ... Bukannya mau ikut campur."
"Mungkin semingguan."
Dalam hati Arga merasa sedikit senang, setidaknya Fiona peduli berapa lama dia akan pergi. Bukannya cuek seperti kemarin, suami tak memberikan kabar tiga hari, Fiona tak menelpon atau sekedar mengirimkan pesan singkat. Padahal mereka tinggal bersama, tapi Fiona terkesan acuh tak acuh, mau pulang atau tidak, seperti tidak peduli.
"Oh." Respon Fiona hanya singkat, kemudian permisi balik masuk ke kamarnya setelah selesai mengambil minum dari dalam kulkas.
Arga cuma bisa menatap punggung wanita muda tersebut. Untuk saat ini tidak bisa menyentuh ataupun memiliknya.
...****************...
Menjelang siang, Arga dan Fiona sudah berada di sebuah pusat perbelanjaan. Fiona memasukkan barang-barang yang menjadi kebutuhan selama sebulan ini, sementara Arga mendorong troli isi belanjaan tersebut.
"Ada lagi yang belum dibeli?" tanya Arga saat mereka akan berjalan ke arah kasir.
"Sudah."
Arga paham lalu jalan duluan sambil mendorong troli ke kasir. Selesai dibayar semuanya, Arga tak membiarkan Fiona membantunya.
"Kamu masuk mobil saja!" titah Arga. Semua barang ia masukkan ke dalam bagasi. Sendirian, karena mereka pergi cuma berdua. Mungkin Arga ingin menciptakan momen berdua saja, mereka pergi tanpa sopir atau asisten.
Sepanjang jalan, suasana di dalam mobil terasa kaku. Hening dan tanpa suara, sampai akhirnya Arga menyalahkan audio di dalam mobilnya. Alunan musik pelan-pelan menemani perjalanan keduanya, hingga tidak terasa mereka balik ke apartemen lagi.
Begitu tiba di apartemen, Arga tak membiarkan Fiona mengangkat dan memindahkan barang-barang ke dalam kulkas.
"Biarkan saja, Mbk Art sudah on the way ke sini. Biar Mbak nanti yang bereskan."
"Gak apa-apa. Ini pekerjaan ringan, Om," jawab Fiona lalu mengambil beberapa kantong plastik yang berisi bahan-bahan makanan.
Tak lama kemudian, Mbak Art telah tiba. Ia langsung melakukan tugasnya. Beres-beres semua isi apartemen serta menjamin kebersihan semua kamar mandi yang ada di dalam apartemen itu.
Bahkan yang merapikan kamar dan barang-barang Arga juga mbk Art tersebut. Fiona bagai panjangan, tugasnya sebagai seorang istri tidak benar-benar dilakukan sama sekali.
Mbk Art pun kadang cuma bisa membatin, katanya mereka sudah menikah, tapi kamarnya kok terpisah. Tidak mau ikut campur, dia pun cuma fokus kerja secara profesional saja. Berangkat kerja, nanti dapat gaji. Kadang juga sering dapat tips banyak, makanya dia suka bekerja di tempat orang kaya, orang kaya yang loyal seperti Arga seperti menemukan rejeki nomplok.
"Semuanya sudah saya bereskan, Pak. Koper yang Bapak minta juga sudah saya siapkan. Kalau sudah tidak ada lagi tugas untuk saya, maka saya permisi pulang," pamitnya.
Arga mengangguk, tak lupa memberikan sebuah amplop putih pada Art tersebut.
...----------------...
Malam harinya, baru pukul 7, tiba-tiba Arga terlihat menarik kopernya dari dalam kamar.
"Bukannya Om berangkat besok?" tanya Fiona saat tahu Arga menarik koper keluar kamar.
"Dimajukan, ada urusan penting besok paginya. Malam ini saya harus berangkat."
"Oh ..." Fiona mengangguk pura-pura mengerti.
"Saya berangkat dulu!" pamit Arga, terkesan formal.
Fiona mengantar cuma sampai pintu, begitu Arga sudah jalan pergi, dia juga balik masuk ke dalam.
Satu jam kemudian.
Terdengar suara ketukan pintu, Fiona pikir ada barang Arga yang mungkin ketinggalan. Tanpa melihat lewat lubang kecil di pintu, Fiona langsung saja membuka pintunya.
"Apa ada yang ketingalan?" tanyanya langsung membuka pintu.
Setelah bertanya, Fiona langsung reflek jalan mundur.
"Kamu ... Kamu ngapain ke sini? Om Arga tidak ada," ucap Fiona gugup.
Fiona masih jalan mundur, karena pria di depannya terus saja melangkah ke arahnya. Merasa suasananya tidak aman, Fiona mencoba lari menghindar, tapi lengannya langsung ditarik dan didekap dari belakang.
...****************...
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
udah kau bobol sieee
🤣
mlendung fiiiii
😂
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
😃
kang buaya
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
😃
kejadian 😱
Taraaaa gak usah dipikirin 😃
hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2