Arabella seorang anak perempuan yang menyimpan dendam terhadap sang Ayah, hal itu diawali sejak sang Ayah ketahuan selingkuh di tempat umum, Ara kecil berharap ayahnya akan memilih dirinya, namun ternyata sang ayah malah memilih wanita lain dan sempat memaki istrinya karena menjambak rambut selingkuhannya itu.
Kejadian pahit ini disaksikan langsung oleh anak berusia 8 tahun, sejak saat itu rasa sayang Ara terhadap ayahnya berubah menjadi dendam.
Mampukah Arabella membalaskan semua rasa sakit yang di derita oleh ibunya??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Sena berjalan menuju kamar mandi sedari tadi ia merasakan kurang enak badan, sehingga membuat ibu muda itu harus bolak-balik ke kamar mandi, mengeluarkan seluruh isi perutnya.
"Ueeegh ... ueeeegh ....," suara muntahan Sena terdengar hingga ke luar ruangan.
Sementara itu, Arabella sang anak yang ingin menemui ibunya, karena ingin jalan-jalan seperti biasanya, namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara muntahan dari kamar mandi ibunya, ia pun langsung cepat-cepat menyusul. "Mama ...!" teriaknya dengan raut wajah yang panik.
Anak itu segera masuk ke dalam kamar mandi, memastikan keadaan ibunya sedang baik-baik saja. "Ma ... kenapa?" tanya anaknya itu.
Sena menoleh sebentar, lalu mengusap mulutnya dengan sedikit air. "Gak tahu Sayang, tiba-tiba saja Mama muntah," sahut Sena.
Sejenak Sena langsung menghampiri gadis kecilnya itu, tangannya mulai terulur untuk mengusap pelan kepalanya. "Anak baik kenapa cemberut?"
Ara sedikit cemberut sambil merengek. "Ma katanya mau makan di luar?"
Seketika Sena terkejut, sangking sibuk dengan tubuhnya ia sampai lupa dengan janjinya terhadap sang anak. "Ya ampun ... maaf ya Nak Mama lupa."
"Ya sudah kalau begitu ayo, kita keluar, Ara sudah tidak sabar ingin makan di restaurant seafood kesukaanku," ajak anak itu.
Sena hanya mengangguk mengiyakan apa yang diminta oleh sang anak. "Baiklah Sayang."
Lima menit kemudian Sena sudah terlihat rapi dengan pakaian sederhana namun terlihat elegan, wanita cantik itu mulai menuruni anak tangga, meskipun tubuhnya sempat kurang enak badan namun demi putri tercintanya tubuhnya mendadak enakan.
"Ara cantik ....," ucapnya menggema di ruang tamu. "Jangan manyun terus Nak, kita pergi sekarang," imbuh Sena sambil menghampiri sang putri.
Sekilas senyum kecil itu mulai muncul kembali. "Ye ... Kita makan ke luar ... Ye ...!" sorak anak itu dengan gembira.
Ibu dan anak itu mulai bergandeng tangan, melangkah ke luar rumah, dihadapan pintu utamanya, mereka sudah dihadang sebuah mobil yang siap mengantarkan mereka ke tempat tujuan, restaurant seafood.
Mobil mulai melaju, dengan kecepatan sedang, di pertengahan jalan, entah kenapa perasaan Sena merasa tidak tenang, ada sesuatu yang menggelayut yang sulit untuk di jelaskan, sesekali matanya menatap ke luar jendela, udara yang tadinya terasa sejuk, kini menjadi dingin menusuk di hati.
"Ya Allah perasaan apa ini, semoga saja tidak terjadi apa-apa di dalam keluarga kami," ucapnya dengan lirih.
Mobil terus melaju melewati jalanan yang cukup ramai kendaraan bermotor, dan setelah itu mobil menerobos masuk ke area parkir, di sini Sena mulai meraih pegangan pintu, lalu membukanya, di saat ia membuka mobil tatapannya dihadapkan dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam. Seketika hatinya mencoles.
"Ya ampun! Sepertinya ini mobil Mas Dirga." meskipun mencoba untuk berbaik sangka, namun di dalam hatinya seperti ada ganjalan yang harus ia selidiki.
Langkah kakinya mulai berayun sedikit cepat, sampai-sampai ia tidak menghiraukan sang anak yang begitu kesulitan mengimbanginya. "Ma ... jangan cepat-cepat Kakak aku kesulitan nih," ucap anaknya itu.
Sena menghentikan langkahnya sejenak. "Maaf ya Nak, Mama sedikit keburu."
"Pasti Mama sudah tidak sabaran ingin mencicipi seafood terenak di sini," sahut anaknya itu dengan nada polosnya.
"I-iya Nak," kata Seno berusaha untuk menutupi penasarannya.
Sambil melangkah pikiran Sena sudah dibuat tidak karuan, pasalnya dua hari yang lalu suaminya itu pit dengan baik-baik ingin tugas ke luar kota, selama satu Minggu, namun penampakan mobil tadi membuat ketenangannya terguncang.
Sesampainya di depan pintu restauran dua pegawai menyambutnya dengan salam hangat dan senyum yang begitu lama, Sena hanya menanggapi dengan anggukan, karena langkahnya yang mulai tergesa.
"Sayang, kau tunggu sebentar ya, Mama mau ke toilet dulu," pamit Sena, ketika sudah sampai di meja duduk.
"Iya Ma, pasti Mama mau muntah lagi ya," sahut anaknya itu, karena mengingat tadi mamanya yang sedang muntah-muntah.
"Iya Sayang," ucap Sena.
Tanpa menghambat waktu, langka Sena terus berjalan, matanya menyapu ke seluruh ruangan, namun ia tidak menemukan seseorang yang ia cari, hingga pada akhirnya kakinya mulai melangkah ke sudut ruangan yang sedikit jauh dari pengunjung restaurant, dawi situ ia menuangkan sosok lelaki yang diduga mirip suaminya, sedang memeluk wanita dari arah belakang.
"Astaga! Sepertinya itu Mas Dirga ... apa benar itu dia," ucapnya dengan nada yang bergetar.
Sejenak ia mulai mengambil langkah meskipun terasa berat, Sena ingin memastikan sendiri apa yang sedang dibicarakan oleh lelaki yang diduga suaminya itu.
"Mas kapan kau nikahin aku," ucap seorang wanita membuat hati Sena terguncang hebat, tangannya langsung mengepal dengan kuat.
"Sabar Sayang, aku pasti nikahin kamu," sahut Dirga dengan nada yang cukup halus.
Intonasi nada yang dianggap selama delapan tahun ini untuk dirinya ternyata tidak, suaminya itu juga mengumbar nada yang serupa ke wanita lain.
"Tapi kan Mas, saat ini aku sedang mengandung anakmu," ucap wanita itu.
Deg!!!
Dunia Sena seolah runtuh begitu saja, suami yang selama ini ia anggap setia dan penuh kehangatan, ternyata dibalik itu semua menyimpan sebuah dusta yang tak bisa terlupakan.
Sena mencoba memberanikan diri, melangkah lebih maju, meskipun air mata sudah membasahi pipinya, pernyataan suaminya ini membuat dunianya hancur seketika.
"Aku pasti akan menikahi mu, asal anak yang kau kandung itu laki-laki, karena selama ini istriku tidak bisa memberikanku anak laki-laki," imbuh Dirga kembali. Membuat hari wanita dibelakangnya semakin teriris.
"Anak laki ... laki....," sahut Sena dengan nada yang bergetar.
Seketika Dirga menengok ke belakang dengan perasaan yang terkejut, ia tidak pernah menyangka kalau istrinya dadi tadi ada dibelakangnya. "Sena ... ke-kenapa kau ada di sini!" ucapnya dengan nada sedikit gugup.
"Kenapa ... kau bilang kenapa? Aku di sini karena anakmu!" teriak Sena.
Dirga segera menghampiri membekap mulut Sena, karena dia tidak ingin menimbulkan kericuhan di tempat umum seperti ini. "Sena aku mohon ... tenang jangan kau buat kericuhan di sini Sayang," ucap Dirga.
Tawa Sena kecil, getir penuh dengan luka. "Kau bilang Sayang, kepadaku, setelah kau memanggil wanita lain dengan sebutan yang sama, bahkan aku tidak tahu sendiri setelah ini apa pantas hubungan kita dibilang suci?"
Sena menatap Dirga dengan tatapan penuh luka, sementara Dirga merasa terancam dan malu, karena sebagian pengunjung mulai memperhatikan keberadaannya.
"Sena ini tidak seperti yang kau pikir, kalau salah dengan Sayang."
"Plaaaaak ....," seketika tamparan keras melayang ke pipi Dirga.
Semua mata tertuju pada kedua orang itu, sementara Sena sudah sampai di puncak kemarahannya. "Kau pikir aku bodoh Mas, aku mendengar semua perbincangan kamu dengan wanita itu!" teriak Sena semakin menjadi.
"Dan Kau ... aku tahu kamu selama ini bekerja di kantor suamiku, ternyata ini tujuanmu wanita bangsat! Jika memang suamiku ini menggodamu, kalau kau punya kehormatan ya tolak!" gertak Sena.
Sementara wanita yang bernama Ika itu hanya menunduk wajahnya pucat karena menjadi sorotan pengunjung restaurant, namun di dalam hatinya menyimpan bara.
Seketika tatapannya mendongak penuh dengan ketidak terimaan, karena mulut pedas dari pengunjung yang mulai merendahkannya. "Aku sudah menolak namun suamimu yang terus memaksa, jadi kesalahan tidak di aku saja, seharusnya kau juga tahu diri, kenapa suamimu sampai berpaling."
"He! Bangsat, kau menyuruh ku untuk intropeksi diri? Apa gak salah, seharusnya kata-kata itu ditunjukkan untuk dirimu sendiri, yang modal selakangan dihadapan pria beristri!" cetus Sena.
"Rupanya kau tidak sadar juga ya, bukannya kau tadi mendengar sendiri, suamimu menginginkan anak laki-laki dan anak yang aku kandung ini berjenis kelamin laki-laki, jadi siap-siap saja kau ditendang," sahut Ika dengan nada ejekan.
Sena merasa tersulut amarahnya langkahnya mulai mendekat tanpa pikir panjang tangannya mulai menjambak rambut Ika dengan cukup keras sampai-sampai wanita itu berteriak. "Auuuu sakit ... Mas Dirga tolong aku!" teriak Ika seolah lemah dihadapan Dirga.
"Kau berani menghinaku, berati kau sudah berani menanggung resikonya!" desis Sena.
"Sena cukup!" bentak Dirga.
Sena menatap pria itu tanpa melepas tarikannya. "Jika kau melihat gundikmu ini kesakitan seperti ini, maka ketahuilah rasa sakit dihatiku melebihi dari ini," ucap Sena dengan tegas.
"Lepas Sena itu anak orang!" teriak Dirga lagi.
"Jika dia anak orang, lalu aku apa? Kau anggap aku apa, kau hancurkan hatiku kau hancurkan kehormatanku dihadapan wanita lain, apa itu tidak sadis, lalu aku membalas rasa sakit hatiku ini, kau anggap kesalahan, egois banget kalian berdua," sahut Seba sambil terus menarik dengan kuat, Tampa peduli teriakan dari Ika.
Dirga tidak bisa berkutik, namun di sisi lain amarahnya mulai tersulut juga karena banyak pengunjung. "Sena tolong lepaskan dia sedang mengandung anak laki-laki ku anak yang selama ini tidak bisa kau berikan terhadapku."
Deg!!!!
Seketika tubuh Sena bergetar, ia tidak akan pernah menyangka jika sang suami akan berbicara itu dihadapan gundik dan semua orang, tanpa mereka sadari. Sedari tadi anak kecil berusia 8 tahun itu menyaksikan sendiri pertengkaran kedua orang tuanya.
"Papa ....," panggilnya dengan penuh luka.
Bersambung .....
Assalamualaikum Kakak ... Selamat pagi aku datang lagi dengan cerita baruku, semoga saja kalian suka ya.
janji "aja tuh