SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. HASUTAN
Hari itu langit mendung, seakan menggantung perasaan Camellia yang tak menentu. Angin bertiup pelan, menembus sela-sela tirai di balkon kamarnya, dan membawa serta bayangan tentang seseorang yang kini terasa jauh; Lucas.
Sudah hampir seminggu sejak bentakan itu, dan meski Lucas telah mencoba menjelaskan, meminta maaf, dan menunjukkan penyesalan dengan segala cara, Camellia tetap menjaga jarak. Bukan karena ia membenci, tapi karena ia tidak ingin lagi berekspektasi tinggi seperti sebelumnya dan berujung rasa sakit.
Di antara sunyi yang mengendap, suara ketukan pelan terdengar dari arah pintu.
"Lia? Boleh aku masuk?" Suara Briana terdengar lembut seperti biasanya.
Camellia mengangguk kecil, duduk tegak di tepi ranjang. "Masuk saja, Bri."
Pintu terbuka pelan, dan Briana masuk sambil membawa secangkir teh hangat dan sepiring kecil kue lemon favorit Camellia.
"Untukmu," katanya sambil tersenyum. "Sedikit yang manis-manis untuk menenangkan hati."
Camellia tersenyum tipis. "Terima kasih. Kau selalu perhatian."
Briana duduk di sampingnya, menyodorkan teh itu ke tangan Camellia. "Kau tak banyak bicara akhir-akhir ini. Aku tahu kau sedang berusaha tegar ... tapi Lia, tidak apa-apa untuk merasa sedih. Untuk merasa lelah."
Camellia memeluk cangkir itu, membiarkan hangatnya menyentuh kulit. "Aku merasa ... kosong. Seperti bagian dari diriku sedang menjauh, tapi aku tak tahu apakah harus mengejarnya ... atau melepaskannya."
Briana menggenggam tangan Camellia dengan lembut. "Kau jatuh cinta pada Lucas, 'kan? Tapi cinta juga bisa berubah terutama saat orang yang kau cintai mulai membuatmu merasa tak berarti."
Camellia menoleh. "Lucas tidak pernah membuatku merasa tak berarti."
Briana tersenyum, sabar. "Tidak secara langsung, mungkin. Tapi kau terus menangis diam-diam. Kau mulai ragu pada dirimu sendiri. Itu bukan cinta yang sehat, Lia. Cinta seharusnya membuatmu merasa cukup, bukan ragu."
Camellia tertunduk. Di dalam hatinya, ia tahu ada kebenaran samar dalam kata-kata itu. Tapi ia juga tahu, cinta bukanlah hitam-putih. Lucas bukan sempurna. Tapi Camellia mencintainya dengan seluruh dirinya.
Lalu Briana berkata, seolah dengan hati-hati, "Kau tahu, ada seseorang yang masih menunggumu, Lia. Seseorang yang tak pernah benar-benar berhenti mencintaimu."
Camellia mengerutkan kening. "Siapa?"
Briana menahan senyum kecil sebelum menjawab, seolah sungguh enggan menyebutkan nama itu. "Adrian."
Camellia tersentak kecil, hampir saja cangkir di tangannya berguncang.
"Adrian?" ulangnya, nyaris tidak percaya. "Briana, dia menyakitiku. Dia-"
"Dia melakukan kesalahan dengan melukaimu, ya," sela Briana cepat. "Tapi dia melakukan itu karena dia cemburu kau bersama dengan Lucas. Aku tahu dia menyesal. Dia tak pernah menunjukkan sisi lembutnya pada siapa pun, kecuali padamu. Bahkan sekarang pun, dia masih bicara tentangmu diam-diam. Dia selalu bertanya tentang keadaanmu, apa yang kau lakukan, dan banyak hal lainnya."
Camellia terdiam. Luka lama di hatinya mulai berdetak pelan. Adrian memang bilang kalau ia mencintai Camellia atau setidaknya, mengaku begitu. Tapi ia juga yang menghancurkan kepercayaannya. Dan meski Adrian telah meminta maaf, Camellia tidak yakin. Camellia tidak punya perasaan khusus pada Adrian sejak awal. Hubungan mereka hanyalah bentuk yang dijalin oleh paman dan bibir Camellia.
Briana menambahkan, suaranya lebih lembut lagi. "Aku tidak mengatakan kau harus kembali padanya. Tapi mungkin ... kau bisa memberi kesempatan. Bukan untuk Adrian saja. Tapi untuk dirimu sendiri. Kesempatan untuk melihat bahwa cinta tidak hanya datang dari satu arah."
Camellia mengatupkan bibirnya. Ada desakan yang halus, tapi nyata. Ada kabut yang perlahan mengelilingi pikirannya, membuatnya bertanya-tanya: apakah ia terlalu keras pada dirinya sendiri? Apakah selama ini ia terlalu bergantung pada Lucas?
"Aku tidak mencintai Adrian," bisik Camellia. "Aku bahkan takut menyebut namanya."
Briana menggenggam jemarinya lebih erat. Tidak ada cinta yang datang begitu saja. Cinta datang karena terbiasa."
Camellia diam. Hatinya mulai ragu.
Dan Briana tahu itu, retakan hati Camellia kini semakin terbuka. Ia hanya perlu meniupkan sedikit bisikan lagi sebelum semuanya akan runtuh.
...***...
Hujan turun malam itu seperti bisikan rahasia yang jatuh perlahan dari langit. Di dalam rumah besar keluarga Dawson, suasana terasa lembut namun sarat ketegangan. Tak ada teriakan, tak ada drama ... hanya diam yang menyimpan lebih banyak amarah daripada ledakan.
Camellia duduk di ruang musik, jari-jarinya menyentuh tuts piano tua yang sudah lama tak ia mainkan. Jemarinya bergerak perlahan, memainkan melodi sendu yang ia hafal di luar kepala. Di belakangnya, suara langkah seseorang menyelinap pelan.
"Melodimu masih seindah dulu."
Camellia berhenti bermain.
Ia mengenali suara itu.
Adrian.
"Aku tak tahu kau masih mengingat lagu ini," katanya datar, tanpa berbalik.
"Aku ingat semua tentangmu," jawab Adrian, dan dalam suaranya ada kehangatan yang disengaja. Seolah luka-luka yang dulu ia tinggalkan bisa dihapus hanya dengan nada lembut dan senyum penuh penyesalan.
Camellia menarik napas. "Mengapa kau di sini?"
"Aku hanya ingin ... memastikan kau baik-baik saja." Ia berjalan mendekat. "Briana bilang kau sedang rapuh. Aku tahu aku bukan orang yang paling layak berada di sini, tapi-"
"Memang bukan," potong Camellia, tapi suaranya tak setegas yang ia harapkan.
Adrian menunduk. "Aku tidak datang untuk memaksa. Aku hanya ingin bicara. Seperti dulu. Tak lebih."
Camellia ragu. Tapi ia mengangguk pelan. "Baik. Hanya bicara."
Adrian duduk di bangku seberangnya. Ia menatap wajah yang masih sama lembutnya, tapi dengan luka-luka baru yang samar terlukis di balik ketenangan Camellia.
"Aku dengar ... kau dan Lucas tidak baik-baik saja," ucap Adrian.
Camellia terdiam. Denting hujan di jendela menjadi latar bagi rasa sesak yang ia simpan. "Kami hanya butuh waktu."
"Tapi waktu bisa mengikis perasaan juga, Lia." Suara Adrian nyaris seperti doa. "Kadang kau menyayangi seseorang, tapi tak lagi yakin kau bisa bersamanya tanpa terus-menerus terluka."
Kalimat itu menusuk. Karena di dalam hatinya, Camellia tahu bahwa ia mencintai Lucas. Tapi belakangan cinta itu mulai terasa seperti labirin.
"Lucas bukan orang jahat," gumam Camellia. "Tapi aku mulai kehilangan diri sendiri ketika bersamanya."
Adrian menatapnya lembut. "Kalau begitu, temukan dirimu kembali. Dan jika kau butuh seseorang untuk membantumu, aku akan selalu ada."
Camellia hanya bisa mengangguk samar, tak menyadari bahwa dari balik pintu, seorang mata lain mengintip, dan menyimpan semuanya.
Ketika keheningan malam mengurung semua dalam lelap tidur, satu orang masih tampak terjaga. Langkahnya perlahan membuka pintu kamar Camellia, masuk tanpa menimbulkan suara yang dapat membangunkan sang empunya kamar.
"Cammy?" ucap Lucas dengan nada amar pelan bagai bisikan udara di luar sana. Ia duduk di pinggir tempat tidur Camellia seraya menatap lekat gadis yang lelap dalam buaian tidur itu.
Setiap malam, seperti kebiasaan, Lucas selalu mengecek keadaan gadis itu. Ia tahu kalau Camellia menjauhinya, dan itu karena kesalahan Lucas sendiri yang membuat gadis itu menjauh.
Namun Camellia tidak pernah tahu, tidak pernah sadar, kalau setiap malam Lucas berada di kamarnya. Memerhatikan dna mengawasi Camellia tidur seraya berdoa kalau tidak terjadi apa-apa pada gadis itu setiap saatnya, terutama saat Lucas tidak ada di sisi gadis itu.
"Sweet Dream, Love," ucap Lucas yang kemudian mengecup kening Camellia, lalu memegang tangan lembut gadis itu tanpa membuat sang gadis terbangun.
Lucas akan berada di sana, dalam kamar Camellia hingga fajar datang. Tidak ingin meninggalkan gadis yang ia cintai walau sebentar saja. Lucas telah memantabkan hatinya untuk memberitahu semua ke Camellia, tentang siapa Lucas, tujuannya datang ke sini, dan kebenaran yang Lucas temukan. Ia akan memberitahukannya.
Beberapa hari kemudian
Camellia mulai sering terlihat duduk bersama Adrian, entah di taman, ruang musik, bahkan kadang di sudut ruang baca. Meski belum ada yang kembali dari cinta lama mereka, namun kehangatan yang dulu pernah ada seperti mulai mengintip kembali dari celah-celah retak.
Briana selalu muncul tepat waktu. Menyajikan teh. Menyodorkan pujian. Menggenggam tangan Camellia dan membisikkan bahwa mungkin ... cinta yang terbaik adalah yang datang dua kali.
Namun yang tak mereka sadari, Lucas juga sedang bergerak.
Diam-diam, ia mengamati.
Diam-diam, ia menyusun bukti.
Dan diam-diam, ia menyimpan perih dalam diam, karena ia tahu, untuk melindungi Camellia, ia mungkin harus menghancurkan semua yang Camellia percayai ... termasuk saudara sepupunya sendiri. Tapi Lucas berjanji akan berada di sisi Camellia mulai saat ini, bahkan jika gadis itu mengusirnya, Lucas tidak akan pergi.
"Kau harus tahu kenyataan pahit dunia ini, Cammy. Kadang, musuh paling berbahaya bukan yang bersembunyi di balik bayangan. Tapi yang duduk di meja makan, tersenyum manis dan memeluk orang yang kau cintai, hanya untuk perlahan menusukkan pisau di punggungnya," ucap Lucas yang memerhatikan Camellia dari jendela lantai dua. Ia tidak sabar untuk membeberkan semuanya pada Camellia.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee