Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.
Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Dirga sampai melompat beberapa tindak ke belakang saking terkejutnya. Sosok naga yang tadi dilihatnya tidak terlalu besar ketika melayang di udara, ternyata memiliki ukuran tubuh yang begitu besar, seukuran 3 kali gajah dewasa besarnya.
Pemuda tampan itu hanya bisa terpaku. Kedua lututnya bergetar hebat, terutama ketika melihat kedua mata makhluk di depannya itu menatapnya tajam. Benar-benar penampakan yang sama persis dengan apa yang dilihatnya waktu itu.
Naga besar itu menggeliatkan kepalanya beberapa kali seraya bersuara cukup keras, seolah menunjukkan kegeramannya. Kedua bola matanya yang berwarna merah, tak berpaling sedikitpun dari sosok manusia yang berada di hadapannya.
Tidak tahu harus berbuat apa, Dirga hanya diam mematung. Begitu juga dengan Naga tersebut yang tidak juga berbuat apapun. Mereka hanya saling berpandangan untuk beberapa saat lamanya.
Tak kunjung mendapatkan kepastian, Dirga memutuskan untuk berbicara, meski dia belum tahu apakah Naga itu bisa mengerti bahasanya atau tidak.
"Mohon maaf ... Aku tidak berniat buruk sedikitpun. Kedatanganku ke sini karena melihat cahaya merah terang itu dari kejauhan."
Naga itu hanya menggeram pelan sambil menggerak-gerakkan kepalanya. Dirga sendiri tidak paham apa maksud Naga tersebut.
"Mengenai pedang itu, aku tidak berniat memiliki apa yang bukan menjadi hakku. Biarlah pedang itu tetap menancap di situ selamanya. Kalau boleh, aku mohon undur diri," ucap Dirga.
Tanpa menunggu jawaban Naga tersebut, Dirga membalikkan badannya untuk kembali ke tempatnya berlatih. Tapi baru 4 langkah dia berjalan, tiba-tiba seuntai suara terdengar di telinganya.
"Berhenti, Anak muda!"
Bola mata Dirga membelalak lebar. Dia tidak pernah mengira jika Naga itu bisa bersuara.
Matanya kemudian terpejam sambil menelan ludahnya. Ada perasaan takut menjalar di dalam pikirannya. Jikalaupun dipaksa bertarung, dia tidak mungkin bisa mengalahkan Naga sebesar itu. Belum lagi energi yang terpancar dari makhluk tersebut begitu besar.
"Kembalilah, Anak muda!" Suara itu terdengar lagi.
Dirga menghela napas berat. Dia perlu mengumpulkan keberaniannya untuk membalikkan tubuhnya.Setelah merasa mentalnya cukup kuat, pemuda tampan itupun memberanikan diri membalikkan badannya.
Perbedaan terlihat jelas dalam pandangannya.
Sorot mata merah Naga tersebut tidak terlihat lagi dan berganti warna biru yang menyejukkan.
"Ada yang perlu aku tanyakan kepadamu,Anak muda," ucap Naga besar tersebut.
Dirga menggangguk pelan. "Silahkan, mau bertanya apa?"
"Kenapa kau bisa memiliki unsur alam dari duniaku? Siapa kau sebenarnya?"
"Aku tidak tahu apa maksudmu," jawab Dirga. Dia memang tidak tahu jika di dalam tubuhnya ada unsur alam dari dunia Naga yang tanpa sengaja terserap masuk ke dalam tubuhnya.
"Jangan berbohong!" Suara berat Naga tersebut membentak kuat. Hembusan udara yang keluar dari mulutnya bahkan membuat tubuh Dirga sampai bergetar. Kedua bola matanya yang lebar kembali merah menyala.
"Mana berani aku berbohong padamu. Aku memang tidak tahu apa maksudmu." Dirga menelan ludahnya.
Naga itu diam menatap Dirga begitu lekat.
Kedua bola matanya berangsur kembali seperti semula. Dia tidak melihat ada sedikitpun kebohongan ditunjukkan raut wajah pemuda di depannya itu. Apa mungkin pemuda itu yang sudah membuat dunia Naga mengalami kehebohan, hingga membuatnya terlempar ke dunia manusia, pikirnya.
"Apa sebenarnya yang kemarin kau lakukan?"
Dirga mulai mengerti maksud pertanyaan Naga besar itu. Tapi apa mungkin gara-gara dia sehingga Naga besar itu sampai tertarik masuk ke Bumi?Secara perlahan, Dirga mulai menjelaskan kepada Naga besar itu apa yang kemarin dia lakukan. Dan dia juga meminta maaf jika apa yang dia lakukan sudah membuat Naga besar itu terganggu.
"Ada yang perlu aku jelaskan kepadamu, Anak muda ... Kau tidak hanya membuatku terserap masuk ke duniamu, tapi kau juga sudah membuat kehebohan di dunia Naga. Selubung yang menutupi dunia Naga sampai bocor karena ulahmu," kata Naga besar tersebut.
"Tapi aku tidak tahu jika apa yang aku lakukan sampai membuat duniamu heboh." Dirga mencoba membela diri.
" Logikanya, apa mungkin aku yang baru belajar
ilmu kanuragan bisa menembus duniamu?
Jangankan menembusnya, mengetahui jika ada dunia Naga saja aku tidak tahu, lalu bagaimana kau bisa menyalahkanku?" sambungnya.
Karena bantahan yang dilakukannya, Naga besar itu memandang Dirga dengan sedikit kesal. Tapi dia juga menyadari jika kebocoran di dunianya bukan sepenuhnya kesalahan pemuda itu.
"Aku akui jika itu bukan sepenuhnya kesalahanmu, Anak muda." Naga besar itu diam tak bersuara lagi. Dia berpikir jika pemuda di depannya itu sampai bisa membuat heboh dunianya, berarti ada sesuatu yang istimewa di dalam tubuhnya.
"Kalau pembicaraan ini sudah selesai, aku mohon pamit. Aku harus beristirahat karena besok mesti berlatih lagi," ucap Dirga.
"Kau boleh pergi!" Naga besar itu mengangguk dan kemudian menghilang masuk ke dalam bilah pedang yang menancap kuat di sebuah batu.
Seiring dengan menghilangnya Naga besar tersebut, Sinar terang kemerahan yang memancar keluar dari bilah pedang itupun turut menghilang.
Dirga berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan lega. Tapi di dalam pikirannya berkecamuk berbagai pertanyaan terkait Naga besar dan bilah pedang yang ditemuinya.
Bertanya kepada Sarwana mungkin salah satu opsi yang akan dilakukannya. Tapi bukankah Sarwana sendiri tidak mengetahui pasti tentang adakah dunia Naga atau tidak.
Diam. Itulah keputusan yang diambilnya. Dia tidak akan berbicara kepada siapapun terkait Naga yang baru saja ditemuinya. Yang dikuatirkannya, bisa orang lain akan menganggapnya gila jika sampai dia membuka rahasia tersebut. Biarlah rahasia itu tertanam di dalam pikirannya.
Sesampainya di tempatnya berlatih, Dirga kembali merebahkan tubuhnya di atas batu hitam. Rasa kantuk yang masih gencar menyerangnya, membuat kedua kelopak matanya dengan cepat terpejam dan membawa kesadarannya menghilang.
Begitu cepat malam berlalu. Pagi yang hangat tersinari sinar sang Surya menyapa Bumi, membangunkan Dirga dari tidurnya.
Pemuda tampan itu meregangkan kedua tangannya, dan berolah raga ringan untuk melemaskan urat-uratnya.
Tak berselang lama, Sarwana datang mengunjunginya sambil membawakannya buah-buahan. Tidak lupa lumut Tundra juga termasuk di dalam barang bawaan kera besar penguasa jurang Panguripan tersebut.
"Sebaiknya kau isi perutmu itu sebelum kembali berlatih, Dirga. Ini aku bawakan buah-buahan untukmu," kata Sarwana, seraya meletakkan buah dan lumut Tundra di atas sebuah batu.
"Baiklah." Dirga menjawab tanpa menghentikan gerakannya.
"Kalau begitu aku kembali dulu, Dirga. Aku mendapat laporan dari rakyatku yang tadi kutugaskan mencari buah, katanya ada begitu banyak orang yang memasuki hutan. Aku kuatir mereka memasuki jurang Panguripan, jadi aku harus berjaga-jaga."
Dirga menghentikan gerakannya dan memandang Sarwana. "Tidak biasanya ada banyak orang yang memasuki hutan.
Sebenarnya apa yang mereka cari?"
"Entahlah. Aku masih menunggu laporan dari rakyatku tentang tujuan orang-orang itu," jawab Sarwana. Seusai berkata, dia melesat pergi meninggalkan Dirga.
Selepas mengisi perutnya, Dirga pun memulai pelatihannya. Tanpa dia sadari, sepasang mata mengawasinya tajam dari kejauhan.