NovelToon NovelToon
Aji Toba

Aji Toba

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Misteri / Epik Petualangan / Horror Thriller-Horror / TimeTravel / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:232
Nilai: 5
Nama Author: IG @nuellubis

Masih kelanjutan dari PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN.

Petualangan Aji kali ini lebih kelam. Tidak ada Pretty, dkk. Hanya dirinya, Sari (adiknya), bidadari nyentrik bernama Nawang Wulan, Tumijan, Wijaya, dan beberapa teman barunya seperti Bonar dan Batubara.

Petualangan yang lebih kelam. Agak-agak horor. Penuh unsur thriller. Sungguh tak bisa ditebak.

Bagaimanakah dengan nasib Pretty, dkk? Oh, tenang, mereka masih memiliki porsi di serial ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengamati Danau Toba

Perjalanan itu dimulai tanpa upacara. Tidak ada doa panjang, tidak ada perpisahan yang mengharukan. Jaka Kerub hanya berdiri di tepi danau saat kabut masih menutup separuh permukaan air Danau Toba, lalu berkata singkat, “Kita berangkat sekarang. Sebelum danau akan terjaga sepenuhnya.”

Aji mengikuti dari belakang. Ia membawa sebilah pisau kecil, bekal secukupnya, dan jimat anyaman yang semalam diselipkan Jaka Kerub ke ikat pinggangnya. Mereka tidak menaiki perahu. Itu yang pertama membuat Aji heran.

“Kalau bukan lewat air, lewat mana?” tanya Aji.

Jaka Kerub menancapkan tongkat kayunya ke tanah. “Lewat ingatan danau.”

Ia melangkah ke air setinggi mata kaki. Aji ragu sejenak, lalu ikut masuk. Anehnya, air terasa hangat. Itu bukan seperti yang biasanya. Permukaan danau beriak pelan, lalu perlahan surut di satu jalur sempit, seperti tangan tak kasatmata yang membelah air. Di hadapan mereka muncul hamparan batu hitam berlumut, jalur alami yang seolah baru diangkat dari dasar danau.

“Inilah jalannya,” ujar Jaka Kerub. “Tidak muncul setiap waktu. Dan tidak untuk semua orang.”

Mereka berjalan menyusuri jalur itu. Di kiri-kanan, air danau berdiri diam seperti dinding kaca raksasa. Aji menahan napas, bukan karena takut air runtuh, melainkan karena perasaan diawasi. Ada sesuatu di balik air itu. Seperti mengandung banyak sesuatu. Bisa jadi itu akan memberikan manfaat tersendiri untuk Aji ke depannya.

Semakin jauh mereka melangkah, suasananya perlahan-lahan berubah. Angin berhenti seketika. Suara burung mendadak lenyap. Bahkan bunyi langkah kaki mereka terdengar teredam, seperti berjalan di dalam mimpi.

“Apa yang ada di sisi lain ini?” tanya Aji akhirnya.

“Sisa dunia yang lainnya,” jawab Jaka Kerub. “Yang tidak ikut tenggelam bersama cerita yang dikisahkan orang.”

Setelah waktu yang tak bisa Aji ukur, mereka tiba di daratan lain. Tanahnya lebih gelap, pepohonannya tinggi-tua dengan akar menggembung seperti urat makhluk hidup. Udara di sini lebih berat, penuh aroma tanah basah dan abu tua.

Di kejauhan tampak bangunan-bangunan batu. Bukan reruntuhan, tapi juga bukan permukiman hidup. Dinding-dindingnya utuh dan sunyi. Relief terukir di sepanjang mata Aji memandang. Ada gambar manusia, makhluk air, dan simbol matahari terbelah dua.

Aji mendekat ke salah satu ukiran. “Ini… bukan ukiran Batak, kurasa. Juga bukan buatan orang-orang dari Majapahit.”

“Benar,” kata Jaka Kerub. “Ini lebih tua dari keduanya. Bahkan, bisa jadi lebih visioner."

Mereka berjalan masuk ke pelataran luas. Di tengahnya berdiri tugu batu besar, retak di bagian puncak. Dari celah retakan itu, cahaya pucat menyembur pelan, naik-turun seperti napas.

“Inilah salah satu simpul yang dijaga danau,” ujar Jaka Kerub. “Orang menyebut Danau Toba sebagai luka bumi. Tapi luka bisa menjadi segel.”

Aji menatap cahaya itu. Dadanya bergetar. Spiral di tubuhnya, yang selama ini hanya terasa saat berpindah waktu, itu kini berdenyut jelas.

“Kenapa aku dibawa ke sini?” suara Aji bergetar.

Jaka Kerub menatapnya lama, jauh lebih lama dari biasanya. “Karena orang-orang yang menculik adikmu tidak hanya bermain di dunia manusia. Mereka sedang mencari jalan masuk ke tempat seperti ini.”

Aji mengepalkan tangan. “Untuk apa?”

“Untuk menguasai lintasan,” jawabnya. “Jika simpul ini jatuh ke tangan mereka, mereka tidak perlu lagi makhluk gaib untuk menculik. Mereka bisa menarik manusia dari waktu mana pun.”

Aji terdiam. “Dan aku?”

“Kau kunci yang hidup,” kata Jaka Kerub terus terang. “Danau ini mengenalmu. Waktu mengenalmu juga.”

Angin tiba-tiba bertiup. Cahaya dari tugu meredup. Dari balik pepohonan, muncul bayangan-bayangan samar. Bukan manusia, bukan pula makhluk utuh. Mereka bergerak lambat, mengelilingi pelataran.

Jaka Kerub menancapkan tongkatnya. “Tenang. Mereka bukan musuh.”

Bayangan-bayangan itu mendekat. Saat salah satunya menatap Aji, ia melihat wajah perempuan tua yang keriput, tapi matanya lembut.

“Penjaga lama,” bisik Jaka Kerub. “Mereka yang tidak ingin dunia dipercepat.”

Salah satu penjaga mengangkat tangan. Suaranya tidak keluar dari mulut, tapi langsung bergema di kepala Aji.

"Seorang pemuda yang berjalan terlalu jauh.

Apakah kau siap kehilangan agar tidak banyak yang hilang?"

Aji menelan ludah. “Aku hanya ingin adikku kembali.”

Keinginan yang kecil bisa menarik badai besar, jawab suara itu.

Jaka Kerub melangkah ke samping Aji. “Ia tidak akan menjawab semua sekarang. Jangan dipaksa.”

Bayangan itu menghilang perlahan, menyatu kembali dengan pepohonan. Cahaya tugu kembali stabil.

Jaka Kerub menghela napas. “Dengar baik-baik, Aji. Tempat ini tidak boleh kau datangi sendirian lagi. Dan saat waktunya tiba, kau mungkin harus memilih. Antara menutup simpul ini selamanya, atau membiarkannya hidup.”

Aji memandang sekeliling. Tempat ini indah sekaligus menakutkan. Seperti rahasia yang terlalu berat untuk satu ingatan.

“Apakah Sari ada hubungannya dengan tempat ini?” tanya Aji pelan.

Jaka Kerub tidak langsung menjawab. Lalu ia berkata, “Tidak langsung. Tapi darahmu… ya.”

Itu lebih menyakitkan daripada jawaban yang tegas. Setelah Jaka Kerub berkata seperti itu, ia dan Aji berjalan kembali menuju jalur air. Saat kaki Aji kembali menyentuh sisi Danau Toba yang dikenal orang, suara burung terdengar lagi. Angin kembali bertiup normal. Seolah tak pernah ada apa-apa.

Akan tetapi, Aji tahu dirinya baru saja menjejak dunia yang sengaja dilupakan. Sejak itu, Danau Toba bukan sekadar danau, melainkan penjaga rahasia yang bisa runtuh kapan saja.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!