NovelToon NovelToon
SANG TERPILIH

SANG TERPILIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aludra08

Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Stp 26

Margareth dan Hanna baru saja menjejakkan kakinya di rumah dengan tentengan belanjaan di tangannya, ketika mereka harus melihat pemandangan mengerikan di dalam rumahnya.

Mereka melihat ceceran darah di mana mana menodai lantai rumah. Jack tengah sibuk memangku tubuh Donna yang tak sadarkan diri, wajah wanita itu terlihat mengerikan dengan luka menganga di pipinya dan berlumuran darah. Sedangkan Ira duduk memeluk lutut di sudut ruangan sambil terus bergumam tak jelas seperti terkena gangguan mental.

"Apa yang terjadi?" Tanya Margareth dan Hanna secara bersamaan.

"Anak gila itu berulah lagi," Jawab Jack. "Aku sedang menunggu dokter.

Margareth menggeram marah, "CK anak jalang itu harus segera diberi pelajaran. Belum juga Lyn sembuh, sekarang sudah mencelakai satu pembantu lagi. Lama lama tidak akan ada orang yang mau kerja di sini!" Omelnya panjang lebar.

"Bukannya papa sudah mencari orang pintar untuk mencelakai si Hiera?" Tanya Hanna sambil bersedekap.

Baru saja Jack mau menjawab pertanyaan Hanna, sesosok makhluk mengerikan tiba tiba datang di hadapan mereka, membuat Margareth dan Hanna menjerit Histeris.

"Kalian tenanglah, makhluk ini tidak akan mencelakai kita, dia peliharaan ku pemberian dukun sakti itu". Jack menjelaskan.

Makhluk itu memandang Jack kemudian berkata dengan suara serak seperti orang asma.

"Tuanku, hamba tidak bisa membinasakan gadis itu, dia berhasil kabur. Tapi hamba pastikan dia tidak lagi bisa mendekati tuanku".

Jack mendesah kecewa, namun jika makhluk ini bisa menjaganya, masih banyak waktu untuk membinasakan anak jalang itu.

Makhluk itu perlahan berubah menjadi selarik kabut hitam, kemudian masuk ke dalam kalung batu giok milik Jack.

"Si Hiera kabur, berarti dia takut pada makhluk ini. kalian tenanglah, dia tidak akan berani masuk ke rumah ini lagi". Ucap Jack yakin, membuat anak istrinya dapat bernafas lega.

***

Hiera duduk bersila dengan kedua tangan menangkup di depan dada seolah sedang melakukan semedi. Mata gadis itu terpejam, berkonsentrasi.

Dia berusaha menarik nafas halus, namun rasa sakit yang ia rasakan pada dada kirinya membuat dia mengernyitkan dahinya. Pukulan iblis itu telah membuat dia terluka dalam. Selain itu, pukulan makhluk itu juga rupanya mengandung racun. Hiera sedang berusaha mengeluarkan racun dari dalam tubuhnya dan memulihkan dirinya.

Di depannya, Valia memperhatikan wajah Hiera yang terlihat sangat kesakitan. Dia trenyuh melihat sahabatnya itu, sampai kapan dia harus menderita, mendapat siksaan terus dari keluarganya.

Hiera memuntahkan seteguk darah berwarna hitam. Darah itu tercecer di lantai kamar kontrakan valia menghasilkan bau amis sedikit busuk. Racun telah keluar dari tubuh gadis itu.

Tubuh Hiera langsung terkulai lemah, dia membaringkan dirinya pada kasur milik Valia. Matanya terpejam dengan nafas tersengal. Keringat dingin menghiasi pelipis Gadis itu.

Tanpa banyak bertanya Valia mengambil alat pembersih, membersihkan darah sahabatnya yang tercecer di lantai. Beribu pertanyaan yang berkecamuk di benaknya dia tahan. Dia mengerti, Hiera sedang butuh ketenangan.

Selepas membersihkan lantai yang ternoda darah, Valia segera membuat segelas teh manis, kemudian meletakkannya di samping Hiera yang masih terbaring.

Aroma teh hijau segar yang membelai indera penciuman Hiera, membuat gadis itu membuka matanya. Dia kemudian bangkit untuk duduk. Melihat Valia yang sedang lekat memperhatikannya dari tadi.

Hiera mengangkat cangkir berisi teh manis itu, kemudian meminumnya seteguk. Rasa nyaman menjalar ke tenggorokannya sampai ke perutnya.

"Terimakasih Valia". Ucap gadis itu lirih sambil tersenyum ke arah Valia.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau sampai terluka dalam seperti itu? Kau berhutang penjelasan padaku! Hiera terbukalah padaku, masalah apa yang sedang kau hadapi sekarang?" Akhirnya Valia tidak tahan untuk tidak memberondong Hiera dengan pertanyaan.

"Nanya nya satu satu Napa? Kau terlihat seperti nenek cerewet saja". Ucap Hiera sambil nyengir kuda.

"Aku ini mencemaskan mu, kau malah cengengesan". Ucap Valia dengan nada sebal.

"Apa yang ingin terlebih dahulu kau dengar dariku?" Tanya Hiera.

"Semuanya! Kau tahu, sejak kau menghilang beberapa waktu lalu, aku merasa kau berubah. Aku merasa kau bukan Hiera..," Valia ragu ragu berucap dengan nada rendah. Matanya menatap sendu wajah Hiera.

Hiera menghela nafas panjang. Dia memang sangat butuh tempat untuk berkeluh kesah, berbagi sedikit beban hidupnya. Mungkin ini saatnya dia berbagi sedikit cerita pada sahabatnya itu.

"Kalau aku menceritakan sesuatu di luar nalar mu, janji kau tidak akan menertawakannya?"

"Aku janji". Valia mengacungkan jari kelingkingnya, menautkan dengan jari kelingking Hiera.

Hiera menghela nafas berat sebelum memulai ceritanya.

"Aku kan pernah bercerita padamu, suatu malam aku dibantai keluargaku, lalu dibuang ke Nefaria".

Valia menganggukkan kepala, walau dia sama sekali tidak percaya cerita itu.

Lalu mengalir lah kisah yang dialami Hiera, dari mulai terdampar di sebuah pulau, memakan buah dewa laut sampai bertemu pangeran penguasa laut gelap kemarin.

"Tugas pertamaku dari pangeran Drake adalah mencari pedang inti Samudera terdahulu sebelum mencari the ocean heart itu." Hiera memungkas ceritanya.

Hiera melihat rahang Valia terjatuh, mulutnya menganga lebar. Seekor lalat masuk ke dalam mulutnya namun keluar lagi dan hinggap di bibirnya.

Valia menepuk bibirnya untuk mengusir lalat itu.

Tatapan mata Valia memandang kasihan pada Hiera. Tangannya kemudian menyentuh kening sahabatnya itu, memastikan kalau Hiera sedang tidak demam.

"Apaan sih". Hiera menepis tangan Valia.

"Hiera aku tahu kamu sering disiksa keluargamu, apa kamu gegar otak? Atau kamu berhalusinasi?" Valia menatap tak percaya pada Hiera.

"Ck, aku tahu kamu pasti tidak akan percaya padaku". Decak Hiera sebal. Bibirnya mengerucut.

"Lagian sih kamu ngehalu ketinggian, pake ada ketemu pangeran kegelapan segala. Seperti apa rupa pangeran penguasa laut gelap itu? Monster? Gurita raksasa? Hiu gobl..."

"Dia sangat tampan". Potong Hiera. Wajahnya bersemu merah mengingat dia hampir berciuman dengan pangeran tampan itu.

Valua tidak bisa menahan tawanya, dia terkikik hingga mengeluarkan air mata.

"Jangan bilang kalau pangeran itu juga jatuh cinta padamu Hiera, cerita mu dongeng banget!". Valia mencibir sambil kembali terkikik. Kehaluan sahabatnya ini sungguh seperti anak kecil yang menggilai dongeng Cinderella.

Hiera menatap jengkel Valia. Gadis itu menggerakkan tangannya sambil memandang botol air kemasan di pojok ruangan.

Botol itu terangkat dan terlempar ke kepala Valia, membuat gadis itu terlonjak kaget. Matanya melotot tak percaya ke arah Hiera.

Hiera kembali mengangkat tangannya sambil melihat cucian yang bertumpuk, dan

"BRUKK!" Setumpuk cucian itu berpindah mengubur tubuh Valia.

"Ba.., bagaimana kau melakukannya?" Tanya Valia tak percaya.

"Apa kau percaya sekarang, bahwa aku sekarang mempunyai kekuatan seperti ini? Kalau belum, aku bisa memindahkan galon air itu ke kepalamu".

"Aku percaya! Aku percaya!" Jawab Valia cepat. Dia merasa ngeri membayangkan galon penuh air itu menimpa kepalanya.

"Wow Hiera, itu luar biasa". Ucap Valia merasa kagum.

"Kekuatan ku ini belum seberapa, jadi aku harus segera mencari pedang inti Samudera itu, supaya kekuatan dalam diriku ini meningkat".

"Jadi kapan kau akan mulai mencari pedang itu?"

"Setelah libur semester ini, aku gak mungkin kan harus meninggalkan kuliah".

"Wow sepertinya libur mu kali ini akan seru! Aku boleh ikut gak? Sepertinya berpetualang dengan mu akan mengasyikan". Valia memainkan alisnya sambil menatap jenaka wajah Hiera dengan penuh harap. "Aku bisa mengambil cuti".

Melihat wajah sahabatnya yang penuh permohonan itu Hiera hanya bisa mengedigkan bahunya pasrah.

***

Hugo sangat merindukan Hiera, gadis pemilik iris mata sebiru samudera dan bibir Semerah ceri itu telah benar benar memporak porandakan hatinya. Setelah sekian lama Hugo menutup hati, kini dia baru merasakan yang namanya Cinta.

Pesawat yang ia tumpangi sudah landing dengan sempurna. Hugo menuruni undakan tangga pesawat sambil senyum senyum sendiri.

Akhirnya setelah satu Minggu di negeri orang untuk urusan bisnis, dia pulang kembali ke kota tercinta, Tidaria. Dimana sang gadis pujaannya berada.

Sebuah mobil mewah telah siap menjemput Hugo, dia pun segera masuk. Dan mobil mewah itu pun melaju meninggalkan Bandara.

Di tengah perjalanan Hugo meminta berhenti di sebuah florist, dia turun dan membeli sebuket bunga mawar merah.

"Kita langsung ke kampus Tidaria dulu ya!" Perintah Hugo pada sopirnya.

Sopir itu pun mengangguk kemudian melajukan kendaraannya kembali.

Sementara itu di perpustakaan kampus Tidaria, Hiera sedang asyik mencari cari pada buku buku yang berderet rapi.

Dia tengah mencari cari sebuah buku mitologi. Matanya terus mencari dan membaca setiap judul buku Mitologi.

"Mitologi penguasa samudera, ah dapat. Ini dia buku yang ku cari". Gumam Hiera sambil mengambil sebuah buku bersampul biru yang cukup tebal.

Hiera membalikkan badannya dan..

"Bruuk!" Tubuh gadis itu menabrak seseorang.

"Tuan Hugo!" Pekik Hiera setelah melihat orang yang ia tabrak.

"Buku apa yang sedang kau cari sampai sampai tak menyadari kehadiran ku?" Tanya Hugo dengan senyum terkembang sempurna di wajah tampannya.

Hiera menunjukkan buku yang dia pegang.

"Hmmm, kau sangat tertarik dengan dunia mitologi rupanya."

"Kalau tak tertarik, gak mungkin masuk masuk fakultas Sastra, tuan Hugo". Ucap Hiera sambil memasang senyum.

"Baiklah ini hadiah untuk gadis penyuka mitologi". Hugo mengeluarkan buket bunga yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang punggungnya.

"Merepotkan tuan Hugo," Hiera menerima buket bunga mawar merah itu ragu ragu. Walau demikian senyum manis terkembang di wajahnya.

"Terimakasih". Hiera membungkukkan badannya.

"Hei kenapa jadi sungkan begini?" Tanya Hugo.

Hiera tidak menjawab, wajahnya bersemu merah. Dia menggigit bibir bawahnya membuat hati Hugo bergumam "biar aku bantu gigit bibirmu" sambil memandang penuh damba bibir Semerah ceri itu.

Hugo segera menepis pikiran kotornya.

"Apa kau sudah makan siang?"

Hiera menggeleng kan kepalanya.

"Kita makan yuk, dan jangan menolak loh!"

Hiera hanya bisa mengangguk sambil tersenyum.

Mereka pun melangkah beriringan keluar dari kampus menuju parkiran mobil.

"Jo,kau pulanglah naik taksi, aku akan memakai mobilnya". Ucap Hugo pada sopirnya yang setia menunggu di parkiran.

"Baik Tuan". Jo membungkuk hormat, kemudian segera berlalu dari hadapan tuannya.

Hugo membukakan pintu mobil Hiera, gadis itu pun segera masuk dan duduk manis di dalam mobil itu. Sementara Hugo memutari mobil itu, kemudian duduk di depan kemudi.

Mobil pun melaju keluar dari kampus itu.

Sementara tak jauh dari sana, Mark menatap dua insan itu dengan sorot kemarahan. Dia pun membuntuti kemana arah mobil itu pergi.

***

Hiera dan Hugo Baru saja saja keluar dari sebuah restauran mewah. Di halaman restauran Hiera kurang hati hati hingga kakinya tersandung sebuah batu dan nyaris jatuh terjerembab.

Refleks Hugo melingkarkan tangannya pada pinggang ramping milik gadis itu. Membuat tubuh gadis itu menegang dan gemetar.

Tubuh mereka begitu dekat. Dada Hiera yang sedikit kebesaran itu kini menempel pada dada bidang milik Hugo, menghasilkan letupan gairah pada diri Hugo.

Pandangan mereka saling mengunci. Hiera dapat merasakan detak jantung Hugo yang begitu cepat, pun dengan jantungnya.

Perlahan wajah Hugo mendekati wajah Hiera, matanya menatap penuh damba pada bibir Semerah ceri itu.

Hembusan nafas Hugo yang harum sungguh memabukkan, membuat tubuh Hiera lemas seketika. Hiera memejamkan matanya dengan bibir sedikit terbuka. Dan...

1
Fransiska Husun
dan tidak jadi lg karena ad penguntit
Muliati Sherina
ceritanya seru
Diyah Pamungkas Sari
hiiii....serem nya si pangeran.
Aludra08: ganteeeeng
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
kmren pas baca sm si hugo kyk ad yg kurang gt klo misal jd sm hera. apa sm pangeran ki aja?
Aludra08: Hugo ganteng loh
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
ikan laut dalam bukan?? yg ad lampu d antenanya gitu???
Aludra08: angker fish
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
liat notif lgsg gass...seruuuuu
Diyah Pamungkas Sari
seruuuuuuuuuu!!!!! ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Aludra08: terimakasih sudah mampir ya 🥰
total 1 replies
Star
Cerita nya bagus kak 😍
Aludra08: terimakasih banyak atas dukungannya 🙏☺
total 1 replies
@Risa Virgo Always Beautiful
lautan memang bikin hati adem
pєkαᴰᴼᴺᴳ
ceritanya menarik kk
Aludra08: terimakasih ya 🥰
total 1 replies
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
Aku rela begadang supaya bisa selesain baca cerita ini. Seru banget!
Aludra08: terimakasih atas dukungannya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!