Keyra Putri Utami adalah nama yang di sematkan oleh kedua orang tuanya, sejak usianya delapan tahun dia mengalami kebutaan karena sebuah kecelakaan yang ikut menewaskan kedua orang tuanya.
Keyra di asuh oleh Paman dan Bibi yang begitu sayang kepadanya, yang menyebabkan kedua puteri Paman dan Bibi nya cemburu kepada Keyra.
Hutang sang Paman yang di lunasi oleh sahabat Pamannya kepada seorang juragan tanah, yang menyebabkan Keyra harus berakhir menikah dengan putera sahabat dari Pamannya sebagai penebus hutang keluarga.
Entah bagaimana nasib Keyra si Gadis Buta yang hanya mengenal satu warna saja dalam hidupnya yaitu Hitam, akankah seseorang mampu mengenalkan warna lain selain Hitam kepada Keyra?
Jika kebahagiaan itu harus di jemput, kenapa harus menunggu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putribulan21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain Keyra
"kurang ajar ya, anak baru aja belagu!" sentak Mariska.
Lalu Mariska menumpahkan minuman yang ada di hadapannya ke baju Keyra, membuat baju Keyra menjadi basah.
Semua orang terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Mariska, membuat Inggit dan Irna naik pitam ingin membalas.
Namun Keyra segera menahan kedua sahabatnya, Keyra melihat sisa kuah soto di mangkuknya.
"Lo kurang ajar ya Mariska!" sentak Inggit yang hendak menampar Mariska.
"Tunggu Nggit, ini urusan gue," ucap Keyra.
Lalu di ambilnya mangkuk yang berisi kuah soto tersebut, dan Keyra guyurkan ke rambut Mariska hingga mengenai wajah dan bajunya, membuat semua orang melotot sempurna.
"Kurang ajar!"
Mariska hendak menampar pipi Keyra, namun Irna menahannya. Namun Mariska berhasil melepaskan diri, dan kembali ingin menampar Keyra.
Keyra segera menahan tangan Mariska lalu memelintirnya ke belakang, membuat Mariska menjerit kesakitan.
"Akkhhhh, lepasin gue breng*ek!" sentak Mariska.
"Jangan sekali sekali usik hidup gue, kalau lo mau hidup lo baik baik aja!" desis Keyra dengan nada suara lemah tapi menusuk.
"Jangan godain tuan Langga, dia itu calon pacar gue," jawab Mariska dengan suara terbata karena menahan sakit di lengannya.
Keyra tertawa sumbang, dia terlihat jadi sangat menakutkan di mata sahabatnya. Keyra yang biasanya terlihat polos dan lugu, berubah menjadi orang lain dalam sekejap ketika ada yang mengusiknya.
Sebenarnya karakter menakutkan Keyra itu terbentuk akibat hinaan dari Meysha dan Keysha, juga orang orang yang mencemoohnya karena Keyra buta dulu.
Dan di depan Dimas tentu Keyra tak akan berani menampilkan sisi gelap dari dirinya, namun sekarang terpaksa sisi jiwa Keyra yang lain harus dia perlihatkan demi menjaga diri dan keutuhan keluarganya.
"Percaya diri lo tinggi banget ya, ngalahin gunung Fujiyama," sinis Keyra.
"Akhhh, lepasin gue breng*ek!" sentak Mariska.
Inggit dan Irna tertawa kecil mendengar apa yang di katakan oleh Keyra, bahkan semua yang ada di kantin tersenyum meremehkan Mariska.
"Saran gue ya, jangan ngusik hidup orang kalau lo mau hidup sama karir lo mau selamat," sinis Keyra.
Mariska dan Rena melotot ke arah Keyra, bahkan Rena sudah gemetar ketakutan melihat kilat amarah di wajah Keyra.
Mereka berdua segera berlalu pergi dari hadapan Keyra, bahkan Mariska harus menanggung malu akibat ulahnya sendiri.
Semua orang menatap Mariska dan Rena dengan tatapan mencemooh, mereka yang biasanya jumawa karena merasa ada pak Roni yang akan membela mereka.
Sekarang harus tertunduk malu karena Keyra berhasil membungkam mereka berdua, namun dalam hati, Mariska akan menuntut balas karena dia merasa sakit hati.
"Rupanya ada bibit pelakor di sini," ucap Keyra pelan tanpa di sadari oleh teman temannya.
"Key lo keren banget," ucap Inggit setelah Mariska dan Rena pergi.
"Sumpah gue kaya lihat orang lain dalam diri lo Key," ucap Irna.
Keyra kembali ke mode kalemnya, lalu dia tersenyum ke arah sahabatnya, dengan wajah yang terlihat begitu manis.
"Sorry ya kalian jadi ngelihat gue marah marah barusan," ucap Keyra.
"Selama ini enggak ada yang berani labrak mereka kaya lo ngelabrak si Mariska," ucap Inggit.
Keyra menolehkan pandangannya ke arah Inggit, dia melihat raut wajah khawatir dari temannya itu. Bahkan Irna menatap dalam ke mata Keyra sambil berkata kata.
"Mereka itu keponakannya pak Roni, Key semoga pak Roni tidak melapor ke tuan Langga ya," ucap Irna.
"Gue ini istri CEO kalau kalian mau tahu, jangankan cuma pak Roni, CEO nya gue buat berlutut di hadapan gue," sombong Keyra dalam hati.
"Bukan masalah, kalian tenang aja," ucap Keyra berusaha menenangkan.
Mereka pun hendak kembali ke ruang staff divisi keuangan, namun belum sampai mereka ke ruangan tersebut Dewa sudah memanggil Keyra agar segera masuk ke ruangannya.
"Keyra ikut saya sekarang!" teriak Dewa.
Membuat Inggit dan Irna ketakutan, mereka berdua benar benar takut Keyra akan mendapat masalah.
"Key lo ngomong aja seadanya, entar kita ngomong ke mbak Lusi deh biar dia bantuin lo," ucap Irna.
Keyra tersenyum manis, lalu menenangkan dua sahabatnya yang begitu peduli padanya.
"Kalian jangan khawatirin gue, udah buruan sana masuk ruangan, gue bisa atasin ini kok percaya deh sama gue," ucap Keyra.
Inggit, Irna dan Keyra pun berpisah. Inggit dan Irna masuk ke ruangan divisi keuangan, sedangkan Keyra segera masuk ke ruang CEO.
Dewa menatap Keyra dari atas ke bawah, lalu dari bawah ke atas. Membuat Keyra merasa aneh, dan sedikit gugup.
"Ada apa Mas?" tanya Keyra.
"Kamu ganti baju deh," ucap Dewa.
Dewa lalu membawa keyra ke ruangan pribadinya, di sana terdapat walk in closet dalam ukuran kecil. Ketika Keyra memasukinya rupanya ada beberapa baju wanita yang masih baru tertata rapi di sana.
"Mas sejak kapan ada baju wanita di sini?" tanya Keyra penasaran.
Jantung Keyra berdetak detak kala melihat ada beberapa pakaian wanita tersimpan di sana, Keyra benar benar takut kalau Dewa memiliki wanita idaman lain.
Dewa tersenyum lembut sambil membelai kepala Keyra, bahkan tanpa sadar Dewa sudah melucuti pakaian Keyra.
"Mas, jawab!" sentak Keyra.
Dewa semakin tersenyum melihat kilat amarah di wajah Keyra, lalu mengecup bibirnya sekilas.
"Sejak pertama aku menerimamu sebagai karyawan di kantorku, karena aku rasa melakukannya di sini akan merasa tertantang bukan?" bisik Dewa.
Seketika bulu kuduk Keyra meremang, dia kini mengerti arah pembicaraan suaminya akan ke mana.
Dan terjadilah semua yang harus terjadi, untung saja Dewa melakukannya hanya sekali tidak seperti ketika di hotel.
"Nanti kita lanjutkan lagi di rumah ya," ucap Dewa.
Segera Dewa membawa Keyra ke kamar mandi untuk membersihkan diri, hanya mandi saja karena pekerjaan mereka cukup banyak hari ini.
Dewa yang mendapat laporan dari Bayu sekretaris kedua Dewa, bahwa di kantin ada keributan.
Bayu juga mengatakan bahwa Keyra dan Mariska berseteru entah karena apa, bahkan baju Keyra basah karena di siram oleh Mariska.
Awalnya Dewa ingin menghukum Mariska, namun atas saran Fahri akhirnya Dewa pun mengurungkan niatnya, karena kalau sampai Keyra mendapat pembelaan berlebihan tentu akan mengundang kecurigaan.
Dewa yang melihat baju Keyra basah tentu tak akan tahan dengan godaannya, sampai akhirnya mereka berakhir keramas berdua.
Dengan telaten Dewa mengeringkan rambut Keyra, dan memakaikan bajunya. Membuat Keyra benar benar bersyukur memiliki Dewa, tangan yang awalnya kasar dan kapalan itu kini berubah lembut.
"Kenapa kamu tak menampar pipi si Mariska itu?" tanya Dewa.
Keyra menatap tajam ke arah Dewa, gara gara dia hari ini Keyra mendapat masalah dengan wanita bernama Mariska dari divisi pemasaran.
"Aku sudah memelintir tangannya, lagi pula ini semua gara gara Mas!" tegas Keyra.
"Kenapa jadi Mas yang salah?" tanya Dewa.
Keyra menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.
"Si Mariska itu suka sama Mas, dan gara gara Mas tadi ngasih minum ke aku dia cemburu, jadi dia bikin ulah," jelas Keyra.
"Kamu cemburu ya sayang?" tanya Dewa.
Senyum manis malu malu terpancar dari wajah Dewa, membuat Keyra sedikit kesal.
"Dih, siapa yang cemburu!" sentak Keyra.
Dewa menutup mulutnya rapat, dia tahu Keyra sedang cemburu namun dia malu untuk mengakuinya, dalam hati Dewa seperti ada pesta kembang api tujuh hari tujuh malam saking bahagianya.
"Alah malu malu kucing, padahal baru aja kita mesra mesraan," bisik hati Dewa.
