Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 11
"Pertama tama, aku ingin mengucapkan permohonan maaf terlebih dahulu. Mohon maafkan kami, karena kami baru datang sekarang Aisyah," ucap Mama Ayu, membuka pembicaraan setelah mereka duduk bersama di ruang keluarga rumah itu.
"Iya, tidak apa apa, Ayu. Aku yakin, kalau masalah ini juga mengejutkan kalian,"
"Kamu benar Aisyah. Aku bahkan merasa sangat kehilangan muka untuk menemui kamu dan juga Ziya. Sekali lagi, tolong maafkan kami. Terutama untuk Dirga, kami mohon tolong maafkan semua kesalahannya Aisyah,"
"Aku mengerti, bagaimana perasaanmu saat ini, Ayu. Jujur, meski kami merasa sangat kecewa, tapi insya Allah kami sudah memaafkan Nak Dirga. Kami juga minta maaf kalau selama ini, Ziya belum bisa menjadi istri yang baik hingga pernikahan ini akhirnya harus berakhir dengan perpisahan,"
"Kalau begitu, bolehkan saya menemui Ziya, Umi?" ucap Dirga yang membuat Umi Aisyah dan juga Mama Ayu, langsung melirik ke arah pria itu.
"Bertemu Ziya?" jawab Umi Aisyah, dengan balik bertanya.
"Iya. Saya ingin meminta maaf secara langsung kepada Ziya, Umi,"
"Maaf, tapi Ziya sudah tidak di sini Nak Dirga."
Deg
Dirga tersentak kaget saat mendengar jawaban dari Umi Aisyah. Jika Ziya sudah tidak ada di sana. Pria itu terdiam sejenak sebelum kembali bersuara untuk menanyakan perihal keberadaan Ziya saat ini.
"Ziya, sudah tidak di sini? Maksudnya apa, ya Umi?" lanjut Dirga.
"Tiga hari yang lalu, setelah keluar dari rumah sakit. Ziya memutuskan untuk kembali ke Kairo. Ziya akan melanjutkan S2 nya di sana," jawab Umi Aisyah yang membuat semua orang di sana terkejut. Termasuk juga dengan Dirga, saat Umi Aisyah mengatakan 'Rumah sakit'.
"Rumah sakit? Ziya sakit, Aisyah?" tanya Mama Ayu, di sela keterkejutannya.
"Iya, tapi hanya demam biasa. Hanya saja, saat di bawa ke dokter, dokter menyarankan agar Ziya di rawat. Tapi kamu tenang saja, Ziya sudah tidak apa apa. Bahkan, Ziya sudah sanggup melakukan penerbangan ke Kairo satu hari setelah dia pulang dari rumah sakit," jelas Umi Aisyah. Dengan berbohong tentunya.
"Begitu ya. Syukurlah kalau begitu. Sekali lagi, tolong maafkan kami Aisyah,"
"Iya, Ayu. Kamu tenang saja, aku dan juga Ziya sudah ikhlas menerima semua ini. Sekarang, lebih baik kita lanjutkan perjalanan hidup kita dengan sebaik mungkin dan untuk Nak Dirga. Maafkan Ziya, ya Nak. Maaf jika Ziya belum bisa menjadi istri yang baik untuk Nak Dirga."
"Iya, Umi. Dirga juga minta maaf. Maaf karena sudah mengecewakan Umi dan juga Ziya tentunya,"
"Iya, Nak. Kami sudah memaafkan kamu. Kelak, jika suatu hari nanti kalian bertemu kembali. Umi harap kalian masih berbisa berhubungan baik. Tidak berjodoh bukan berarti tidak bisa berteman atau bersaudara, kan. Jadi, Umi harap setelah ini kalian masih bisa menjalin hubungan pertemanan yang baik,"
"Baik, Umi. Insya Allah, Dirga akan ingat nasehat dari Umi,"
"Iya, Nak. Terima kasih."
*
*
...🌸 Flash Back Off 🌸...
*
"Silahkan di minum Nyonya."
Seketika, suara dari seorang wanita yang sedang menyajikan teh hangat dan juga cemilan di atas meja. Membangunkan Ziya dari lamunan nya.
"I_iya, Mbak. Terima kasih." jawab Ziya, terbata karena masih dilanda rasa gugup dan juga takut karena akan kembali berhadapan dengan Dirga.
Tidak hanya itu, Ziya juga merasa sangat kebingung untuk mengatakan perihal keberadaan putrinya kepada Dirga. Ziya tidak tahu harus memulai dari mana untuk memberitahu. Jika antara dirinya dan Dirga ada sosok Zingga yang saat ini tengah terbaring lemah di rumah sakit.
"Baik, kalau begitu saya permisi ya Nyonya. Mohon di tunggu, karena sebentar lagi Pak Dirga akan selesai meeting,"
"Iya, Mbak. Terima kasih dan maaf sudah merepotkan,"
"Sama sama, Nyonya. Jangan sungkan, karena itu sudah tugas saya. Kalau begitu saya permisi dulu ya,"
"Iya, silahkan."
Hening, sunyi dan sepi. Sepeninggalan wanita yang merupakan sekretarisnya Dirga. Kini, hanya tinggal Ziya seorang diri lah di ruangan kerja yang memiliki ruang yang cukup luas itu.
Ruangan di mana Dirga melakukan pekerjaan nya setiap hari sebagai seorang pemimpin perusahaan. Sembari menunggu, Ziya menatap ke seluruh penjuru ruangan untuk melihat seisi ruangan kerja yang membuat Dirga betah di sana.
Sampai sampai, pria itu jarang sekali pulang ke rumah. Bahkan, mirisnya, selama enam bulan pernikahan nya dengan Dirga. Pertemuan antara Ziya dan juga Dirga masih bisa dihitung dengan jari.
"Aneh, kenapa tidak ada foto keluarga di ruangan ini?" gumam Ziya, saat menyadari jika di ruangan sebesar itu. Tidak ada satupun terpajang foto keluarga dari pria itu.
“Apa mungkin_____”
Kreekkkk
Deg
Ziya kembali dibuat kaget dan langsung menghentikan gumaman nya saat mendengar suara pintu yang dibuka dari arah luar.
Set…
Deg
Jantung Ziya terasa jatuh dari tempatnya, saat menoleh ke arah pintu. Netranya kembali bertemu dengan netra tajam Dirga.
Hingga beberapa saat, tubuhnya dibuat membeku saat Dirga mulai memasuki ruangan itu. Pria itu terlihat berjalan dengan begitu santai. Mendekati sofa, dimana Ziya duduk dan tengah menunggu dirinya datang.
"Astagfirullah Al adzim." gumam Ziya dalam hati, saat menyadari jika dia sudah melakukan kesalahan besar dengan menatap pria yang bukan lah mahram nya.
Merasa apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan. Ziya pun langsung menundukkan pandangan nya. Menatap sepasang kaki yang terasa begitu lemas saat dirinya harus kembali berhadapan dengan Dirga.
"Maaf, sudah membuat kamu menunggu lama," ucap Dirga, membuka pembicaraan setelah mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sebrang sofa dimana Ziya duduk saat ini.
"Tidak apa apa, Mas. Justru saya yang minta maaf, karena saya sudah mengganggu waktu sibuk Mas Dirga." jawab Ziya, tanpa mengangkat kepala nya sedikit pun.
Kedua tangan Ziya pun terlihat saling meremas. Menandakan, bagaimana cemasnya Ziya saat ini dan hal itu cukup menarik perhatian Dirga.
"Lalu, apa yang ingin kamu bicarakan denganku. Apa, ada yang bisa aku bantu?" tanya Dirga, dengan kerutan tipis di dahi nya saat melihat Ziya yang terlihat begitu cemas dan tegang.
"I_itu, sa_saya___"
"Tenang kan dirimu dan bicara lah pelan pelan. Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Dirga saat melihat Ziya kesulitan untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan saat ini.
"Be_begini. Ji_jika Mas ada waktu dan Mas juga tidak keberatan. Bi_bisa kah, Mas ikut Ziya kerumah sakit? A_ada orang, yang ingin bertemu dengan Mas," jawab Ziya, dengan suara yang sangat lirih.
"Ke rumah sakit? Umi sakit?" tanya Dirga lagi, saat Ziya meminta nya untuk ikut bersama dengan Ziya ke rumah sakit.
seyia menanti kelanjutan ceritanya..😍
anak adalah preoritas, tapi readersmu juga gak mau digantung 😅😅😅✌