NovelToon NovelToon
Kolor Sakti

Kolor Sakti

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:35.2k
Nilai: 5
Nama Author: aiza041221

Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Suparman terbangun dengan penuh semangat, melompat dari ranjang dan bergegas menuju pintu depan. Saat ia membuka pintu, sosok wanita dengan hoodie hitam menerobos masuk. Suparman segera memastikan tidak ada siapa pun di sekitar sebelum ia menutup pintu dengan cepat.

Mereka berdua berjalan ke arah sofa dimana wanita itu mulai membuka hoodienya. Dia begitu terkejut saat Mona mulai melepaskan semua yang dia kenakan dan berbaring di sofa sambil menatapnya dengan mata yang menggoda.

Suparman hanya menelan ludah melihat pemandangan indah di hadapannya, kejutan dan kegugupan terlihat jelas di wajahnya saat dia memperhatikan Mona yang berbaring dengan santainya.

" Kamu kenapa malam-malam begini datang kemari? Ini sudah jam dua belas malam lebih loh." tanya Suparman sambil duduk di atas sofa.

" Maaf Man, tadi Sarmin mengatakan kalau besok malam dia mau melamarku, jadi karena hal itulah aku datang kemari. Aku ingin kamu mencangkul sawahku terlebih dahulu, sebelum aku menerima lamaran Sarmin." balas Mona sambil bangkit dan berpindah ke pangkuan Suparman.

" Aku tidak menyangka kalau Sarmin begitu bersemangat untuk melamarmu, hingga dia tidak sabar untuk menunggu empat hari lagi." sahut Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Sudah jangan bahas tentang itu terlebih dahulu, lebih baik sekarang kamu nikmati buah semangka milikku saja." ujar Mona sambil mendekatkan buah semangka miliknya ke mulut Suparman.

Suparman yang langsung paham dengan maksud dari Mona, tanpa membuang waktu langsung menikmati buah semangka yang mona sediakan untuknya.

Mona begitu senang melihat Suparman begitu menikmati buah semangka miliknya, dengan penuh kasih dia lalu mengusap rambut Suparman yang sedikit panjang, sembari ia mengeluarkan suara suara merdunya dengan perlahan.

" Man, bagaian mana kalau kita sembilan enam. Aku juga ingin merawat cangkul milikmu." bisik Mona dengan suara bergetar.

Suparman yang mendengar permintaan dari Mona, segera menghentikan kegiatannya menikmati buah semangka milik Mona, lalu dia bangkit dan melepaskan semua yang dia kenakan.

" Kita ke dalam saja, biar lebih nyaman." tawa Suparman sambil menggandeng tangan Mona menuju kamarnya.

" Woooowwww, sepertinya semua perabotan dirumahmu baru semua ya Man?" seru Mona sambil melemparkan tubuhnya ke atas ranjang baru milik Suparman.

" Hehehehe, seperti yang kamu lihat. Aku merasa perabotan dirumahku memang sudah waktunya diganti, jadi aku membelinya tadi siang. Lagian aku juga ingin menikmati hidupku yang sekarang." balas Suparman dengan santai sambil berbaring di samping Mona.

" Kamu benar Man? Hidup sekali memang harus dinikmati." sahut Mona sambil bergerak mengambil posisi sembilan enam.

Suparman dan Mona saling bertatapan penuh gelora, tiap gerak merefleksikan keinginan yang membara. Suparman, dengan lincahnya, mulai mengelilingi sawah Mona dengan tangkasnya tarian lidah.

Mona, tak mau kalah, menanggapi dengan cekatan, membalas setiap gerak Suparman dengan mengolah cangkulnya dengan semangat yang tak kalah hebat. Permainan mereka semakin sengit, tiap gerak adalah pertarungan antara teknik dan keahlian. Berkali-kali mereka hampir mencapai puncak, namun saling tahan untuk memperpanjang kenikmatan duel mereka. Namun, setelah berlomba dalam ritme yang semakin meningkat, Mona mulai kehilangan kendali.

" Man, aku mau keluar..!" ucap Mona dengan napas tersengal-sengal, tanda ia hampir sampai di puncak kebahagiaan.

Suparman, mendengar perkataan Mona, langsung mengintensifkan gerakannya, berusaha membawa mereka berdua ke surga yang telah lama mereka idamkan.

Dengan gerakan final yang penuh semangat, mereka berdua terlepas dalam ekstasi, membiarkan kebahagiaan itu mengalir bebas.

" Hufffftttt, kamu semakin ahli saja Man? bahkan aku sudah sampai tujuan hanya dengan teknik tarian lidah milikmu." ucap Mona dengan senyum manisnya.

" Hehehehe, kamu juga semakin ahli Mon? Apa kita akan melanjutkan perjalanan kita sekarang? Atau kamu ingin beristirahat terlebih dahulu." balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Kita lanjutkan saja, tidak enak rasanya kalau menunda terlalu lama, kali ini biarkan aku terlebih dahulu yang memimpin pertarungan kita." balas Mona sambil bersiap dengan posisi barunya.

Mona dengan perlahan mulai memasukan cangkul milik Suparman yang besar dan panjang serta sedikit bengkok kedalam sawahnya. Setelah beberapa saat, cangkul tersebut sudah siap sepenuhnya untuk mencangkul sawah.

Dengan semangat yang membara, Mona mulai bergoyang tipis-tipis, menikmati alunan musik dangdut koplo yang diputar Suparman dari ponselnya. Dia bergoyang naik turun, maju mundur, ke kanan dan ke kiri, sambil sesekali mengeluarkan suara fals.

" Man, biar lebih enak, kamu duduk sambil menikmati buah semangka yang kubawa," ujar Mona sambil terus bergoyang dengan heboh.

Tanpa membuang waktu, Suparman langsung mengikuti saran Mona. Setelah duduk, dia langsung melahap buah semangka segar yang disediakan Mona khusus untuknya.

Pertarungan sengit antara Suparman dan Mona terus berlanjut. Keduanya saling melancarkan serangan terbaik yang mereka miliki, tanpa ada yang mau mengalah sama sekali.

Hingga membuat seluruh bagian dari rumah Suparman pun berubah menjadi medan pertarungan yang sengit antara keduanya. Keduanya baru menyelesaikan pertarungan mereka saat ayam mulai berkokok yang menandakan pagi mulai datang.

" Malam ini benar-benar memuaskan, Man. Kamu seperti Superman dengan tenaga yang luar biasa, bahkan aku sampai berkali-kali mencapai puncak kebahagiaan." ucap Mona sambil mengenakan pakaiannya.

" Aku juga merasakan hal yang sama, Mon," balas Suparman dengan senyum manis.

" Sudah pukul empat, aku harus pulang sekarang. Semoga kita bisa seperti ini lagi," kata Mona sambil berjalan mendekati Suparman.

Suparman, yang langsung paham dengan keinginan Mona, segera memberikan apa yang diminta oleh mona. Mereka berdua langsung terlibat dalam perdebatan yang panjang, hingga Mona kehabisan nafas.

" Aku pulang dulu, Man," bisik Mona, lalu berjalan meninggalkan rumah Suparman dengan senyum lebar di wajahnya.

Setelah Mona pergi, Suparman kembali ke kamar untuk memeriksa nomor togel yang keluar dari kolor saktinya.

" Kenapa hanya dua nomor yang keluar? Biasanya tiga. Tapi tak apa, asalkan aku membelinya dalam jumlah besar, hasilnya juga akan besar," gumam Suparman sambil melihat angka 72 di tengah gambar bendera Australia pada kolor saktinya.

Setelah mencatat nomor togel di ponselnya, Suparman merebahkan tubuhnya di ranjang. Tak lama kemudian, Suparman yang kelelahan setelah melakukan pertarungan sengit bersama Mona, langsung tertidur lelap dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Suparman terbangun oleh suara pintu rumahnya yang diketuk berulang kali. Dengan mata yang masih mengantuk, ia langsung berjalan menuju pintu.

" Ada apa ini? Pagi-pagi sudah bikin ribut saja. Sarmin, kamu lagi? Bukannya kamu seharusnya sedang bekerja?" gerutu Suparman saat membuka pintu dan melihat Sarmin serta Jarot yang tampak hendak kembali menggedor pintunya.

" Selowww Man? biarkan aku masuk dan membuat kopi terlebih dahulu, kamu bangun tidur pasti ingin ngopi kan?" ucap Sarmin yang langsung nyelonong masuk kedalam rumah Suparman.

" Ada apa sih Rot? tumben kamu dan Sarmin kompak kemari?" tanya Suparman sambil duduk di teras rumahnya.

" Tidak apa-apa, Man? Kami hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Tadi aku mendengar dari temanku bahwa semalam kamu dikeroyok oleh Toni dan anak buahnya," ujar Jarot sambil menyalakan sebatang rokok.

" Ada masalah apa, Man? Kok bisa-bisanya kamu bentrok dengan anak kepala desa sebelah sampai mematahkan tangannya?" lanjut Jarot, menghisap rokoknya dalam-dalam.

Sebelum menjawab, Suparman menyalakan rokoknya sendiri. Setelah mengambil beberapa hisapan, dia mulai menjelaskan tentang kejadian semalam di mana dia dikeroyok oleh Toni dan kawan-kawannya.

" Ngopi dulu Bro..!! Biar ngobrolnya semakin santai dan tidak tegang, kalau mereka ingin memperpanjang masalah, ya tinggal kita bantai saja. Lagian aku juga tidak terlalu suka dengan Toni cs." ucap Sarmin yang datang dengan tiga buah gelas kopi panas.

" Sebenarnya, aku tak bermaksud mematahkan tangannya. Namun, dia mencoba menusukku dengan pisau lipat. Untungnya, pisau itu mengenai gesper yang kupakai. Kalau sampai terkena tubuh, aku bisa langsung tamasya ke tempat raja neraka berada." ujar Suparman sambil menyeruput kopinya dengan penuh penghayatan.

" Sudahlah, tak perlu dibahas lagi soal Bromocorah seperti mereka. Mari kita bahas hal lain. Aku punya informasi penting yang bisa menghasilkan banyak uang dan tentu akan membuat kalian tertarik, daripada hanya mengurus anak desa seperti Toni dan kawan-kawannya," lanjut Suparman dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Suparman memilih untuk mengalihkan perhatian Sarmin dan Jarot agar tidak terus membahas kejadian semalam, dia takut kedua sahabatnya terus mencecar dirinya tentang bagaimana dia bisa tidak terluka setelah terkena tusukan.

Walaupun dia sudah mengatakan bahwa pisau itu terkena gesper, namun dia tetap saja khawatir kalau kedua sahabatnya terus mencecar dirinya dan akhirnya ia keceplosan.

" Informasi apa itu Man? Kalau mengahasilkan banyak uang pasti kami tertarik, benar tidak Rot?" ujar Sarmin dengan antusias.

" Kamu benar Min, masalah Toni cs bisa kita kesampingkan terlebih dahulu kalau ada sesuatu yang menghasilkan banyak uang." sahut Jarot dengan penuh semangat.

Suparman menjelaskan secara detail informasi yang Viola berikan kepadanya tentang Robbi Saputra yang berniat untuk mengajaknya dalam perjudian bersama para tuan muda dari keluarga kelas atas. Alih-alih terkejut, Jarot dan Sarmin justru tampak sangat antusias mendengarkan penjelasannya.

" Mantap itu Man? Kamu bisa kaya mendadak jika benar-benar ikut dalam perjudian itu, karena para tuan muda dari keluarga kelas atas pasti membawa banyak modal untuk berjudi. Tetapi apa kamu sudah menerimanya undangannya secara langsung, setauku jika perjudian seperti itu harus mendapatkan undangan secara langsung." timpal Jarot dengan wajah antusias.

" Tidak perlu khawatir, undangan sebentar lagi akan datang." balas Suparman sambil melirik kearah rombongan mobil mewah yang memasuki halaman rumahnya.

1
Usmi Usmi
sakjane masalae apa sih Thor kok karyamu mandek Iki
maung luang
thor kpn updatenya kok lama banget
Elok Fauziah
Kang Othor sudah lama nggak update, nggak lupa kan? /Scream//Scream/
Abdul Ayib
lanjutanya mana
Andy Muchtarr
lambatttt thorrrr
Was pray
kolornya parman putus kah?jadi ceritanya mandek
Ahmad Yusmani: lanjut Thor.,,,semangatttt
Was pray: jadi malas baca karya othor ya kak? karena cerita gak selesai bikin gedeg karena udang kadung baca tapi menggantung
total 3 replies
Rahman Indra
keren
Usmi Usmi
jangan buat karya baru Thor yg ada aja lambat update nya tamat kan dulu yg ada biar gak ber cabang mikir nya
Yuliana Tunru
wow carol msh ting2 rupa x
Hendrik
Lagi dong
Endri ALLIKA
lanjut abangkuh
... Silent Readers
⭐⭐⭐⭐⭐
nggambleh
cerita bagus
gk aneh2 alur ceritanya
sangat logis
sangat terhibur
cuma sayang gk ada terusan nya
Yogya Sasmito
Luar biasa
Yuliana Tunru
waduh parman didekati pecsndu cangkul x..😁😁😁
Aryanti endah
Luar biasa
Yuliana Tunru
ada apa nih tiba2 bawa abah rojak ke rmh parman..
Andi Suliono
ada2 aj outhor ini masa d gigit ular dekat sawah,biasa d kaki kah atau tangan,masukkh ularnya itu heheh
Rahman Indra: hahahahahahaha
total 1 replies
maung luang
update jangan lama2 ya. mantap lanjut terusssss
maung luang
tor.. tambahin dong babnya.. dan jangan lama2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!