NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 01

...****************...

20 Tahun Yang Lalu.

"Jangan! Tolong jangan bunuh anakku!" teriakan menggema di seluruh rumah yang sudah berantakan itu. Gadis kecil di sudut ruangan hanya bisa meringkuk ketakutan dan menahan tangis. Ia tak boleh menangis.

"Kalian harus menanggung akibatnya, brengsek!"

Seorang pria sedikit tua-Ayah sang anak berlutut di hadapan pria yang memegang pistol itu begitu pula dengan ibunya.

"Maafkan kami, kami tidak akan membongkar apapun lagi. Kami minta maaf..." lirih mereka ketakutan.

"Tidak. Kalian merusak reputasiku. Siapapun yang merusak apa yang aku bangun, harus menggantinya dengan nyawa."

Gadis kecil itu—Aresya Halyna semakin gemetar. Gadis berusia 5 tahun itu menyaksikan pertengkaran hebat di rumahnya sendiri.

Tangan kecilnya menutupi mulut, menahan isakan kecilnya. Tapi air matanya tumpah juga, mengalir diam-diam membasahi pipi gembulnya.

Lantai rumah yang biasa rapi dan bersih kini penuh pecahan kaca, kursi terbalik, dan noda darah dari luka di kepala ayahnya yang sudah dipukul sebelumnya.

"Aku mohon... anak-anakku masih kecil... jangan bunuh dia..." sang ibu berseru, memeluk lengan suaminya dengan tubuh gemetar.

Namun pria tua itu tak bergeming. Matanya dingin, tak berperasaan. Ia mengarahkan pistol ke kepala sang ayah.

DOR!

Aresya menjerit dalam hati. Tubuh ayahnya langsung terhempas ke lantai, darah membasahi ubin di hadapannya. Sang ibu menangis histeris, namun tak sempat bergerak ketika suara kedua dan ketiga terdengar.

DOR!

DOR!

Sunyi.

Aresya melotot dan membeku. Dunia seperti berhenti berputar. Hanya detak jantungnya yang berdetak keras di telinga. Mayat kedua orangtuanya tergeletak tak bernyawa, hanya beberapa meter darinya. Dan.. Mayat kakak perempuan di sampingnya yang mencoba melindunginya.

Tapi ia tak berani berteriak. Tidak boleh. Ia harus tetap diam, seperti yang sering ayah katakan jika sesuatu yang buruk terjadi.

Langkah kaki bergema di dalam rumah. Berat. Perlahan. Menyusuri sisa kekacauan.

Dan saat itu, dari balik bayangan di balik tubuh pria pembunuh... muncul seorang anak laki-laki. Usianya mungkin dua belas tahun. Ia berdiri tegak, tak mengatakan apa pun.

Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Matanya yang gelap menatap lurus ke arah Aresya yang meringkuk di sudut ruangan di balik vas bunga.

Mereka saling menatap.

Tak ada kata. Tak ada suara. Tapi untuk sesaat... dunia berhenti, hanya ada mereka berdua. Anak lelaki itu melangkah pelan ke samping pria bersenjata, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

Si pria menoleh, matanya menyipit menatap sudut ruangan tempat Aresya bersembunyi.

"Bawa dia." katanya dingin.

Langkah kaki lainnya terdengar, seseorang menuju ke arah gadis kecil itu. Tapi tiba-tiba—

“Biarkan. Dia tak akan ingat apa-apa.”

Itu suara anak lelaki itu. Tenang, tegas.

Pria bersenjata terdiam sejenak, lalu mengangguk.

“Kalau dia muncul di masa depan... urus dia.”

Anak lelaki itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Aresya sekali lagi. Lama. Dalam. Lalu membalikkan tubuh dan pergi bersama pria pembunuh itu, meninggalkan rumah penuh mayat dan darah di belakang mereka.

Aresya masih di sana. Tubuh kecilnya menggigil hebat. Dunia di sekitarnya runtuh, tapi satu-satunya yang tertanam kuat di dalam ingatannya…

Adalah tatapan mata anak lelaki itu.

Setelah langkah-langkah pria bersenjata dan anak lelaki itu menghilang, keheningan menyelimuti rumah yang telah hancur. Aresya, dengan tubuh mungilnya yang masih dipenuhi ketakutan, perlahan mendekati mayat yang tergeletak satu-persatu. Tangisannya pecah tanpa henti, mengguncang tubuhnya yang kerapuh.

"Papa!" teriaknya lirih namun penuh harap, meski suaranya tersedak oleh kesedihan. Di tengah kekacauan, di antara puing dan darah yang menguning, tampak sosok ayahnya. Tubuhnya terbaring, lemah namun masih bernafas, seolah berjuang mempertahankan kehidupan di ambang kematian.

Dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, ayahnya meraih tangan kecil Aresya. Wajahnya yang memucat, masih menyisakan secercah senyum, berbicara dengan tatapan yang tak mampu mengungkapkan segala derita. Dalam keheningan yang mencekam itu, ayahnya mengeluarkan secarik kertas terlipat—ditulis dengan tangan gemetar, ternoda oleh darah dan air mata.

"Jaga... kertas ini, Aresya..." bisiknya lemah, namun penuh makna, seolah ingin menyampaikan rahasia yang akan menentukan takdirnya. Pada kertas itu tertulis satu nama yang asing namun membawa beban berat:

Alexander Camaro.

Mata Aresya membesar, menatap kertas itu seolah mengharap jawaban, namun suara ayahnya semakin memudar di tengah tangisan dan desahan kesakitan. Ruangan yang penuh derita pun seakan ikut menangis bersama, malam itu menjadi saksi bisu atas kepedihan yang mendalam, terpatri pada setiap air mata yang jatuh dan setiap getaran kecil tubuh gadis kecil itu.

...****************...

20 tahun kemudian...

Langit sore menggantung lembut di atas kota, menciptakan semburat jingga keemasan di antara deretan gedung tinggi yang berdiri megah. Sebuah kafe bergaya industrial-modern dipenuhi suara tawa ringan, denting cangkir, dan aroma kopi yang menguar hangat. Di salah satu sudut dekat jendela, duduklah tiga wanita muda, tertawa ringan di tengah obrolan santai mereka.

“Gila, cowok itu bilang dia jomblo, tapi tiba-tiba muncul cewek lain di story-nya. Aku langsung kayak, ‘serius, bro?’” ujar Nadya sambil mengaduk es kopi susunya, mata berbinar penuh drama.

“Haha! Makanya jangan percaya cowok yang terlalu aktif upload selfie,” sahut Vina, menggoda.

Di tengah mereka, duduk seorang wanita dengan aura yang sedikit berbeda. Rambut hitam panjang terurai rapi, raut wajahnya cantik namun menyimpan kesan tegas. Tangannya yang ramping memegang cangkir kopi hitam panas, sesekali diangkat ke bibirnya dengan gerakan tenang. Namanya Aresya—usia 25 tahun, dengan sorot mata yang menyimpan banyak cerita.

“Eh, Aresya, kamu kok diem aja? Biasanya kamu yang paling semangat nyindir cowok-cowok red flag,” celetuk Vina sambil menyikut pelan bahunya.

Aresya tersenyum tipis. “Aku dengerin aja dulu. Kalian lagi banyak cerita lucu, aku nggak mau ganggu vibe-nya.”

“Eh, jangan gitu dong,” kata Nadya sambil memonyongkan bibir. “Kamu lagi mikirin kerjaan ya?”

Aresya menggeleng pelan, lalu memandangi gelasnya yang nyaris kosong.

“Nggak juga… cuma, kadang aku suka mikir... hidup kita sekarang tenang ya. Tapi kalian pernah nggak sih ngerasa kayak... masa lalu itu cuma nunggu waktu buat datang lagi?”

Dua temannya saling pandang sebentar, lalu tertawa pelan.

“Duh, dalem banget. Kayak quotes Twitter,” canda Vina.

Tawa kembali pecah di meja itu, namun Aresya tetap menatap kosong ke luar jendela, ke arah langit yang mulai meredup. Dalam kepalanya, nama itu masih terngiang jelas, seolah tak pernah pergi selama dua dekade.

Alexander Camaro.

Senyumnya mengendur perlahan. Dunia mungkin sudah berubah. Tapi Aresya tahu, waktunya akan tiba. Dan ketika itu terjadi, semua jawaban yang selama ini ia cari akan datang, bersamaan dengan bahaya yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.

Di sakunya, kertas tua itu masih tersimpan rapi. Lipatan-lipatannya mulai rapuh, tapi maknanya tetap utuh. Aresya menyesap sisa kopinya—pahit, hangat, dan familiar—sama seperti ingatannya.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!