Karya ini menceritakan tentang seorang karakter utama yang di reinkarnasi menjadi semut di dunia fantasy.
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HZ77, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naga yang Tertidur
Entah sudah berapa lama mereka berjalan.
Atau lebih tepatnya—entah sudah berapa lama Minotaur itu berjalan sambil membawa mereka di atas kepalanya.
Yang pasti, selama perjalanan ini, Ryzef belum sekali pun mengeluh soal makanan.
Bukan karena ia puas... tapi karena sejak pertama kali makan Mandrake, ia hanya terus memakan Mandrake.
Hari demi hari berlalu dengan pola yang sama:
Lapar → Livia menyuruh Minotaur mencabut Mandrake → Ryzef makan Mandrake sambil menahan tangis.
“...Aku mulai merasa kalau ini semacam kutukan,” gumamnya sambil mengunyah setengah hati.
Livia hanya tersenyum tipis. “Bagus, artinya kau mulai terbiasa.”
Ryzef memelototinya. “Ini bukan hal yang seharusnya dibiasakan!”
---
Setelah sekian lama, Ryzef akhirnya tak tahan dan bertanya, “Hei, kita ini mau ke mana sebenarnya?”
Livia menjawab dengan nada santai, “Lembah Reptil.”
Hanya dua kata.
Ryzef mengerjap. “Itu saja?”
Livia mengangguk.
“…Oke, definisi ‘penjelasan yang buruk’ baru saja naik level,” gumam Ryzef sambil menghela napas panjang.
Namun, beberapa jam setelahnya, mereka akhirnya bisa makan sesuatu selain Mandrake.
Livia menemukan sekelompok jamur liar yang menurutnya aman dikonsumsi.
Ryzef ragu. “Kau yakin ini aman?”
Livia hanya menatapnya dingin. “Kalau kau takut mati, kau bisa kembali makan Mandrake.”
Tanpa pikir panjang, Ryzef langsung mengambil satu dan menggigitnya.
Namun sesaat setelah itu—
Crunch…
“…Huek.”
Ryzef menahan diri agar tidak langsung memuntahkannya.
Rasanya... mengerikan.
Seperti memakan sawi mentah yang belum direbus, atau mungkin lebih buruk dari itu.
Tapi yang paling aneh adalah teksturnya.
“…Yah, setidaknya teksturnya lumayan,” katanya setengah pasrah.
Livia tersenyum tipis. “Benar, karena tekstur tidak pernah bohong.”
Ryzef memandangnya dengan ekspresi datar. “Kau benar-benar baru saja memelesetkan iklan kecap?”
Livia pura-pura tidak mendengar.
---
(lanjut story)
Setelah lama mengisi perut, mereka memutuskan untuk menyimpan sisa jamur sebagai cadangan.
Namun tiba-tiba—
DUK! DUK! DUK!
Minotaur kembali berjalan tanpa peringatan.
Sisa jamur yang baru saja mereka simpan langsung terguling dan jatuh ke jurang kecil di sisi gua.
Ryzef ingin marah, tetapi ekspresi Livia membuatnya penasaran.
Ia tampak mengendus sesuatu.
Ryzef ikut mengendus dan segera menyadari baunya.
Bau anyir.
Darah.
Bukan darah serangga, melainkan darah manusia.
Dan tampaknya Minotaur tertarik dengan bau itu.
Ryzef mulai berpikir—selama ini, ia belum pernah melihat Minotaur makan apa pun.
“…Jangan bilang dia kelaparan dan mau makan manusia?” gumamnya.
Livia hanya diam, seakan menunggu sesuatu.
---
Setelah berjalan beberapa menit, mereka akhirnya sampai di pusat bau darah tersebut.
Dan di sanalah mereka melihatnya.
Sebuah gua besar terbuka lebar di hadapan mereka.
Gua itu luas, begitu luas hingga rasanya tidak masuk akal jika berada di bawah tanah.
Tapi yang lebih mengejutkan—
Di tengah gua, ada seekor monster raksasa yang meringkuk dalam tidurnya.
Ukurannya luar biasa besar, bahkan lebih besar dari Minotaur.
Dan yang paling mengejutkan—
Dari atas gua, sinar matahari masuk melalui celah besar di langit-langit.
Ryzef menegang. “Tunggu, ini aneh... Bukankah kita seharusnya semakin turun? Kenapa ada sinar matahari di sini?”
Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh—
SRAAAAHHH!!
Raungan menggelegar mengguncang gua.
Makhluk yang tadinya tidur perlahan membuka matanya.
Mata besar berwarna ungu bersinar tajam di tengah kegelapan.
Ryzef menelan ludah.
Dan saat ia menatap ke atas kepala monster itu, ia bisa melihatnya.
Sebuah tulisan melayang di atas kepalanya, seakan menunjukkan nama dan identitasnya.
[Void Dragon]
“…Kita dalam masalah,” gumam Ryzef dengan suara bergetar.
Livia hanya menyeringai.
“Ini justru semakin menarik.”
...~𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐~...