NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Om Duda

Mengejar Cinta Om Duda

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 5
Nama Author: DeNura

Harap bijak dalam membaca... ada beberapa adegan dewasa (21+)

Meylani Putri (18 th), gadis bar bar yang jatuh cinta pada sosok Om duda tampan bernama David Lander. Yang tak lain adalah Ayah dari sahabatnya sendiri. Mungkinkan gadis yang kerap di sapa Mey itu mendapatkan cinta sang Om duda? Sedangkan David sendiri sangat anti dengan wanita bar bar dan ceplas ceplos seperti May.

Yuk simak kisah selengkapnya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeNura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

David beranjak keluar dari ruang meeting dengan langkah lebar sembari melonggarkan dasinya. Ia merasakan suhu tubuhnya kembali naik.

"Sam, jemput istriku ke sini dan minta dia bawakan makan siang lebih cepat." Perintah David pada asisten peribadinya.

"Baik, Sir." Lelaki bernama lengkap Abrisam Domani itu langsung beranjak pergi dari sana.

"Dona, buatkan aku kopi. Kepalaku sangat sakit. Kau punya waktu lima menit dan bawa kopi itu keruanganku." Titah David pada sekretarisnya yang cantik dan seksi.

"Baik, Sir." Jawab Dona yang langsung berbelok menuju pantry. Sedangkan David bergerak muju lift pribadinya. Namun saat David hendak memasuki lift, seorang wanita langsung menggandeng tangannya.

"Siang, Sayang. Aku merindukanmu." Sapa orang itu yang tak lain adalah Nindy. Tanp rasa malu, wanita itu megecup pipi David. "I miss you."

"Mau apa kau ke sini, Nindy. Bukankah kau sedang sakit? Aku memintamu untuk tidak menemuiku selama seminggu. Dan kau berani datang ke sini?" Kesal David seraya memasuki lift. Sedangkan Nindy masih mempel dilengannya.

"Baby, rasa sakitku hanya akan hilang saat kau menyentuhku. Sudah tiga hari kita tidak melakukannya, aku benar-benar merindukanmu. Bagaimana kondisimu, apa kau juga sudah baikan? Kau masih demam huh?" Nindy menyentuh dahi David yang terasa lebih hangat. "Ah, ternyata kau masih demam. Apa gadis jelek itu tak merawatmu dengan baik?"

"Jauhkan tanganmu dariku," perintah David yang entah kenapa tak menginginkan sentuhan wanita itu lagi.

"Dev, kau benar-benar akan mencampakkanku? Kau sangat jahat, kau bilang tak akan melakukan itu. Tapi sekarang, kau berani menolakku. Apa kau sudah terjerat cinta gadis jelek itu? Kau jahat, Dev."

"Nindy, hentikan omong kosongmu. Aku hanya lelah, setelah ini pergilah. Aku butuh waktu sendiri."

Nindy yang mendengar itu mendengus kesal. "Kau bosan padaku kan? Kau membuang mainan lamamu dan sekarang lari pada mainan baru."

"Stop it, Nindy. Aku benar-benar pusing, jangan membuatku marah." Kesal David karena ocehan Nindy berhasil membuat kepalanya hampir meledak.

Pintu lift pun terbuka, David melangkah pasti menuju ruangannya. Sedangkan Nindy masih setia menempelinya.

David membuka pintu ruangannya dan seketika kakinya terpaku saat melihat sang istri sudah ada di sana. Mey terlihat membelakanginya, gadis itu terlalu sibuk menyusun makanan di meja kerja sang suami. Bahkan meja sudah rapi, padahal sebelumnya berbagai berkas berserakan di sana.

Mey tak mendengar kedatangan suaminya karena telinganya tersumpal earphone.

Mata David pun langsung tetuju pada paha mulus sang istri. Sial! Kenapa gadis itu memakai gaun pendek? Bagiamana jika orang lain melihatnya. David terlihat kesal saat membayangkan hal itu. Ia melangkah maju untuk mendekati istrinya.

Ah, bukankah ini kesempatan bagus untuk merenggangkan hubungan mereka. Nindy semakin mengeratkan pelukannya di lengan David.

"Mey." Panggil David. Sontak Mey pun menoleh dan melepas earphone di telinganya. Mata Mey membulat saat melihat Nindy yang menempel di sisi sang suami. Mey langsung melayangkan tatapan penuh tanya pada David.

David yang menyadari itu langsung menoleh ke arah Nindy. Ia mendengus kesal karena melupakan wanita itu. Dengan kasar David menjauhkan tangan Nindy darinya.

"Mey...."

"Om, apa Om lupa janji Om malam kemarin?" Potong Mey sembari memasukkan ponsel dan earphone miliknya ke dalam tas.

"Janji apa, Dev?" Tanya Nindy penasaran.

"Mey, saya...."

"Sudahlah, seharusnya Mey tidak percaya dengan perkataan manis Om. Mey sudah siapkan makan siang sesuai keinginan Om. Selamat menikmati." Mey menatap David dan Nindy secara bergantian. Kemudian memutuskan untuk pergi dari sana. Namun dengan sigap David mencekal sebelah tangan istrinya.

"Jangan pergi, Mey." Lirih David menarik sang istri untuk mengikis jarak di antara mereka. David menjatuhkan wajahnya tepat di ceruk leher sang istri. Menghirup aroma vanilla yang berhasil mengurangi rasa sakit di kepalanya.

Nindy yang melihat itu sangat kesal.

"Om, Om demam lagi?" Kaget Mey saat merasakan suhu panas dari tubuh suaminya. "Kan Mey udah bilang, Om istirahat aja di rumah. Kalau gini kan Om sendiri yang rugi."

Cih, sok perhatian banget sih. Okay, kali ini kau menang, Mey. Tapi untuk kedepannya aku tak akan membiarkan hal ini terjadi. Urus saja dia sampai sembuh, setelah itu aku akan kembali lagi. Kesal Nindy dalam hati. Wanita itu pun beranjak pergi dari sana.

Bruk!

Nindy memekik kaget saat seseorang menambraknya dan cairan hitam yang masih mengepul itu berhasil mengenai lengannya.

"Ups... sorry. Saya tidak lihat Anda." Ucap Dona.

"Apa kau gila? Lenganku melepuh." Jerit Nindy sambil meniup lenganya yang terasa perih karena tersiram kopi panas.

Rasain, siapa suruh jalan gak pake mata. Ah, apa ini yang namanya kuwalat? Pikir Dona yang sejak lama tak menyukai wanita di depannya itu.

"Maaf, salah Anda sendiri jalan tidak hati-hati." Ucap Dona dengan santai. Nindy yang mendengar itu langsung melayangkan tatapan membunuh.

"Dasar wanita murahan, lihat saja nanti. Aku akan memecatmu saat gelar Nyonya Lander jatuh ditanganku. Kau akan hidup menderita." Kesal Nindy yang sama sekali tak membuat Dona goyah.

"Ya ampun, Nona. Anda terlalu berharap, lagian posisi Nyonya Lander itu sudah terisi oleh Nyonya baik kami. Apa Anda tidak tahu?"

Nindy menggeram kesal mendengar perkataan wanita itu.

"Awas aja kamu," hardiknya dan langsung bergegas pergi dari sana.

"Huh, apa wanita itu sudah gila? Huh, untung saja Sir. Lander sudah menikah dengan Nyonya Mey yang unik itu. Kalau saja dia yang menjadi istrinya, mungkin nasibku akan hancur di tangannya. Dan sekarang aku harus membuat kopi baru untuk Sir." Dona menghela napas berat. Kemudian beranjak kembali menuju pantry.

Di ruangan, Mey mengusap kepala David yang kini sudah berbaring di sofa dengan kepala di atas pangkuannya. "Om makan dulu yuk? Habis ini kita pulang aja, Mey gak tega lihat Om kayak gini."

David membuka matanya, lalu menatap wajah Mey lamat-lamat. "Mey, kamu marah karena hal tadi?"

Mey mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu. "Kenapa Mey harus marah?"

"Kamu gak cemburu?"

"Ck, istri mana sih yang gak cemburu lihat suaminya mesra-mesraan sama cewek lain? Tapi Mey mengenyampingkan itu, saat ini Om sakit dan kita harus pulang. Om mau makan di sini atau di rumah?"

David tersenyum mendengarnya. "Makan di sini, tapi kamu yang suapin."

"Ish, manjanya gak hilang-hilang. Ya udah, Omnya bangun. Mey ambil makanan dulu."

Dengan malas David bangun dari posisinya, padahal sentungan tangan Mey tadi membuatnya merasa baikkan. Tapi setelah tangan itu menjauh, rasa sakit dikepalanya kembali berdenyut. David menyadarkan punggungnya di kepala sofa. Sedangkan Mey bergerak untuk mengambil makanan di atas meja kerja David. Tentu saja hal itu tak lepas dari pengawasan suaminya.

"Mey, kenapa kamu pakai baju pendek?"

Mey menoleh, kemudian melihat kebawah untuk memastikan apakah bajunya benar seperti yang dikatakan David. Mey saat ini memang mengenakan short dress berwarna hijau botol.

"Mey gak tahu, tadi asal ngambil di lemari. Lagian baju ini kan Om yang sediain. Kasian kalau Mey gak pake." Sahut Mey dengan santai.

"Masih banyak baju di lemari Mey, besok-besok buang semua pakaian yang pendek. Saya tidak mau orang lain lihat aset berharga milik saya." Ujar David yang berhasil mengundang senyuman diwajah Mey.

"Kasian dong kalau di buang, Om. Ini kan baju mahal. Gimana kalau kita lelang aja?" Gurau Mey membawa makanan ke hadapan suaminya.

"Mey, saya sedang malas berdebat."

Mey terkikik geli. "Iya deh, Mey cuma becanda kok. Nih makan dulu." Mey menyodorkan sesendok nasi ke mulut suaminya. "Bismillah dulu, Om."

"Udah dalam hati," sahut David yang langsung melahap makanan langsung dari tangan sang istri.

"Enak gak? Ini masakan baru, kebetulan tadi Mey nemu buku resep. Jadi Mey praktekin deh sama Bibik."

David mengangguk sebagai jawaban.

"Besok kerjanya di rumah aja, Mey takut kondisi Om makin drop. Cobak istirahat aja seminggu. Lagian Om kerja gak tahu waktu, dari pagi sampe malam. Besoknya gitu lagi, gak kasian apa sama badan?"

"Gak bisa, masih banyak kerjaan yang harus saya kejar."

"Ck, jadi Om memilih kerjaan dari pada kesehatan Om sendiri gitu? Lagian buat apa banyak uang kalau kita sakit, Om? Mendingan hidup sederhana dan kita sehat sampai kakek nenek." Oceh Mey sambil terus menyuapi David.

"Kamu gak tahu aja dunia kerja gimana." Sanggah David.

"Keras kepala banget sih kalau dibilangin. Terserah Om deh, lagian Om sendiri yang rasain sakit itu."

David menatap istrinya lamat-lamat. Ia merasa heran kenapa istrinya itu sangat cerewet, bahkan hampir setiap saat Mey tak kehabisan kata-kata. Beruntung kini David mulai terbiasa mendengar ocehan istrinya.

"Oh iya, tadi Tasya bilang katanya dia izin ke rumah Mommy. Mungkin menginap di sana beberapa hari." Lanjut Mey.

"Kenapa harus menginap? Dia bisa pulang pergi kan?"

Mey menaikkan kedua bahunya. "Biarin aja, Om. Lagian nginap tempat Omanya juga."

"Hm."

Mey menatap wajah suaminya begitu dalam. Ia kembali teringat pada Nindy. "Om masih berat ya lepasin Tante Nindy?" Mey menunduk sambil memainkan sisa makanan di dalam piring.

David tak langsung menjawab, ia memperhatikan pergerakan istrinya. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa karena tadi?"

Mey mengangkat kepalanya dan mengangguk pelan dengan bibir sedikit mengerucut.

David menghela napas panjang. Lalu menarik piring dari tangan Mey dan menaruhnya di atas meja. Kemudian David berbaring dipangkuan sang istri. Mey masih bergeming dan hanya memperhatikan pergerakan suaminya.

David sedikit mendongak agar bisa melihat wajah sang istri. Bibir tipisnya melengkung indah bak bulan sabit. "Saya tidak tahu Nindy akan datang ke sini. Apa kamu lupa, saya yang meminta kamu datang ke kantor untuk makan siang? Kenapa saya harus memanggil orang lain? Saya sedang memperbaiki semuanya, Mey. Saya memutuskan untuk membuka hati untuk kamu."

"Terus gimana dengan Tante Nindy? Om kan masih pacarnya."

David terdiam sejenak. "Sebenarnya kami tidak pernah resmi berpacaran. Tidak ada kata-kata ajakan untuk berpacaran yang saya ucapkan padanya. Kami menjalankan hubungan tanpa ikatan, saling membutuhkan satu sama lain."

Mey menatap David cukup lama. "Jadi selama ini Om sering dong tidur sama Tante Nindy? Om gak takut dosa ya?"

David tersenyum samar. "Saya rasa semua orang akan lupa dengan dosanya saat merasakan nikmat dunia. Saya bukan orang munafik, Mey. Saya membutuhkan itu setelah lama istri saya pergi."

"Kenapa Om gak nikah aja sih? Kan bisa menghindari dosa."

"Kamu jangan lupa dengan Tasya dan orang tua saya, Mey. Setiap kali saya membawa wanita, mereka selalu menolaknya."

"Mungkin Om bawa ceweknya sembarangan, cobak cari yang baik-baik."

"Memang zaman sekarang di ibu kota masih ada cewek baik, Mey? Saya rasa sudah langka. Kebanyakan mereka rela menjual harga diri hanya untuk memenuhi finansialnya. Apa lagi wajah mereka cantik." David memejamkan matanya. Refleks tangan Mey tergerak untuk menyentuh rambut David.

"Tapi Mey tidak akan melakukan itu, Om. Lebih baik Mey kerja keras dari pada menjual diri. Mey rasa masih banyak cewek baik di luar sana, cuma kadang-kadang lelaki zaman sekarang itu cuma memandang fisik daong. Gak peduli sama isi hati si cewek. Baik tua maupun muda sama aja, gak akan mau sama cewek muka paspasan."

David membuka matanya saat mendengar itu. Ia merasa tertampar dengan perkataan Mey.

"Kamu lagi nyindir saya, Mey?"

"Kalau Om merasa tersindir, itu artinya Om masuk kategori cowok yang Mey bilang tadi."

"Itu dulu, Mey. Sekarang saya punya istri jelek. Jadi gak masuk ketegori lagi kan?"

Mey mendelik saat mendengar itu. "Ck, mau bela diri tapi malah menghina istri sendiri. Jahat banget sih, Om. Perasaan Mey gak jelek-jelek amat. Lumayan lah buat dibawa kondangan."

"Kondangannya model gimana, Mey? Kalau kondangannya yang datang tamu besar, mikir dua kali juga, Mey."

"Om!" Mey memukul David dengan kesal, tak terima atas penghinaan suaminya itu. Sedangkan David tertawa geli karena berhasil mengerjai sang istri. Lalu keduanya terdiam untuk beberapa waktu.

"Mey," panggi David.

"Hm?"

"Kapan kamu selesai haid?" Tanya David yang berhasil membuat dahi Mey mengerut.

"Mungkin tiga hari lagi, kenapa Om nanya itu sih? Atau jangan-jangan Om mau bawa Mey bulan madu ya?" Mata Mey terlihat berbinar.

David yang mendengar itu cuma tersenyum simpul.

"Kan kebanyakan orang kaya habis nikah itu bulan madu. Tapi Om gak perah ajak Mey bulan madu. Misalnya ke Anyer gitu?"

David tertawa renyah mendengar tempat yang istrinya sebutkan. "Rendah banget sih selera kamu, Mey. Masak iya bulan madu ke Anyer? Paris kek, Maldives, atau tempat lainnya yang bagus."

"Emang boleh ya? Kalau gitu Mey mau ke Kutub Utara aja deh, kan lumayan bisa ketemu beruang kutub."

"Ya Tuhan, kenapa saya bisa punya istri seperti kamu sih? Lagi bahas bulan madu masih sempat mikir ketemu beruang kutub. Masih mending kamu gak di makan." Keluh David memilih untuk memejamkan matanya. Bisa-bisa kepalanya meledak beneran.

"Kalau gitu kita bulan madu ke Korea aja Om. Biar ketemu Oppa ganteng di sana. Mana tahu ada yang nyagkut satu dan bisa Mey bawa pulang."

"Terserah kamu, Mey." Sahut David tak ingin menanggapi perkataan istrinya. Kepalanya sudah sangat pening saat ini. Jika meladeni Mey, mungkin ia akan menjadi orang gila dadakan.

1
Tyaz Wahyu
perfect thor ☕
Rika Fitria
bagus banget ceritanya
Kak Eja🌜
menarik...

mampir juga ya ke novel aku
MENIKAHI WANITA MALAMKU
Deni Supriadi
Luar biasa
Tyaz Wahyu
aduh kena ajian jalang goyang nih smpai david tdk bs berpaling dari si nindiH eh sll mksdq nindy..seneng skl mmprtahankn teTEH celup sana sini (nindy)
Ita Listiana
smpek sini aq suka sama ceritanya, tata bahasa juga enak dibacanya. semoga cerita selanjutnya makin menarik.. thank thor😊
Emi Hartati
sangat bagus
Yulia
cerita nya keren menguras emosi,sampe tidur malam karena ngejar biar cepat selesai bacanya👍👍👍
Yulia
Mksh othor ceritanya bagus,,bikin aku senyum dan nangis,,the best pokonya,,,novelnya d promosiin Thor biar tambah banyak yg baca ,,,sayang novelmu bagus tapi yg baca blm banyak,,sekali lagi makasih dan semangat berkarya 👍👍😘🔥💪💪
Julia Juliawati
bagus ceritanya Thor. jgn kecil hati Thor klo ada yg blg mirip krn semua novel yg aq bc hmpr mirip semua tp kami bc krn km suka ceritanya
Julia Juliawati
kasihan sm alex
Julia Juliawati
suka cerita yg peran wanitanya bar bar kuat g bisa di tindas
Chris Antono
Luar biasa
panty sari
sebel sama si David mening mey ama Alex dan tasya ama gibran dan David ama inggrid aja, binih ditanam sembarangan
panty sari
Davit cari maslah aja
panty sari
wah cinta sedarah Nindy dan hendra, tapi selama 5 th David menjadi orang bodoh diporotin emang ga brasa apa yah itu Nindy udah ga perawan lagi main embat aja itu jamur David
xuly_
the real anak tanggung karma bapa
panty sari
parah David sudah sering melakukan dg kekasih gelapnya sungguh menyakitkan hati mey melihat itu semua
xuly_
Luar biasa
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
maaf aku baru komen saking asyiknya baca lupa komen,abisnya karyamu bagus kk pengen baca terus👍🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!