Putra Mahkota Arthur Orion de Havencourt telah kehilangan minatnya terhadap wanita setelah mantan tunangannya menikah dengan kerajaan lain. Ratu, yang melihat putranya seperti tidak berminat menikah, memiliki ide untuk menjodohkannya dengan putri seorang duke wilayah Nightshade. Namun, duke tersebut ternyata membenci kekaisaran karena kaisar sekarang mengambil tahta kakaknya melalui kudeta.
Arthur, yang tidak menyadari hal ini, tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis yang menarik hatinya. Seraphina Elara de Nightshade, putri dari duke Alexander Victor de Nightshade, merasa terkekang dari segala aturan dan peraturan sebagai seorang wanita. Ia berminat untuk pergi ke ibukota dan hidup bebas dari keluarganya.
Ketika Seraphina bertemu dengan Arthur, seorang pria yang aneh dan menarik, hidupnya mulai berubah. Apakah cinta mereka dapat mengatasi konflik antara keluarga mereka, atau apakah kebencian dan dendam akan menghancurkan kesempatan mereka untuk bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady_Xiyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak Terduga
Di tengah perjalanan Seraphina dengan Dion bertemu Axel yang ternyata menyusulnya. Axel berjalan mendekati mereka berdua.
"Hai kalian mau pergi kemana?" tanya Axel.
"Ke ibukota ada apa."
"Apakah aku boleh ikut kamu pergi ke ibukota, nona."
Seraphina terkejut melihat Axel tiba-tiba muncul di depan mereka. Dia memandang Axel dengan sedikit curiga, tapi juga penasaran.
"Kamu... kamu menyusul kami?" tanya Seraphina dengan suara yang sedikit ragu.
Axel mengangguk dengan senyum. "Ya, aku ingin bergabung dengan kalian. Aku juga memiliki urusan di ibukota."
Dion memandang Axel dengan sedikit curiga, tapi Seraphina segera mengambil keputusan.
"Baiklah, kamu boleh ikut kami," kata Seraphina dengan senyum. "Tapi, apa urusanmu di ibukota?"
Axel tersenyum lagi. "Aku akan memberitahu kalian nanti. Mari kita berjalan bersama-sama dulu."
Seraphina dan Dion saling memandang, lalu mengangguk setuju. Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan ke ibukota bersama Axel.
Saat mereka berjalan, Seraphina tidak bisa tidak memperhatikan Axel. Dia terlihat sangat percaya diri dan memiliki aura yang kuat. Seraphina merasa penasaran tentang apa yang membuat Axel ingin bergabung dengan mereka.
"Jadi, Axel, apa yang membuat kamu ingin bergabung dengan kami?" tanya Seraphina dengan penasaran.
Axel tersenyum lagi. "Aku memiliki urusan pribadi di ibukota. Aku ingin menemui seseorang yang sangat penting bagi aku."
Dion memandang Axel dengan sedikit curiga. "Siapa itu?"
Axel tidak menjawab langsung. "Aku akan memberitahu kalian nanti. Mari kita fokus pada perjalanan kita dulu."
Seraphina dan Dion saling memandang, lalu mengangguk setuju. Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan ke ibukota bersama Axel, dengan rasa penasaran yang semakin besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Seraphina merasa penasaran tentang latar belakang Axel, tapi dia tidak ingin menekannya untuk memberikan informasi yang tidak ingin dia berikan. Dia memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.
"Baiklah, Axel," kata Seraphina dengan senyum. "Kita tidak perlu membicarakan tentang latar belakangmu. Bagaimana jika kita membicarakan tentang rencana kita di ibukota?"
Axel tersenyum lagi. "Baiklah, itu ide yang bagus," kata dia. "Apa rencana kalian di ibukota?"
Dion memandang Seraphina sebelum menjawab. "Nona Seraphina ingin kembali ke kedainya yang berada di ibukota," kata Dion.
Axel memandang mereka dengan penasaran. "Kedai? Kau mempunyai kedai bukanya seorang wanita apalagi putri seorang duke mana mungkin mempunyai kedai kecuali pedagang"
Seraphina memandang Axel dengan serius. "Memang kenapa kalau saya mempunyai kedai walaupun kedai itu milikku bersama kedua temanku," kata Seraphina. "Tapi, apa rencanamu pergi ke ibukota."
Axel mengangguk. "Baiklah, aku mengerti," kata Axel. "Maaf, kalau pertanyaanku tadi menyinggungmu?"
Seraphina tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, Axel. Aku mengerti bahwa kamu hanya ingin tahu tentang rencana kami."
Axel mengangguk dan tersenyum kembali. "Baiklah, aku senang bisa bergabung dengan kalian. Aku akan membantu kalian dalam mencapai tujuan kalian di ibukota."
Dion memandang Axel dengan sedikit curiga, tapi Seraphina segera mengambil keputusan. "Baiklah, Axel. Kami akan senang jika kamu bisa membantu kami."
Axel tersenyum lagi dan mengangguk. "Aku akan membantu kalian dengan sepenuh hati. Mari kita lanjutkan perjalanan kita ke ibukota."
Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan ke ibukota bersama Axel, dengan rasa penasaran yang semakin besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Oh ya nanti tolong panggil aku Ela jangan Seraphina." kata Seraphina.
"Loh kenapa bukannya nama kamu, nona Seraphina." ujar Axel heran.
"Aku memiliki alasan untuk itu," kata Seraphina dengan senyum. "Aku ingin menjaga identitasku sebagai putri duke tetap rahasia. Jadi, tolong panggil aku Ela saja."
Axel mengangguk. "Baiklah, aku mengerti," kata dia. "Aku akan memanggil kamu Ela dari sekarang."
Dion memandang Seraphina dengan sedikit curiga, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan ke ibukota bersama Axel, dengan rasa penasaran yang semakin besar tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Saat mereka berjalan, Axel mulai berbicara tentang dirinya sendiri. "Aku adalah seorang petualang yang telah berkeliling seluruh negeri," kata Axel. "Aku memiliki banyak pengalaman dan keterampilan yang berguna."
Seraphina memandang Axel dengan penasaran. "Apa yang membuat kamu ingin menjadi petualang?" tanya Seraphina.
Axel tersenyum. "Aku ingin melihat dunia dan menemukan petualangan yang baru," kata dia. "Aku juga ingin membantu orang lain dan membuat perbedaan di dunia."
Seraphina merasa terkesan dengan jawaban Axel. Dia mulai merasa bahwa Axel adalah orang yang baik dan dapat dipercaya.
"Aku sungguh iri denganmu andai saja aku di lahirkan sebagai laki - laki di banding perempuan." ujar Seraphina merenung.
Axel memandang Seraphina dengan penasaran. "Mengapa kamu ingin menjadi laki-laki, Ela?" tanya Axel.
Seraphina menghela napas. "Aku merasa bahwa sebagai perempuan, aku memiliki banyak keterbatasan," kata Seraphina. "Aku ingin memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang aku inginkan, tanpa harus memikirkan tentang apa yang orang lain pikirkan tentang aku."
Axel mengangguk. "Aku mengerti," kata Axel. "Tapi, kamu harus ingat bahwa menjadi perempuan juga memiliki kelebihan tersendiri. Kamu memiliki kekuatan dan kecantikan yang unik, yang tidak dimiliki oleh laki-laki."
Seraphina memandang Axel dengan terkejut. "Kamu benar," kata Seraphina. "Aku tidak pernah memikirkan tentang itu sebelumnya."
Axel tersenyum. "Aku senang bisa membantu kamu melihat hal-hal dari sudut pandang yang berbeda, Ela," kata Axel.
Dion memandang mereka berdua dengan senyum. "Aku senang melihat kamu berdua bisa berbicara dengan baik," kata Dion.
Seraphina dan Axel memandang Dion dengan senyum, dan mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan ke ibukota bersama Dion, dengan rasa persahabatan yang semakin besar di antara mereka.
Saat mereka berjalan, Axel mulai berbicara tentang rencana mereka di ibukota. "Aku memiliki beberapa kontak di ibukota yang bisa membantu kita mencapai tujuan kita," kata Axel.
Seraphina memandang Axel dengan penasaran. "Siapa kontak-kontakmu itu?" tanya Seraphina.
Axel tersenyum. "Aku memiliki beberapa teman yang bekerja di berbagai bidang, termasuk perdagangan, politik, dan militer," kata dia. "Mereka bisa membantu kita mendapatkan informasi yang kita butuhkan."
Dion memandang Axel dengan sedikit curiga. "Bagaimana kamu bisa memiliki kontak-kontak seperti itu?" tanya Dion.
Axel mengangguk. "Aku memiliki latar belakang yang unik, Dion," kata Axel. "Aku telah berkeliling seluruh negeri dan telah bertemu dengan banyak orang dari berbagai bidang. Aku telah membangun jaringan kontak yang luas dan bisa membantu kita dalam mencapai tujuan kita."
Seraphina memandang Axel dengan penasaran. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang latar belakangmu, Axel," kata Seraphina.
Axel tersenyum. "Aku akan memberitahu kamu lebih banyak tentang itu nanti, Ela," kata Axel. "Tapi untuk sekarang, mari kita fokus pada rencana kita di ibukota."
Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan ke ibukota bersama Dion, dengan rasa penasaran yang semakin besar tentang apa yang sebenarnya terjadi
...To Be Continued...
Note:
Terimakasih telah membaca cerita jangan lupa komen, kritik dan saran ya 😊 jangan lupa tinggalkan jejak😊 sayang kalian semua semoga kalian suka🥰🥰Biar saya tambah semangat membuat kelanjutan ceritanya Terimakasih love you sayang.