Takdir tak di sangka, dimana Glenna yang terjatuh ke jurang. Karena ingin menyelematkan sahabatnya Indi, yang di dorong oleh saudari angkatnya. Dipertemukan dengan Siluman Rubah Ekor Sembilan, yang mana ada masa lalu dengan leluhurnya yang seorang Miko.
Penasaran kelanjutannya??? Gassss... kita ke story
ZANDRA SEASON 7
SEMOGA KALIAN SUKAAAA❤️❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Edward Terluka
Waktu pun berlalu, hari ini adalah hari terakhir ujian.. Ekspresi wajah para murid berbeda-beda, saat keluar dari kelas. Ada yang terlihat frustasi, ada yang terlihat santai, ada yang terlihat masa bodo dan ada yang terlihat berbinar-binar. Tentunya yang berbinar-binar, adalah teman-teman sekelas Glenna.
"ALHAMDULILLAH SELESAI JUGA UJIANNYA" teriak Jaka, semua orang mengangguk dan tersenyum.
"Makasih ya Glen, karena kamu. Kami semua bisa mengerjakan ujian dengan lancar, tanpa hambatan. Meski ada beberapa soal yang melenceng, tapi ga masalah." ucap Atikah, sekretaris kelas.
"Sama-sama, itu juga berkat kalian semua. Yang mudah menyerap dan cepat memahami, apa yang gue jelasin. Kalian ada kemauan, jadi diberikan kelancaran." jawab Glenna merendah
"Lu mah terlalu merendah Glen, pokonya lu terbaik. Lu mau apa? Gue traktir sepuasnya, ini balasan buat apa yang udah lu kasih ma gue. Kalo sewa guru les juga, belum tentu gue bisa ngerti." ucap Bagas
Mendengar kata traktir, tentu saja mata Glenna berbinar.
"Serius nih? Lu mau traktir gue? Lu ga becanda kan Gas?" tanya Glenna, ia menyipitkan kedua matanya. Melihat itu, teman sekelas Glenna tertawa gemas. Sejak Glenna mengajari mereka, Glenna lebih banyak menampakkan berbagai ekspresi. Dan hal itu, tentu membuat teman-temannya semakin merasa nyaman.
"Serius, dua rius malahan. Apa mau tiga rius?" jawab Bagas
"Kalo gitu, mumpung sekarang masih siang. Gimana kalo kita ke mall, di sana masih ada bazar kuliner. Gue mau jajan sepuasnya di sana, oke ga?" Bagas mengangguk
"Hans sama Indi juga, gue traktir. Kalian kan satu kesatuan, gimana?" Itoku tersenyum kecil, sedangkan Indi tersenyum lebar.
"Boleh bangeeeeeeeeetttt, gue mau mau mau mau." jawab Indi
"Ya udah ayo, kita gass sekarang. Gue juga bakal traktir kalian, terserah mau beli apa? Tas, sepatu, baju... bebaaasss." ajak Linda, di setujui yang lainnya. Mereka juga akan mentraktir Glenna, karena merasa berterima kasih padanya. Setidaknya mereka yang sudah di tetapkan sebagai penerus, tidak akan kena omel karena nilai anjlok.
Di kelas Glenna, memang anak-anak menengah ke atas semua. Namun yang membuat Glenna mau membuka diri, adalah karena mereka tak ada yang sombong ataupun saling menjatuhkan satu sama lain. Tentunya, tanpa membuka identitas asli Glenna. Hanya Indi dan Edward saja yang tau, sampai saat ini.
"Sekalian aja, gue juga beliin keperluan yang bakal dibawa buat kita darmawisata. Kita bakal berangkat hari Rabu depan, mau kan?" Glenna mengangguk cepat, Itoku tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ternyata sekaya apapun manusia, bila mendengar kata traktir. Akan sangat bahagia dan bersemangat, Itoku terkekeh.
Membuat para siswi, yang masih ada di sekolah tersepona.
"Ya udah yuk cabut, biar sore bisa pulang." ajak yang lainnya
"Lu pada duluan aja, nanti gue nyusul. Edward lagi di kantor, ada urusan katanya." ucap Indi
"Ya udah gue temenin lu dah, takut ada culik. Kalian duluan aja, tunggu kita di Bazar." ucap Glenna
"Ok kalo gitu, lu kudu nyusul ya" jawab Bagas
"Pasti, ga mungkin gue ga nyusul. Mustahil banget rasanya, gue nolak traktiran." balas Glenna
.
.
"Edward kok lama sih In? Susul yuk" Indi mengangguk, mereka bertiga pun berjalan ke arah kantor.
Begitu sampai di sana, mereka mendengar seseorang yang sedang marah-marah dan menyebut nama Edward. Ketiganya mengerutkan dahi dan saling tatap, tanpa permisi. Glenna langsung mendorong pintu, secara kasar.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" bentak Glenna tak suka, membuat beberapa orang yang ada di sana terkejut dan langsung menoleh padanya.
Termasuk dengan Edward, yang mana posisinya sedang duduk menunduk di lantai. Belum lagi, saat tadi Glenna masuk. Ia melihat, orang yang di depan Edward tengah menunjuk-nunjuk kening Edward.
"Len" ucap Edward lirih, melihat tatap tajam Glenna
"KAMU SIAPA HAH?! MAIN MASUK AJA, GA PUNYA SOPAN SANTUN!!" bentak salah satu guru
"SAYA TANYA, APA YANG KALIAN LAKUKAN?" tanya Glenna penuh penekanan, mendadak suasana ruangan tersebut menjadi dingin.
"B-bukan urusanmu, dia." jawab guru yang membentaknya tadi, namun tatapan Glenna semakin tajam
"ED, BANGUN" ucap Glenna dingin, Edward segera bangun. Namun saat akan melangkah, ia kembali di tarik oleh guru yang tadi. Sehingga membuat Edward hilang keseimbangannya, karena ia yang tak siap tadi. Mengakibatkan Edward jatuh, dan kepalanya membentur ujung meja.
"EDWARD" teriak Indi terkejut, bukan hanya Indi. Orang-orang yang ada di sana pun, ikut terkejut. Karena gerakan guru yang menarik tangan Edward, menyebabkan kepala Edward mengeluarkan darah.
Indi berlari mendekati Edward, ia segera menolong Edward berdiri dan memapahnya mendekati Glenna.
"Bawa dia ke ruang kesehatan, biar gue yang selesein masalah di sini." titah Glenna, Indi mengangguk dan memapah Edward. Itoku yang melihat Indi kesulitan, memilih membantu Indi.
"Kamu ga papa kan aku tinggal sebentar" Glenna mengangguk
"Pergilah" jawab Glenna, tanpa menoleh
Kini hanya tinggal Glenna dan beberapa orang di sana. Glenna mengerutkan dahinya, karena di sana bukan hanya ada guru. Tapi ada orang asing, yang tidak ia kenal.
'SI*ALAN, SIAPA CEWEK INI? DIA GA BOLEH GAGALIN RENCANA GUE!! GUE SENGAJA JEBAK EDWARD, SUPAYA GUE BISA JADI PAHLAWAN. BR*NGSEK' ucap salah satu orang di sana, yang ternyata masih seusia dengan Glenna
"Jangan bilang lo...." ucap Glenna, seraya menunjuk perempuan yang mengumpat padanya dalam hati tadi
"LO JEBAK EDWARD, SUPAYA LO BISA PAKSA EDWARD PACARAN MA LO!!" tekan Glenna, skakmat
'S*AL, b-bagaimana dia tau niat gue' ucapnya dalam hati, dengan wajah terkejut
"A-apa lo bilang? J-jangan asal tuduh lo" ucap perempuan muda itu tergagap
"Apa yang membuat kalian menghakimi Edward?" tanya Glenna
"Memang apa yang akan kamu lakukan, kalo sudah tau masalahnya? Jangan ikut campur, yang bukan urusan k
"GUE NANYA, LO SEMUA JAWAB. JANGAN BANYAK BACOT!!!" bentak Glenna, yang sudah hilang respect
"KAMU
"JAWAB" potong Glenna lagi, dengan memelototi guru tersebut
GLEK
''D-Dia sudah berani mencuri kunci jawaban
"Ada bukti?" potong Glenna
"I-itu
"Gue saksinya" ucap perempuan tadi
"Kapan? Jam berapa?" tanya Glenna
"Seminggu sebelum ujian, jam 11 malam." jawabnya cepat, Glenna tersenyum smirk
"Seminggu yang lalu, terus kenapa baru kamu permasalahin sekarang? Jam 11 malam? Kamu lihat?" perempuan itu mengangguk
"Terus, kamu ngapain jam segitu ada di sekolah?" tanya Glenna
JEDEEERR
Para guru di ruangan tersebut terdiam, mereka tidak mengenal Glenna. Karena memang mereka, tak pernah mengajar ke kelas Glenna.
"I itu... aku... aku..." mata gadis itu terlihat gelisah dan bergerak tak karuan.
"JAWAB S*ALAN" bentak Glenna
"JAGA MULUTMU" bentak balik, seorang guru
"Jaga mulutmu? Lo nyuruh gue jaga mulut, tapi lo sendiri ga bisa jaga adab lo sebagai seorang guru." lawan Glenna
"Apa maksudmu?"
"Apa ada guru, yang menyuruh murid duduk berlutut di depanmu. Lalu melakukan kekerasan, sehingga membuat murid terluka."
"I-itu tidak sengaja, tadi
BRAAAKK
KYAAA
...****************...
...Happy Reading All...