Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Ancaman Viviana
FLASH BACK 4
Viviana terus memeluk Rico sambil menangis dan meminta pada sang kakak agar berhenti menghajar Rico. Satria pun geleng- geleng kepala tak habis pikir dengan sikap sang adik. Bagaimana mungkin dia tidak marah pada laki- laki yang telah menghancurkan masa depannya. Laki- laki yang sudah merenggut kesuciannya.
"Vi,,, apa yang kamu pikirkan...! Laki- laki itu sudah merusak masa depan kamu...!" Satria tak bisa membendung emosinya.
"Nggak kak...nggak...hik..hik... Mas Rico nggak salah kak... Mas Rico nggak salah...hik..hik..."
"Jangan salahkan mas Rico kak, ini bukan salah diaaaaa... Kami melakukannya dengan sadar dan mau sama mau kakkkk....Vivi mohon jangan sakiti mas Rico lagi kakkkkk... Hik..hik..."
Mendengar tangisan sang adik Satria mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian Satria memijit keningnya. Dia merasa stres sendiri dan tak habis pikir melihat sikap sang adik.
"Pulang...! Ayo pulang Vi...!" ucap Satria dengan nada dingin.
"Nggak... Vivi nggak mau pulang. Kalau Vivi pulang dan meninggalkan mas Rico di sini, pasti kakak dan anak buah kakak akan menghajar mas Rico lagi kan kak...? Vivi nggak mau itu... Vivi mau sama mas Rico... Hik...hik..." jawab Viviana terus menangis.
"Vi...! Apa sih yang ada dalam pikiran kamu...! Masa depan kamu sudah hancur...! Dan sekarang kamu malah membela laki- laki bajingan itu...!" bentak Satria.
"Tapi Viviana cinta sama dia kak...!" seru Viviana.
"Pulang...! Kakak bilang pulang sekarang...!" Satria sudah tidak bisa menahan kesabaran lagi.
Satria menarik tangan Viviana lalu menyeretnya ke kamar mandi.
"Pakai baju kamu Vi...pakai...!" Satria melempar baju Viviana.
"Vivi akan pakai baju, tapi Vivi mohon jangan sakiti mas Rico lagi kakkkk... Hik..hik..."
"Cepat pakai....!" bentak Satria.
Sambil menangis Viviana memakai bajunya.
"Cepat Vi...!" seru Satria yang menunggu di luar kamar mandi.
Setelah selesai memakai baju, Viviana keluar dari kamar mandi. Satria langsung menarik tangan sang adik.
"Ayo pulang...!"
"Nggak mau kak, Vivi nggak mau pulang...! Vivi mau mengobati mas Rico... Mas Rico terluka kak... Kasihan dia...hik..hik..." Viviana menangis seperti anak kecil.
Satria sama sekali tidak memperdulikan rengekan sang adik. Dia terus menyeret Viviana keluar dari kamar hotel dan membawanya pulang ke rumah. Karena terus menangis, Viviana pun menjadi pusat perhatian para penghuni hotel lainnya. Tak sedikit dari mereka yang mengenali Satria sebagai pengusaha kaya raya keluarga Wardhana pun berbisik- bisik membicarakannya.
"Hei lihat, itu kan Pak Satria pengusaha kaya raya keluarga Wardhana, siapa gadis muda itu...?" tanya salah satu pengunjung hotel.
"Mungkin pacarnya..."
"Ah, nggak mungkin, dengar- dengar sih dia belum punya pacar masih jomblo..."
"Lalu siapa dia...?
"Adiknya mungkin..."
"Lalu kenapa adiknya diseret begitu...? Sampai nangis gitu kasihan ih..."
"Iya ih kasihan..."
"Dengar- dengar sih adiknya kepergok mesum sama pacarnya..."
"Oh ya ampun memalukan sekali..."
Dan masih banyak lagi omongan dari para pengunjung hotel. Satria sama sekali tidak memperdulikan omongan- omongan itu, walaupun sebenarnya hatinya begitu kesal. Dia terus menyeret sang adik keluar dari hotel menuju mobilnya sementara kedua anak buahnya mengikutinya di belakang.
Sementara itu Rico masih duduk di lantai kamar hotel. Wajahnya babak belur dan terasa nyeri sekali. Satria benar- benar telah menghajarnya tanpa ampun.
Perasaan Rico menjadi tidak tenang, dia baru sadar jika gadis yang telah dia ambil kesuciannya adalah adik dari Satria Wardhana. Salah satu pengusaha terkaya di negri ini. Rico tentu saja khawatir, jika Satria akan memenjarakannya karena dia sudah berbuat kurang ajar pada adik kesayangannya.
Lalu apa yang harus Rico lakukan jika dia sampai di penjara. Dan apa pula yang harus dia katakan pada sang istri...? Dalam kecemasan dan kegundahannya Rico lalu bangun dan mengambil pakaiannya kemudian memakainya.
Rico lalu mengambil ponselnya di saku jas. Setelah menghidupkan ponselnya dia kaget melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari sang istri. Iya tentu saja Rico tidak mendengar panggilan itu karena ponselnya dalam mode silent.
Rico tahu sekarang pasti sang istri sedang mencemaskannya karena semalam dia tidak pulang dan tidak memberinya kabar . Tak ingin menambah kecemasan lagi, Rico bergegas keluar dari kamar hotel dan pulang ke rumah.
Sedangkan Sofia terus saja mondar- mandir di ruang tamu sambil sesekali melihat ke luar menunggu sang suami pulang. Semalaman dia sampai tak bisa tidur karena dibuat cemas oleh Rico yang tidak bisa dihubungi. Sofia tentu saja takut sang suami kenapa- kenapa. Hati dan perasaannya tidak tenang sejak semalam.
Tak lama kemudian Sofia melihat mobil sang suami masuk ke halaman rumah.Sofia langsung lari menghampiri sang suami yang baru turun dari mobil.
"Mas, kamu ke mana saja...?kenapa tadi malam nggak pulang dan nggak bisa dihubungi...?" tanya Sofia begitu cemas.
"Ya Alloh mas, muka kamu kenapa..." Sofia dibuat semakin panik saat melihat wajah sang suami babak belur.
Sofia segera membantu sang suami masuk ke dalam rumah. Bu Irma yang melihat kondisi sang putra tidak baik- baik saja pun begitu khawatir.
Sofia lalu mengambil air hangat dan handuk untuk mengompres wajah suami yang babak belur.
"Auw sakit sayang..."
"Maaf mas..."
"Pelan- pelan dong Sofia...! Suami kamu kesakitan itu...! " bu Irma memarahi Sofia.
"I..iya mah..." sahut Sofia.
"Rico , apa yang terjadi sama kamu nak...?" tanya bu Irma.
Tak mau mama dan istrinya tahu yang sebenarnya Rico pun mencari jawaban lain. Dia mengatakan pada kedua wanita di depannya bahwa dirinya tadi malam tidak pulang dan tidak memberi kabar karena dia menolong seorang ibu yang sedang diganggu oleh preman, dia berusaha membantu ibu itu tapi dia malah dikeroyok oleh preman itu. Setelah dikeroyok Rico berdalih kembali ke hotel tempat dia rapat karena dia tidak sanggup pulang karena badannya lemas dihajar preman.
"Ya ampun mas...lain kali kalau mau menolong orang itu jangan sendirian, cari bantuan dulu..." Sofia yang percaya dengan cerita sang suami.
"Benar Rico, ngapain kamu nolongin orang kalau kamu sendiri babak belur kayak gini. Jangan diulangi, mama nggak mau ya kamu celaka lagi..." sahut bu Irma.
"Iya mah..." jawab Rico.
Sofia lalu mengantar sang suami ke kamar untuk istirahat. Sofia begitu khawatir dengan kondisi suami. Maka dari itu dia merawat sang suami dan menjaganya seharian ini. Setiap sang suami makan dia yang menyuapinya dengan sabar dan penuh kasih sayang.
Melihat ketulusan Sofia, Rico kembali dihinggapi rasa bersalah. Dia sadar telah mengkhianati istri yang begitu perhatian padanya.
"Sayang, maafin aku ya ..." ucap Rico.
"Mas, kenapa tiba- tiba minta maaf...? Kamu kan nggak punya salah..." sahut Sofia sambil mengusap pipi Rico.
"Ehm... Tapi aku sudah bikin kamu cemas semalaman, karena aku nggak pulang dan nggak kasih kamu kabar..." jawab Rico.
"Nggak papa mas, aku ngerti kok, lagi pula kan keadaan kamu yang nggak memungkinkan...." sahut Sofia.
"Mas, lain kali hati- hati ya, aku nggak mau kejadian seperti ini terulang lagi. Aku nggak mau kamu terluka seperti ini mas hik..hik..." Sofia menangis lalu memeluk Rico.
Rico memejamkan matanya karena merasa bersalah dengan sang istri.
🐓🐓🐓🐓🐓
Tiga hari berlalu Viviana terus mengurung diri di kamar. Dia kembali mogok makan dan terus menangis di dalam kamar. Iya, Satria telah menyita ponselnya agar sang adik tidak menghubungi Rico lagi. Satria begitu tidak terima dengan apa yang sudah Rico lakukan pada sang adik kesayangannya.
Sebenarnya Satria ingin sekali memberi Rico pelajaran sekali lagi dengan membuat perusahaannya bangkrut, namun tentu saja Viviana yang terus merengek dan mengancamnya akan melakukan hal- hal yang tidak diinginkan jika sang kakak kembali menyakiti Rico.
Satria pun semakin kesal dengan sikap sang adik. Dan hari ini dia kembali dibuat kesal karena Vivi minta untuk bertemu Rico.
"Kak, Vivi mohon, telpon mas Rico, Vivi mau ketemu sama dia, Vivi kangennnn... Hik..hik.." Vivi menangis seperti anak keci.
Satria menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar.
"Vi, ngapain kamu kangen sama laki- laki yang sudah menghancurkan masa depan kamu...!" Satria kesal.
"Vivi cinta sama dia kak...! Dan mas Rico juga cinta sama Vivi...! Kami saling mencintai..." seru Vivi.
"Dia nggak cinta sama kamu Vi...! Dia hanya mau memanfaatkan kamu...! Lihat kamu sekarang, kamu sudah dirusak sama dia...!" sahut Satria tak kalah kesalnya.
"Tapi dia mau tanggung jawab kak...!"
Iya, saat mereka masih di hotel setelah melakukan hubungan suami istri untuk yang kedua kalinya Rico mengatakan jika dia akan bertanggung jawab pada Vivi. Rico juga mau menikahi Vivi jika Vivi mau menjadi istri keduanya.
"Mas Rico mau tanggung jawab, tapi kakak yang sudah menghalangi hubungan Vivi dan mas Rico...! Kakak menyita ponsel Vivi dan melarang Vivi menemuinya. Kakak jahat...! Kakak memang jahat...! Hua...hua..." Vivi menangis meraung- raung seperti anak kecil.
Satria memijit keningnya karena pusing dengan sikap sang adik. Sedangkan sang mama, nyonya Merry tidak sanggup lagi untuk menasehati sang putri. Dia memilih menyerahkan semuanya pada Satria.
"Kak, tolong ijinkan Vivi ketemu mas Rico, dia akan menikahi Vivi kak..." ucap Viviana.
"Tapi dia punya istri Vi, kamu mau merusak rumah tangganya...! Hah...!" sahut Satria.
"Vivi nggak perduli kak...!"
"Kakak tidak akan mengijinkan kamu menikah dengan laki- laki br*ngs*k itu...! Dan kamu jangan berani membantah penitah kakak.... ! Mengerti kamu...! "
"Baik kalau begitu kak, kalau kakak tidak mengijinkan Vivi menemui mas Rico dan kakak tidak mau menikahkan Vivi sama mas Rico, Vivi lebih baik mati...! " seru Vivi.
Satria menatap tajam ke arah sang adik. Satria sudah muak dengan Vivi yang selalu saja mengancamnya ingin mati jika keinginannya tidak dipenuhi. Namun Satria tahu jika itu hanya sekedar ancaman saja. Vivi tidak akan berani melakukanya.
"Kamu ini bisanya hanya mengancam kakak terus Vi, silahkan, kalau kamu mau mati ya mati saja..." Satria bergegas keluar dari kamar sang adik sambil menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
Satria lalu turun ke lantai bawah dan duduk di sofa bersama sang ibu.
"Sat bagaimana adikmu...?" tanya nyonya Merry.
"Dia masih nggak mau makan mah, malah dia mengancam ingin bunuh diri kalau kita tidak menikahkannya dengan pria br*ngs*k itu..." jawab Satria.
Nyonya Merry menghela nafas, dia merasa sedih kenapa semakin beranjak dewasa, Viviana menjadi semakin susah diatur dan kekanak- kanakan.
"Sat, apa nggak sebaiknya kita nikahkan mereka saja...? Mama takut Vivi tidak akan main- main dengan ancamannya..." nyonya Merry khawatir.
"Mah, mama kan tahu laki- laki itu sudah punya istri, apa kata orang nanti jika mereka tahu Vivi, putri dari keluarga Wardhana menikahi suami orang...! Mau ditaruh di mana muka kita, Mah...?" sahut Satria.
"Tapi Sat, mama khawatir Vivi akan nekat..."
"Sudah mah, biarkan saja... Vivi kan sudah terbisa mengancam mau bunuh diri, mama tidak usah khawatir, Vivi nggak akan berani melakukan itu, itu hanya ancaman saja ..." sambung Satria.
"Aarrrhhhh....." terdengar teriakan dari salah satu pembantu keluarga Wardhana dari lantai atas, tepatnya kamar Viviana.
Satria, Nyonya Merry, dan para pelayan di rumah pun kaget dan lari menuju ke kamar Vivi. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat tubuh Vivi yang tergelatak di lantai dengan keadaan tak sadarkan diri serta pergelangan tangan yang bersimbah darah.
Iya, setelah Satria keluar dari dalam kamarnya , Vivi mengambil pisau buah di atas meja lalu menyayat pergelangan tangannya. Dia ingin membuktikan bahwa ancamannya bukanlah main- main.
"Vivi.... Ya Tuhannn..." nyonya Merry teriak histeris.
Tanpa berlama- lama lagi Satria langsung membopong tubuh sang adik dan membawanya pergi ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Vivi langsung ditangani oleh dokter. Dokter pun harus melakukan tranfusi darah karena luka di tangan Vivi cukup dalam dan Vivi kehilangan banyak darah.
"Mama bilang juga apa...! nikahkan saja mereka Sat...! Mama nggak mau Vivi kenapa- napa...hik...hik..." nyonya Merry menangis di luar ruang IGD.
"Mah, tenang mah, tenang..." ucap Satria.
"Bagaimana mama bisa tenang...! Putri mama sedang sekarat di dalam sana...! Kalau kamu tidak keras kepala dan mau menikahkan adikmu dengan laki- laki itu ,ini semua tidak akan terjadi...!" nyonya Merry marah pada Satria.
Satria memijit keningnya. Dia sudah tidak tahan lagi, akhirnya Satria pun menangis. Satria merasa tidak bisa menjaga sang adik. Iya, beberapa hari ini Vivi terus merengek minta segera dinikahkan dengan Rico, tapi Satria bersikeras tidak mau mengabulkan permintaan sang adik. Iya tentu saja Satria punya alasan sendiri.
Satria tidak mau sang adik akan menjadi omongan orang karena menikahi suami orang. Satria juga tidak yakin jika rumah tangga mereka akan bahagia jika mereka tetap memaksa ingin menikah. Tapi Satria tidak pernah menduganya jika sang adik akan nekad dan menyakiti dirinya sendiri.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD dan memberikan jika Viviana sudah melewati masa kritis dan siap untuk dipindahkan ke ruang perawatan.
Satria dan Nyonya Merry lalu menemui Viviana di kamar perawatan. Viviana masih dalam keadaan tertidur karena pengaruh obat. Nyonya Merry menangis sambil menciumi wajah sang putri. Dia merasa bersyukur karena nyawa sang putri bisa diselamatkan.
Begitu juga dengan Satria yang sedih melihat keadaan sang adik. Satria juga pastinya sangat menyesal tidak mau menuruti permintaan sang adik.
Tanpa bicara sepatah katapun, Satria keluar dari ruang rawat sang adik. Kemudian dia menelpon anak buahnya agar mempertemukan dia dengan Rico.
"Kasih tahu dia jika saya ingin menemuinya hari ini juga. Nanti saya kasih tahu di mana kami akan ketemuan..." ucap Satria bicara pada anak buahnya lewat ponselnya.
Bersambung...
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...