Harap bijak dalam memilih bacaan, sebagian isi dalam konten ini berunsur dewasa 21+
Bagaimana jadinya jika satu minggu sebelum menikah, karena ulah jahil teman-temanmu. Kamu dengan tidak sengaja meniduri sahabatmu sendiri dan setelah pulang dari bulan madu, sahabatmu mengatakan kalau dia hamil anakmu.
Inilah kisah King Bryan anak dari pasangan Aline Gunawan dan Dannis Bryan, yang terpaksa harus menjadikan sahabatnya sendiri Ni Luh Putri anak dari Dewa Barata sahabat Ibunya, sebagai istri keduanya demi status anaknya.
"Katakan kalau kamu mencintaiku, maka aku akan mempertahankan mu." batin King dalam hati.
"Entah sejak kapan cinta ini mulai tumbuh, tapi sungguh aku tidak mau menjadi duri dalam pernikahanmu, biarlah ku bawa cinta ini pergi." batin Putri.
"Karena kita adalah sahabat dan selamanya akan menjadi sahabat, jadi mari kita bercerai." ucap Putri kemudian sembari menahan sesak di dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~23
"Mas, kita mau kemana. Ini bukan arah ke rumah kita kan ?" tanya Putri tak mengerti, ketika suaminya itu membelokkan mobilnya ke arah lain.
"Kamu akan tahu setelah ini." sahut King yang masih fokus pada jalanan di depannya itu.
Dan tak berapa lama ia menghentikan mobilnya di sebuah bangunan berlantai tiga yang nampak belum selesai di kerjakan.
"Ini apa Mas ?"
"Kamu ingatkan, dari dulu aku ingin sekali membangun perusahaan sendiri tanpa campur tangan Papa dan sekarang aku sedang memulainya."
"Benarkah, aku ikut senang. Akhirnya kamu bisa mewujudkan cita-cita mu." ujar Putri.
"Kamu mendukung ku ?" tanya King.
"Tentu saja, dari dulu bukannya aku selalu mendukung mu. Meski keadaan kita sudah berbeda aku akan tetap mendukung mu." sahut Putri.
"Kamu tidak membenciku lagi ?" tanya King lagi, karena ia merasakan sejak kejadian malam itu di mana ia merenggut kesucian Putri. Wanita itu selalu bersikap dingin padanya dan sepertinya baru hari ini istrinya itu bersikap ramah padanya.
"Aku mencoba untuk berdamai dengan keadaan Mas, aku marah tentu saja tapi itu akan berdampak pada bayi yang ku kandung. Aku akan melewati ini semua dan akan berusaha menganggap mu sahabatku seperti sebelumnya." ucap Putri dengan senyum mengembang di bibirnya.
King melihat kejujuran dan ketulusan di setiap perkataan Putri, tapi hatinya terasa nyeri karena istrinya itu hanya menganggapnya sebatas sahabat.
"Maaf sudah hadir di tengah-tengah kalian." ucap Putri lagi.
"Kamu nggak salah Put, aku menganggap semua ini adalah takdir jadi jangan pernah merasa bersalah. Kita jalani saja seperti air yang mengalir, biar Tuhan yang menentukan seperti apa ke depannya nanti."
"Untuk surat perjanjian itu, aku akan menepatinya. Setelah anak ini lahir aku akan segera pergi." ucap Putri.
"Bisa tidak jangan membahas itu." ucap King tak suka.
"Aku tahu bagaimana perasaan Gladys Mas, ia rela berbagi suami dengan wanita lain dan seandainya aku di posisi Gladys aku juga takkan sanggup jika di madu."
"Kita jalani saja apa yang ada sekarang Put, jangan terlalu banyak pikiran. Kasihan bayi kita." ujar King sembari menatap lekat Putri.
DEG
"Astaga, kenapa aku berdebar-debar begini." batin Putri ia langsung memalingkan wajahnya.
"Tidak, tidak mungkin hatiku berdebar untuk laki-laki ini. Dia milik wanita lain, ingat itu Putri." batinnya lagi.
"Kamu kenapa Put ?" tanya King ketika melihat istrinya tiba-tiba terdiam.
"Eh, nggak. Ini sudah malam lebih baik kita pulang. Gladys pasti sudah menunggu mu."
"Iya kita balik sekarang." sahut King, kemudian ia mulai melajukan mobilnya.
Beberapa saat kemudian mereka tiba di kediamannya, begitu juga dengan Gladys sepertinya ia juga baru sampai.
"Darimana kalian ?" tanya Gladys yang terlihat murka.
"Aku baru pulang dari kantor Dis, kebetulan tadi Putri juga ke sana jadi kita pulang sama-sama." sahut King jujur.
Plakk
Gladys tiba-tiba menampar Putri dengan kuat, tanpa sempat Putri hindari hingga nampak lebam di pipinya.
"Dasar wanita jalang, sudah ku peringatkan jangan pernah merayu suamiku tapi kamu justru mendatangi kantornya." hardik Gladys.
"Gladys..." bentak King.
"Biarkan saja Mas, aku yang salah." ucap Putri kemudian ia berlalu masuk ke dalam rumah.
"Kamu keterlaluan, Dis." tegur King.
"Kamu yang keterlaluan, berani pergi berduaan di belakang ku."
"Kami tidak melakukan apa-apa Dis, asal kamu tahu. Dia hanya menemaniku kerja dan aku sangat bersyukur dia satu-satunya orang yang mendukung ku. Lagipula kamu darimana selarut ini baru pulang, apa kamu sudah lupa minta ijin pada suami mu setiap kali kamu mau pergi? " ujar King dengan geram.
"A-aku hanya ke rumah Mami, aku bosan di rumah menunggu mu pulang kerja." sahut Gladys beralasan.
"Selalu itu alasan mu, aku mau mandi air hangat bisa kamu siapkan untukku." pinta King yang enggan untuk berdebat lagi, seharian bekerja membuatnya sangat lelah.
"Aku akan menyuruh bibik untuk menyiapkannya." sahut Gladys kemudian ia berjalan mendahului suaminya.
Disisi lain, Putri nampak terduduk di ranjang dengan bersandarkan kepala ranjang atau headboard. Ia nampak memegangi pipinya yang masih terasa panas oleh tamparan Gladys tadi.
Apa ini sebuah konsekuensi dirinya sebagai istri kedua?
Tapi bukannya posisi ini bukan dia yang mau ?
Kenapa dia harus mengalah dan menjadi lemah?
Bukannya dia juga mempunyai hak sebagai istri yang sah? haruskah dia egois?
Berbagai pertanyaan ada di benaknya, tanpa bisa ia utarakan dan air matanya yang menetes lah sebagai ungkapan perasaannya saat ini.
tokk
tokk
Terdengar ketukan pintu dari luar, semakin ia menulikan pendengarannya. Semakin keras pintu tersebut di ketuk dan mau tak mau ia beranjak dari duduknya dan segera melihat siapa yang berani mengganggu waktu tidurnya.
"Put ?" ujar King yang sudah berdiri di depan pintu dengan segelas susu di tangannya.
"Mau apa ?" tanya Putri dengan nada dingin.
"Aku membuatkan mu susu dan apa itu masih sakit? aku juga membawakan salep untukmu." King melihat pipi Putri yang terlihat memerah.
"Terima kasih, tapi lebih baik mulai sekarang Mas jangan memperhatikan aku lagi." ucap Putri yang masih bergeming di ambang pintu tanpa ada niatan untuk menyuruh suaminya itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Aku minta maaf, karena ulah Gladys tadi."
"Lupakan dan pergilah dari sini Mas sebelum Gladys melihatmu berada di sini." ucap Putri seraya menutup pintu tapi King langsung menahannya.
"Gladys sudah tidur dan aku juga tidak peduli kalau dia tahu." ucap King.
"Tapi aku peduli Mas, apa kamu suka melihat dia terus-terusan salah paham pada kita dan pada akhirnya aku yang selalu di salahkan." ucap Putri dengan memohon.
"Baiklah kalau itu mau mu, tapi biarkan aku mengobati pipi mu dulu." pinta King.
"Aku bisa sendiri Mas, sekarang pergilah." tolak Putri, setelah itu ia menutup pintunya kembali.
King masih terpaku di depan pintu, ia terlihat frustrasi menatap pintu yang sudah tertutup rapat. "Maaf." ucapnya, kemudian ia berlalu pergi masuk ke dalam ruang kerjanya.
Keesokan harinya
King yang akan masuk ke dalam kamarnya, segera membuka pintu kamar Putri ketika mendengar istrinya itu muntah-muntah.
"Put, kamu tidak apa-apa ?" tanya King ketika melihat istrinya nampak bersandar di wastafel dengan wajah yang sangat pucat.
"Siapa yang mengijinkan mu masuk Mas ?"
"Aku tadi ketiduran di ruang kerja, ketika keluar aku mendengar kamu muntah-muntah."
Huekkk
Putri muntah lagi dan kali ini badannya terasa begitu lemas, bahkan untuk menopang kakinya saja ia tak mampu. King yang menyadarinya, ia langsung merengkuh tubuh istrinya.
"Mau ku panggilkan dokter ?"
"Jangan, aku baik-baik saja." tolak Putri.
"Tapi kamu terlihat nggak baik-baik saja Put."
"Boleh aku memeluk mu sebentar ?" pinta Putri, ia merasa lebih baik ketika mencium aroma suaminya itu.
rugi bandar si king
sudah istri nya diembat uang nya pun di sikat si Evan 👻👻👻👻👻👻