Arsya di paksa pulang ke rumah untuk mengasuh sang kakak,dan setelah sang kakak tiada Arsya di paksa menjadi pengganti,karena memiliki wajah yang hampir sama persis.
yang pada awalnya Arsya terpaksa pada akhirnya Arsya terbiasa hingga tanpa sadar Arsya menjadikan sang kakak setengah dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arsya
Hari dimana Rara membawa Arsya ke apartemen , memang hari itu Arsya belum tersadar, tapi bukan berarti Arsya tidak tau kalau dia sudah berpindah tempat,meski dia belum ingin membuka matanya, tapi Arsya bisa mendengar semua yang orang lain katakan.
Arsya bisa mendengar semua perkataan Aslan waktu itu, hanya saja Arsya tidak percaya, Aslan mencintai Senja dan Arsya berpikir tidak mungkin Aslan menyukai nya kecuali itu karena Senja.
Dan setalah beberapa hari berada di apartemen Rara, Arsya tersadar,benar dirinya,dan bukan Senja.
hari itu Arsya berencana untuk langsung pergi tanpa sepengetahuan Rara,tapi gagal karena keadaan nya yang belum memungkinkan dan disaat Rara berada di rumah, Arsya akan berpura-pura seperti dia belum sadar.
di saat Arsya sudah berhasil pergi dari apartemen Rara, Arsya tidak memiliki tempat tujuan, kemana dia akan melangkah apa hanya akan mengikuti kata hatinya saja,untuk menyewa kost Arsya juga tidak punya uang, langkah kaki Arsya membawanya ke tempat Aslan,meski hanya berdiri sembari melihat gedung bertingkat di depannya.
Hanya sejenak dan Arsya kembali melangkah, sekarang dia berada di cafe tempat terakhir kali dia bekerja.
Dan disinilah tempat persembunyian Arsya, dengan sosok Bimo yang menjadi pelindung nya.
"kemu kemana saja. Kenapa ngak ada kabar?"tanya Bimo menghampiri Arsya yang sudah dilihatnya dari balik dinding cafe yang transparan.
"kamu kabur dari rumah?"lanjut Bimo, karena melihat koper yang ada di tangan Arsya.
"maaf karena ngak ngabarin. Apa bos sudah memecat ku?"
"tentu saja tidak. Malahan kita khawatir karena kamu ngak ada kabar beberapa hari ini!"
"ah iya,sudah berapa lama aku tidak masuk kerja?"tanya Arsya penasaran.
"sekitaran 2 Minggu. Kamu punya masalah apa kenapa sampe bawa-bawa koper segala?"tanya Bimo seraya mengambil alih koper Arsya dan mengajak Arsya masuk ke cafe.
Arsya menceritakan masalah yang dia alami,tapi bukan permasalahan yang sebenarnya.
"apa tidak apa-apa?. Mereka pasti mengkhawatirkan mu!"
"mereka tidak akan khawatir Bim, palingan mereka hanya marah karena aku menolak perjodohan itu!"
"dan pasti mereka akan mencari ku ke sini. Boleh minta bantuan mu Bim?"lanjut Arsya karena tau Aslan akan mencarinya.
"tentu saja aku akan membantu mu. Apa kamu punya tempat tinggal?"
"aku sedang mencarinya!"
"kalau kamu mau,kamu bisa tinggal disini saja,di atas ada satu kamar,aku akan membantu mu untuk meminta izin pada bos!".
Arsya pun memutuskan untuk menerima tawaran Bimo, karena kalau dia tinggal disini bukan hanya memiliki tempat tinggal Arsya juga bisa langsung bekerja tanpa harus bolak-balik.
"tapi bagaimana kalau ketahuan Aslan!"gumam Arsya.
Baru saja merasa sedikit senang memiliki tempat tinggal, Arsya kembali teringat pada Aslan.
"kenapa?"tanya Bimo penasaran karena melihat ekspresi Arsya.
"ngak ada apa-apa kok!"
"eum,aku pikir kamu ngak suka tempatnya!"
"suka kok,orang bagus kek gini!"bantah Arsya dengan cepat, tempat ini jauh lebih cukup untuk Arsya,meski sedikit sempit dan juga tidak ada kamar mandi khusus,itu tidak apa-apa untuk Arsya,yang penting dia punya tempat tinggal untuk sekarang.
"baguslah kalau kamu suka. Aku akan turun kebawah, sebentar lagi kafe nya bakalan rame!"
"Bimo!"panggil Arsya menghentikan langkah Bimo yang hendak turun.
"bisa ngak kalau hari ini aku kerjanya di belakang aja,ngak ngurus pelanggan dan kalau ada yang nyariin aku jangan kasih tau aku disini ya, please!"mohon Arsya meski sedikit ragu.
"eum baiklah!"jawab Bimo terlihat tanpa berpikir lebih dahulu.
Arsya merasa sedikit tenang, untuk sekarang dia ingin menghindari Aslan meski tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya.
Dan benar saja belum sampe siang Aslan dan Rara datang untuk bertanya tentang dirinya,untung Bimo gercep menghentikan Vera yang hampir keceplosan.
...----------------...
waktu kian berlalu Arsya sudah terlihat begitu nyaman bekerja di cafe,tidak mencoba untuk bersembunyi lagi, meski sesekali dia melakukan itu saat melihat seseorang yang dia dikenal, seperti teman-teman Rian yang mengenal nya.
Dan Arsya juga berpikir kalau Aslan sudah tidak lagi mencarinya,walau kenyataan Aslan selalu menyempatkan waktu untuk mencari Arsya.
Mungkin karena Aslan adalah tipikal cowok yang kalau menaruh hati pada seseorang dia akan menaruh sepenuhnya,tanpa berpikir konsekuensi yang akan diterima, apalagi jika seseorang itu tidak memiliki perasaan yang sama seperti Arsya sekarang.
"Sya anterin ini ke meja paling pojok!"perintah Bimo pada Arsya yang terlihat hendak membuang sampah.
"tapi ini?"
"Taruh dulu. Vera juga lagi sibuk!"
"eum baiklah!"
Arsya melangkah menuju meja yang sedikit tertutup oleh dinding itu,tiba disana Arsya mematung, menatap lekat wajah di depannya secara bergantian.
"ini pesanan anda!"