NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16

Aku terus-menerus menatap ponselku. Tidak seperti biasanya, Rio belum mengirim pesan apa pun hari ini. Apa mungkin ia sangat sibuk?

“Kenapa, Rey? Tampak murung begitu,” tanya salah satu pegawai kedai kopiku.

Aku hanya menggeleng, lalu mencoba mengirim pesan singkat pada Rio. Tapi tetap tidak ada jawaban.

Hufff…

Aku menarik napas panjang. Ada rasa takut yang sulit dijelaskan—takut terjadi sesuatu pada Rio. Pelanggan kedai kopi mulai berdatangan, jadi aku menyibukkan diri melayani mereka agar pikiranku sedikit tenang.

Namun hingga sore hari tiba, tidak ada satu pun pesan darinya. Rasanya ingin menangis saja. Dengan langkah gontai, aku berjalan menuju apartemen.

Sesampainya di kamar, aku berendam di bathtub untuk menyegarkan pikiran. Tapi tetap—tidak ada pesan dari Rio. Hingga malam datang, aku akhirnya tertidur dalam gelapnya malam, ditemani suara burung malam yang sesekali berkicau.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

POV RIO

Hari ini aku sengaja tidak memberi kabar pada Rey. Aku ingin membuat kejutan, karena tepat pukul dua belas malam ini Rey berulang tahun.

Aku sudah membuat cake tiramisu kesukaan Rey, dan menyiapkan sebuah kalung liontin berbentuk tetesan air.

Jam sudah menunjukkan 23.30. Aku segera menuju apartemen Rey dan membuka pintunya pelan-pelan. Dengan hati-hati, aku masuk ke kamar Rey yang tampak tertidur nyenyak.

Aku menyalakan lilin dan menyalakan lampu kamar. Rey mengucek mata, masih sangat mengantuk.

“Selamat ulang tahun, sayang,” ujarku sambil mengecup keningnya.

Rey tampak terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba. Ia meniup lilin, lalu aku memakaikan kalung liontin itu ke lehernya.

“Kamu jahat sekali, Rio. Tidak ada kabar sama sekali hari ini,” katanya sambil memegangi liontin yang sepertinya ia sukai.

“Maaf, sayang. Kamu kelihatannya tidak senang aku datang,” godaku.

“Aku senang kamu datang,” jawabnya pelan.

“Coba ini. Cake tiramisu buatan aku.”

“Benarkah?” matanya langsung berbinar.

“Maaf kalau tidak enak.”

“Lumayan,” ujar Rey sambil makan dengan lahap.

Aku menceritakan bagaimana aku membuat cake itu, beberapa kali percobaan yang berakhir gagal. Rey terkekeh geli mendengarnya.

Aku memeluk Rey di samping tempat tidurnya. Saat Rey hendak mencium bibirku, aku buru-buru menahannya.

“Maaf, gosok gigi dulu sana,” kataku sambil tertawa kecil. Rey langsung memukul dadaku pelan, lalu aku menarik tubuhnya kembali ke dalam pelukanku.

Aku menatap Rio di pelukanku, masih setengah mengantuk tapi hatiku terasa hangat.

“Kenapa tiba-tiba diam saja?” tanyanya sambil mencondongkan kepala di bahuku.

“Hmm… cuma ingin merasakan momen ini lama-lama,” jawabku pelan. Aku menyesap aroma harum rambutnya, dan untuk beberapa detik, semua rasa cemas hari ini menghilang.

Rio tersenyum, lalu mengecup pelipisku. “Aku senang kamu senang. Aku takut kalau kejutan ini terlalu sederhana.”

“Tidak, Rio. Ini sempurna,” jawabku, dan aku memeluknya lebih erat.

Ia menunduk dan berbisik di telingaku, “Besok aku akan membuatmu kejutan lagi. Tapi yang satu ini spesial, karena ini ulang tahunmu.”

Aku menatapnya, hati berdebar. “Rio… kamu selalu tahu bagaimana membuatku bahagia.”

Ia mengangkat daguku dengan jari-jarinya, menatap mataku dalam-dalam, dan tersenyum. “Karena aku ingin selalu melihat senyummu, Rey.”

Aku tertawa kecil dan memukul dadanya lagi. “Ah, kamu ini…”

Kami tertawa bersama, tertidur saling berpelukan di bawah cahaya lilin yang hangat. Malam itu, aku merasa aman, dicintai, dan diterima—untuk pertama kalinya hari ini, semua rasa cemas lenyap.

Dan di tengah keheningan malam, hanya terdengar napas kami berirama, dan detak jantung kami seolah menyatu..

Sinar matahari masuk perlahan melalui tirai kamar, menyorot wajah Rey yang masih terlelap. Aku menatapnya sejenak, tak bisa menahan senyum. Rambutnya acak-acakan dan pipinya sedikit kemerahan—ternyata tidur dengan pulas setelah kejutan semalam.

Pelan-pelan, aku meraih selimut untuk menutup tubuh Rey yang masih menggigil karena udara pagi. Rey sedikit menggerakkan tubuhnya, membuka mata setengah tertidur.

“Pagi, sayang,” bisikku.

“Mmm… pagi, Rio,” gumamnya sambil menatapku dengan mata setengah mengantuk, tapi senyumnya sudah muncul di bibirnya.

Aku menyisir rambutnya yang berantakan sambil tertawa kecil. “Kamu lucu banget kalau baru bangun tidur.”

Rey menendang lembut kakiku dari bawah selimut. “Rio… jangan bikin aku tertawa dulu. Aku masih ngantuk.”

“Tapi kamu kan harus makan sarapan. Aku sudah siapin pancake favoritmu,” ujarku sambil menunjuk piring di meja samping tempat tidur.

Rey mengerjap, lalu menatap piring itu dengan mata berbinar. “Kamu ini… selalu ingat semuanya, ya?”

Aku mengangkat bahu, pura-pura santai. “Kalau aku lupa, siapa lagi yang bisa bikin ulang tahunmu spesial?”

Rey tertawa pelan, lalu meraih tanganku dan menarikku dekat ke tempat tidurnya. “Makasih, Rio. Aku senang banget semalam… dan pagi ini juga.”

Kami duduk berdua, menikmati pancake sambil saling bercanda. Sesekali aku menyuapkan satu potong ke mulut Rey, dan ia pura-pura menolak tapi tetap menerima. Suasana pagi itu hangat, sederhana, tapi membuat hati kami terasa penuh.

Dan aku sadar, di momen-momen kecil seperti ini—tertawa, makan bersama, saling menatap—itulah kebahagiaan yang benar-benar berharga.

Aku membantunya untuk bekerja di kedai kopi miliknya,aku menatap wajah Rey dengan lekat.

"ada apa Rio"ujarnya tersipu malu.

"kamu ingat impian aku saat itu"

"ya,aku masih sangat ingat"ujar Rey sambil memainkan liontin yang ku berikan,aku tersenyum melihat tingkah Rey.

"kamu suka liontinnya"tanyaku pada Rey

"aku suka sekali Rio,sangat suka sekali"

pelanggan kedai mulai berdatangan,aku menawarkan mereka beberapa menu masakan yang khusus aku buat hari ini.

Wangi mentega,daun bawang menguar

makanan yang biasa aku buat di pantry hotel kini tersaji di kedai kopi.

"mereka tampak menyukai masakan mu Rio"ujar Rey tampak khawatir.

"kenapa"ujarku

"nanti kalau kamu tak ada siapa yang akan memasak di sini"

"aku sudah resign dari pekerjaanku,tapi belum ACC saja,nanti aku akan ada selalu untukmu dan kedai ini"

"benarkah demikian"ujar Rey tak percaya

"ya,sayang aku ingin selalu dekat denganmu"ujarku lagi.

Rey langsung memelukku erat,Lita tampak berdehem melihat Rey memeluk rio.

"kita akan segera menikah"ujarku lagi

"terima kasih Rio"

Aku dan Rey mulai membereskan semua piring dan gelas kotor,

"Lita dan Luna bisa pulang sekarang"ujarku

"tapi piring kotor masih sangat banyak kak"ujar Luna

"sudah selesai semuanya"

Mereka berdua pergi dan kini hanya tinggal aku dan Rey berdua di dalam kedai.

POV LITA

"aku yakin sekali,Rey itu sudah tidak perawan lagi"ujar Lita seakan mengejek

"jangan bicara sembarangan kamu"ujar Luna.

"mereka sering berduaan,bahkan Rio sering sampai menginap di sana"ujar Lita

"kita punya kehidupan masing-masing, nggak usah urus kehidupan mereka"ujar Luna

Lita nampak sebal dengan cara aku meresponnya.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!