Full Remake, New Edition 🔥🔥
Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.
Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.
Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.
Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.
Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?
Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.
Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Tenzo Vs Diomas
Di Hutan Harden
Begitu Ramez menghilang di balik pepohonan, Tenzo berbalik perlahan. Matanya tajam, menelusuri batang-batang pohon yang menjulang di sekelilingnya. Ada sesuatu yang berbeda di udara—sesuatu yang tidak beres.
Ia menghela napas, lalu berbicara dengan nada datar namun tajam, seperti mata pedang yang baru diasah.
"Baiklah, cukup sudah bermain petak umpetnya. Keluar lah kalian," ucapnya dengan nada datar namun tegas.
Sejenak, hutan masih sunyi. Angin berdesir di antara dedaunan, menyisakan ketegangan yang menggantung di udara. Lalu, dari balik pepohonan, muncul beberapa sosok yang bergerak perlahan, bayangan mereka semakin jelas. Lima orang kini berdiri berhadapan dengan Tenzo, masing-masing dengan ekspresi yang menyiratkan niat buruk.
Salah satu dari mereka tertawa—suara kasar yang dipenuhi ejekan. "Hahaha... Lumayan juga instingmu. Seharusnya kami bisa membunuhmu diam-diam, tapi karena kamu sudah sadar, kurasa tidak ada gunanya lagi menyelinap."
Orang yang berbicara itu adalah Diomas, seorang petualang peringkat A. Seorang Half-Beast Serigala, pria bertubuh kekar dengan sorot mata liar yang sudah dikenali Tenzo sejak insiden di Serikat.
Tenzo hanya tersenyum kecil, tak menunjukkan ketakutan sedikit pun. "Sia-sia saja usaha kalian. Aku sudah menyadari niat kalian sejak keluar dari Serikat. Kalau memang ingin menyerang, seharusnya kalian lebih halus dalam menyembunyikan niat membunuh itu."
Wajah Diomas sedikit menegang, tapi ia dengan cepat mengabaikan ketidaknyamanan itu dan tertawa lagi, lebih keras. "Omong kosong! Aku ada di sini untuk membalas dendam. Kamu mempermalukanku di depan semua orang, dan aku tidak bisa menerimanya!"
Tenzo menghela napas, lalu mengangguk pelan. "Ah… yang waktu itu, ya? Kalau tidak salah, itu karena kamu merundung temanku, Ramez, di depan mataku."
Diomas menyipitkan mata. "Merundung?"
Sejurus kemudian, dia tertawa lagi—tapi kali ini tawanya lebih menekan. "Dengar baik-baik. Orang sepertinya memang pantas dirundung."
Mata Tenzo sedikit menyipit, ekspresinya berubah lebih serius. "Oh? Dan kenapa begitu?"
Diomas melipat tangan di dadanya, mendekat beberapa langkah. "Kau tahu dari ras apa dia berasal? Rubah Hitam."
Sejenak, Tenzo terdiam, membiarkan Diomas melanjutkan.
"Ras mereka terbagi menjadi tiga bagian. Ada ras Rubah emas, Rubah Perak, Serta Rubah Hitam."
Tidak seperti Rubah Emas atau Perak yang memiliki dewa pelindung, Rubah Hitam adalah ras yang ditinggalkan. Tidak punya pelindung, tidak punya berkah, dan selalu berakhir sebagai kaum terbuang. Mereka tidak memiliki tempat di dunia ini—jadi apa salahnya kalau aku sedikit menekan mereka? Itu hanya mempercepat mereka menerima kenyataan."
Tenzo masih diam, tapi kini ada sesuatu yang berubah dalam sorot matanya. Seakan-akan, hawa di sekelilingnya menegang dalam sekejap.
Lalu, perlahan, dia tersenyum tipis.
"Aku mengerti sekarang..."
Tatapan matanya menembus Diomas seperti bilah pedang tajam. "Jadi menurutmu, Ramez hanyalah seorang pecundang karena dia berasal dari ras lemah yang sudah terbuang?"
Diomas menyeringai. "Tepat."
Tenzo menghela napas, lalu berjalan mendekat selangkah.
"Kau tahu… Aku lebih menghargai seorang 'pecundang' yang berusaha melawan takdirnya… daripada seseorang yang terlahir memiliki bakat, tapi hanya bisa menjatuhkan yang lemah untuk merasa superior. Orang itu lebih cocok disebut sebagai pecundang."
Wajah Diomas langsung berubah merah padam.
"Kau... Apa kau baru saja menyebutku pecundang!?"
Gelombang energi sihir tiba-tiba melonjak dari tubuhnya, membuat tanah di bawahnya retak dan dedaunan di sekeliling bergetar.
"Semuanya menjauh! Pemimpin akan mengamuk!!" teriak salah satu rekannya, buru-buru melangkah mundur.
Tapi Tenzo tetap diam, hanya menatap Diomas dengan tenang.
"Sebaiknya kau hentikan sekarang. Kalau kau memaksa bertarung denganku… Kau akan menyesal."
Tapi bukannya mundur, Diomas justru semakin naik pitam.
"Menyesal? Yang ada, kau yang akan menyesal!!!"
Dalam sekejap, tubuh Diomas mulai bergetar hebat. Energi sihir hitam pekat menyelimuti tubuhnya, membuat angin di sekitarnya berputar semakin kencang. Otot-ototnya membengkak, kuku-kukunya tumbuh memanjang, dan bulu hitam tebal menutupi seluruh tubuhnya. Kedua matanya bersinar merah darah, penuh dengan insting haus darah.
Rekannya yang berada di sekitar langsung mundur lebih jauh, wajah mereka dipenuhi ketakutan.
"Dia benar-benar menggunakan teknik itu...!"
Lalu, suara lolongan panjang menggema ke seluruh penjuru hutan.
"Auuuuuuuuuuu!!!"
Tanah bergetar. Burung-burung di pepohonan beterbangan panik, meninggalkan tempat itu.
Diomas kini bukan lagi manusia biasa.
Dia telah berubah menjadi Great Werewolf, bentuk puncak dari ras Half-Beast Serigala.
Tenzo hanya mengangkat alis. "Oh? Jadi ini alasan kenapa kau begitu percaya diri. Menarik."
Suara Diomas kini lebih berat, seraknya menggetarkan udara. "Dengan teknik ini, kekuatanku meningkat berkali-kali lipat. Kecepatan, daya tahan, dan nafsu membunuhku semuanya melonjak. Sekarang, kau hanyalah mangsa kecil di hadapanku."
Tapi bukannya terlihat gentar, Tenzo justru tersenyum santai.
"Jadi kau lebih kuat... tapi tubuhmu sekarang lebih besar. Kau tau artinya itu kan?"
"kau jadi lebih mudah untuk dijadikan target?"
Diomas menggeram. "Berkatalah sesukamu! Setelah ini, kau akan terbungkam selamanya!"
Tiba-tiba, dia mengangkat tangannya ke udara. Aura gelap berkumpul di cakar raksasanya, membentuk energi tajam yang bersinar biru gelap.
"Destructive Claws!!"
Dalam sekejap, Diomas melesat dengan kecepatan luar biasa, cakarnya menghantam tanah dengan kekuatan dahsyat.
BBOOOOOMMM!!!!
Dentuman keras mengguncang seluruh hutan. Gelombang kejut menyapu pepohonan, merobek tanah, dan menciptakan kawah besar di tempat serangan itu mendarat. Debu tebal membumbung ke udara, menyelimuti pandangan.
Diomas berdiri tegap, menatap kehancuran di hadapannya.
"Hah! Aku rasa aku terlalu berlebihan untuk membunuh orang sepertimu."
Tapi saat kabut debu mulai menghilang…
Sebuah bayangan perlahan muncul dari dalamnya.
Sosok Tenzo.
Ia duduk dengan santai di atas tangan Diomas yang masih tertancap di tanah, satu kakinya bertumpu di lutut, sementara satu tangannya menggenggam gagang pedang.
Mata Tenzo menatap ke bawah, langsung ke mata Diomas.
Lalu, dengan suara tenang, ia berkata—
"Itu serangan yang lumayan… Tapi kalau hanya seperti ini, kau tidak akan bisa membunuhku."
**
Di Tempat Lain, Hutan Harden
Suara lolongan panjang menggema di seluruh hutan, menusuk hingga ke dalam tulang.
Ramez, yang sedang berlari di antara pepohonan, langsung mengencangkan langkahnya. Ia tahu dari mana suara itu berasal—dari tempat di mana Tenzo berada.
Di kedua tangannya, ia membawa dua remaja yang tadi berhasil ia selamatkan. Wajah mereka masih pucat, napas mereka tersengal, dan ketakutan jelas tergambar di mata mereka.
"Apa sebenarnya yang dilakukan orang itu? Apa dia sengaja mengirimku untuk menyelamatkan mereka, sementara dia sendiri menghadapi monster itu?"
Ramez menggertakkan giginya. Ia tahu betul bahwa Tenzo bukanlah orang ceroboh, tapi ia tidak bisa menepis perasaan tidak enak yang menyelimutinya.
Tiba-tiba, salah satu remaja yang ia bawa berbicara dengan suara gemetar.
"Kak... Kenapa kita malah menuju ke sana? Bukankah itu sumber lolongan monster yang mengerikan tadi?"
Kedua remaja itu saling bertatapan. Rasa takut jelas tergambar di wajah mereka—bukannya menjauh dari bahaya, mereka malah bergerak mendekatinya.
Ramez menoleh sekilas, kemudian berbicara dengan nada menenangkan.
"Di sana ada rekanku. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian. Dan aku juga tidak mungkin membiarkan kalian berdua tanpa perlindungan. Jadi tenang saja, aku akan memastikan kalian tetap selamat."
Meski masih ketakutan, kedua remaja itu akhirnya mengangguk pelan, mencoba mempercayai kata-kata Ramez.
Namun tiba-tiba—
BBOOOMMM!!
Sebuah dentuman hebat mengguncang hutan.
Gelombang kejut yang dihasilkan begitu kuat hingga pepohonan bergetar hebat, dedaunan rontok, dan tanah di bawah kaki mereka mulai merekah.
Ramez langsung menghentikan larinya dan menancapkan kakinya kuat-kuat ke tanah, menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Ledakan...? Apa pertarungannya sudah dimulai?"
Mata Ramez menyipit tajam.
"Aku harus cepat sampai di sana!"
Begitu tubuhnya kembali stabil, ia langsung melesat dengan kecepatan penuh, angin bergemuruh di sekelilingnya saat ia menerobos hutan.
Tak butuh waktu lama baginya untuk mencapai lokasi kejadian.
Namun, saat ia tiba—
Langkahnya terhenti seketika.
Pandangannya langsung tertuju pada sesosok monster raksasa yang berdiri tegap di tengah hamparan tanah yang kini telah tandus.
Tak ada lagi pepohonan di sana—semuanya telah hancur akibat pertarungan yang baru saja terjadi.
Tapi yang paling membuatnya terkejut adalah bentuk monster itu.
Sosok serigala raksasa berbentuk manusia, dengan tubuh kekar dipenuhi bulu hitam pekat dan mata merah menyala. Nafasnya berat, dan aura haus darah yang keluar darinya begitu pekat, membuat udara di sekelilingnya terasa menekan.
Ramez membelalakkan mata.
"Serigala itu... Sepertinya tidak asing..."
Pikiran-pikiran berkelebat di benaknya, hingga dalam satu kilatan ingatan, sebuah nama langsung muncul.
Mata Ramez melebar, wajahnya berubah drastis.
"Tunggu… Jangan-jangan serigala itu adalah Diomas!?"