Pasutri Bobrok

Pasutri Bobrok

Perjodohan

"Raja!" teriak Chilla, suaranya menggema di sekitar parkiran. Beberapa siswa lain yang ada di sana sempat menoleh ke arahnya, tapi Chilla tidak peduli. Fokusnya hanya pada satu orang. Raja Mahespati, seseorang yang selama ini Chilla kejar-kejar.

Raja berhenti dan menoleh malas ke arah suara itu. "Apa lagi sih?" tanyanya, suaranya dingin seperti biasa.

Chilla mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Setelah merasa cukup tenang, ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan dari ibunya. "Ini serius nggak sih?" tanyanya dengan nada panik.

Raja mengerutkan kening dan melirik layar ponsel Chilla. "Apaan?"

"Ini," Chilla menunjuk pesan itu. "Beneran? Kita dijodohin? Dan bakal nikah?" tanyanya bertubi-tubi tanpa memberi Raja kesempatan menjawab.

Raja mendesah panjang, wajahnya menunjukkan kejengahan yang sangat jelas. "Lo cuma mimpi," jawabnya santai, seperti tidak peduli.

Chilla mendengus kesal. "Ih, kok gitu? Ini serius tau!"

"Karena gue nggak bakal biarin itu terjadi," ucap Raja tegas. Nada suaranya dingin, tapi tegas. Chilla tahu dia tidak main-main.

Raja kemudian melanjutkan langkahnya menuju motor, tapi Chilla buru-buru menahannya. "Ih! Mau ke mana?" tanyanya sambil menarik lengan Raja.

"Mau ketemu orang tua gue," jawab Raja datar.

"Mau ngapain?" tanya Chilla lagi, penasaran.

"Mau berhentiin rencana gila mereka, dan lo pastinya," jawab Raja dengan nada tajam.

Chilla mengangkat kedua tangannya, menunjukkan bahwa ia tidak tahu-menahu soal ini. "Gue nggak pernah rencanain ini, sumpah! Gue aja baru tahu pas Bunda kabarin gue tadi!"

Raja hanya mengangkat bahu, wajahnya penuh ketidakpedulian. "Terserah lo. Yang pasti sekarang gue mau menghentikan mereka."

Chilla panik. Ia melangkah cepat untuk menghalangi jalan Raja. "Jangan... jangan, Raja. Nggak boleh nolak!" ucapnya dengan nada memohon.

Raja menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. "Sinting! Gue nggak mau nikah sama cewek gila kayak lo," ucapnya tajam.

Kata-kata itu menusuk hati Chilla, tapi ia tidak menyerah. "Tapi... tapi gue serius! Mungkin aja ini takdir kita, Ja!" katanya penuh harap.

Raja menggeleng frustrasi. "Denger ya, Chilla. Gue nggak pernah suka sama lo. Apalagi nikah? Jangan mimpi."

Setelah mengatakan itu, Raja naik ke motornya dan pergi meninggalkan Chilla yang berdiri mematung di tempat. Air mata mulai menggenang di mata Chilla, tapi ia menahannya. Bagaimanapun, ini adalah peluang yang sudah ia tunggu-tunggu selama ini. Ia tidak akan membiarkan Raja menghentikan perjodohan mereka begitu saja.

"Kalau dia nggak mau, gue yang bakal meyakinkan orang tua kami," gumam Chilla dengan tekad bulat. "Cinta gue nggak akan kalah semudah ini."

*****

Raja memasuki rumah dengan langkah cepat. Raut wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang sangat jelas. Di ruang tamu, telah berkumpul Mama Cantika dan Papa Arthur, orang tua Raja, serta Ayah Bumi dan Bunda Mila, orang tua Chilla. Kehadiran mereka membuat suasana semakin tegang.

"Ma, Pa, aku nggak mau nikah sama cewek itu," ujar Raja dengan suara tegas sambil menunjuk Chilla, yang duduk tenang di sofa. Wajahnya mencerminkan tekad untuk menolak perjodohan ini.

Namun, Papa Arthur hanya menggelengkan kepala. "Keputusan ini tidak bisa diganggu gugat, Raja. Kamu dan Chilla akan menikah secepatnya," ucapnya dengan nada yang tidak terbantahkan.

Raja mendesah keras, matanya menatap tajam ke arah ayahnya, namun tidak ada celah untuk berdiskusi. Ia merasa seperti burung yang terperangkap dalam sangkar. Di sisi lain, Mama Cantika mengarahkan pandangannya ke Chilla, yang terlihat lebih tenang meskipun situasinya penuh tekanan.

"Kamu juga mau menolak perjodohan ini, Chilla?" tanya Mama Cantika lembut, mencoba memahami posisi calon menantunya.

Chilla, yang sejak tadi berusaha menjaga wajah dramatis, segera menggeleng pelan. "Nggak, Tante. Mana mungkin aku membantah keputusan orang tua aku? Aku sayang banget sama mereka, jadi aku nggak bisa menolak permintaan Ayah dan Bunda," jawabnya dengan suara sedikit bergetar, seolah-olah sedang menahan emosi.

Di dalam hati, Chilla justru melonjak kegirangan. Nikah sama Raja? Ini impian terbesar dalam hidupku! pikirnya, meskipun ia berusaha keras menyembunyikan perasaan senangnya di depan semua orang.

Raja memalingkan wajah, menatap ke arah lain dengan ekspresi putus asa. Dapat cewek sinting, hidup gue pasti bakal ikutan sinting kalau nikah sama dia, gerutunya dalam hati.

Sementara itu, Papa Arthur melanjutkan dengan nada tegas, seolah-olah tidak ingin memberi ruang bagi Raja untuk bernegosiasi. "Raja, kami sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang. Kamu mungkin masih sekolah, tapi itu bukan masalah. Papa adalah salah satu donatur utama di sekolahmu. Jadi, meskipun kamu sudah menikah, sekolah tidak akan mengeluarkanmu."

"Ma, Pa, aku masih muda! Aku masih mau fokus sekolah dulu," protes Raja lagi, mencoba mencari celah untuk membatalkan rencana ini.

Namun, Papa Arthur hanya tersenyum tipis. "Usiamu sudah cukup, Raja. Menikah tidak akan menghalangi pendidikanmu. Justru ini kesempatan bagus untuk belajar tanggung jawab."

Raja menggeram pelan, merasa semua argumennya tidak digubris. Ia melirik ke arah Chilla yang masih duduk dengan sikap seolah pasrah. Gadis itu tampak tenang, tapi Raja tahu, di balik wajah itu, pasti ada niat tersembunyi. Dia pasti bahagia banget dengan ini semua, pikirnya dengan kesal.

"Ma, tolong pikirkan lagi," bujuk Raja, kali ini mencoba meminta belas kasih dari ibunya.

Namun, Mama Cantika menggeleng pelan. "Raja, ini sudah keputusan bersama. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."

Raja mendesah keras. Ia merasa tidak ada gunanya lagi berbicara. Semua sudah diputuskan. Sementara itu, Ayah Bumi dan Bunda Mila hanya tersenyum kecil, merasa lega karena putri mereka akhirnya mendapatkan pria yang ia idamkan.

"Chilla, apa kamu benar-benar siap menikah di usia muda seperti ini?" tanya Bunda Mila, mencoba memastikan.

Chilla mengangguk mantap. "Aku siap, Bunda. Kalau ini memang jalan terbaik yang dipilihkan untukku, aku akan menjalaninya dengan sebaik mungkin."

Jawaban itu membuat Ayah Bumi tersenyum bangga. Namun, di sisi lain, Raja semakin merasa terpojok. Ia tahu bahwa semua ini bukan hanya tentang keluarganya, tapi juga keluarga Chilla. Dan ia sadar, melawan keputusan ini sama saja dengan melawan semua orang di ruangan itu.

Raja akhirnya bangkit dari duduknya dengan wajah masam. "Baiklah, terserah kalian. Tapi jangan harap aku akan menjalani pernikahan ini dengan senang hati," ucapnya sebelum melangkah keluar.

Chilla hanya tersenyum kecil, menatap punggung Raja yang menjauh. Dalam hatinya, ia bertekad untuk membuat Raja menerima dirinya suatu hari nanti. Suka atau tidak, Raja, kita sudah ditakdirkan bersama. Dan aku akan memastikan kamu melihatku lebih dari sekadar cewek gila.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!